Saya dan suami banyak mendapat nasihat mengenai pernikahan bahwa pasti banyak perselisihan kecil sampai besar dalam mempersiapkan pernikahan.

Keadaan semakin terasa sedih saat kakak saya memutuskan untuk tidak ikut membalas lamaran ke rumah keluarga pacar saya.

Di saat yang bersamaan aku didera sakit tifus akibat syok dengan kerjaan baru yang memang sangat membutuhkan adaptasi.

Dalam adat Jawa bila sang adik menikah dulu, maka sang kakak perempuan akan susah untuk menikah.

Ide-ide kami berdua dianggap aneh oleh mereka. Padahal, di lain sisi kami ingin melangsungkan pernikahan dalam cara yang berbeda.

Ada banyak hal dan benar-benar menguras tenaga dan emosi. Keluar lagi kalimat yang sama, “Ribet, yak!”

Tiba-tiba ayah Kenzo menolak untuk merestui hubungan kami dan meminta kami untuk membatalkan semuanya.

Yuanita Christiani sedang mengikuti kelas pranikah jelang pernikahan.

Mungkin sebagian dari kalian berpikir, perempuan kok berjuang sekali menabung untuk menikah, kenapa tidak minta pada calon suaminya saja?

Aku cuma bisa diam dan berharap semoga nanti tamu yang datang tidak kepanasan dan kekurangan makanan.

Desakan dari keluarganya terus muncul, sampai kami berdua disidang dan ditanyakan kepastian hubungan kami.

Ketika sedang asyik-asyiknya menikmati hari-hari menjadi seorang pengajar dan pengusaha kecil-kecilan, ustadzahku mengatakan bahwa seorang ikhwan ada yang ingin datang melamar.