Nggak bisa absen dari bergunjing setiap hari. Mulai sekarang coba belajar untuk mengerem hasrat bergosip.

Nggak ada orang yang mau mendapatkan kekerasan fisik. Tapi, ternyata sakit yang diakibatkan oleh kekerasan fisik tidak seberapa dibandingkan dengan “sakit” yang timbul akibat “tamparan” dari perkataan. Setuju?

Yang namanya panggilan sayang, harusnya adalah kata atau sapaan yang baik dan manis tentunya. Tapi, justru ternyata sebagian orang memanggil orang terdekat mereka dengan sapaan yang terdengar sarkasme.

Coba tanya pada diri sendiri, mampukah kita mengendalikan napsu dan emosi dengan cara mengontrol perkataan?

Hati-hati, sembarangan bergurau justru malah bisa menyakiti orang lain lho. Apakah kamu bisa menjamin lelucon yang pernah kamu lemparkan pasti membuat orang-orang di sekitar tertawa?

Selalu tampil lucu dan punya amunisi humor yang tidak ada habisnya, Fimelista kami, Indy Barends, sebenarnya adalah pribadi yang sensitif dan rawan disakiti. Sering sekali terjadi serangan kata-kata dari orang yang membuatnya sakit hati. Lalu, tinggal diamkah Indy di-verbal bully seperti itu? Tentu tidak, inilah tiga cara yang diterapkannya agar tidak terus-terusan menjadi korban. Fotografi: Novi Komala

Mungkin kita nggak pernah punya niat untuk menyakiti atau bahkan menyinggung, tapi nggak jarang cukup banyak orang banyak juga yang tersaikiti karena perkataan kita. Dan tidak jarang ‘ice breaker’ justru malah menjadi senjata yang menyakitkan bagi orang lain? Nggak percaya? Bagaimana dengan pertanyaan ‘kapan nikah’ dan ‘mana pasangannya’?

Salah tangkap saat berbicara seringkali bisa terjadi. Itu sebabnya, kita harus bisa memerhatikan setiap kata yang keluar dari mulut kita. So, think before you speak.

Selalu tempatkan diri kita sebagai orang lain setiap kali kita hendak berbicara. Jangan sampai kita merasakan penyesalan mendalam karena perkataan yang keluar dari mulut kita tidak akan pernah bisa ditarik kembali.

Becky Tumewu, salah satu Fimelista kami, melepaskan titelnya sebagai pakar public speaking atau presenter dengan jam terbang tinggi ketika berbicara tentang verbal bullying. Menurutnya, berkata baik adalah kewajibannya sebagai manusia untuk menciptakan suasana yang enak untuk sesamanya. Fotografi: Novi Komala

Kasus verbal bullying yang menimpa Amanda Todd selama duduk di bangku sekolah membuatnya depresi hingga bunuh diri. Dan blogger 14 tahun, Malala Yousafzai, mengalami percobaan pembunuhan setelah menyuarakan hak perempuan Pakistan menempuh pendidikan.

‘Your word is your sword’, Erwin Parengkuan mengaku verbal bullying bisa dihentikan dengan meningkatkan empati terhadap sesama. Sedangkan Ary Kirana menceritakan kisahnya sebagai korban bully saat masih kecil.