"Aku termasuk orang yang sulit bermuka dua dan menjadi penjilat demi sebuah jabatan."

Hidup memang pilihan. Ada konsekuensi yang harus ditanggung pula. Selamat buat mereka yang kisah pilihan hidupnya terpilih jadi pemenang lomba menulis bulan April ini!

"Bisa dibayangkan sang ibu yang memasuki usia senja sungguh merindukan ‘kehidupan’ anaknya berada di sisinya."

"Setiap saat pergumulan dan harapanku itu kubawa dalam doa. Benar saja, Tuhan mengabulkan doaku."

"Kalau kita memilih marah dengan sangat cepat, kita akan pulang dengan rasa malu."

"Anakku berkali-kali kumarahi supaya mengerti aku. Tapi dia hanya anak usia dua tahun yang merengek meminta haknya."

"Perjalanan cintaku yang cukup melelahkan dengan beberapa pria membuatku sulit melepas kesendirianku."

"Saya juga menyadari walau saya bergaul dengan banyak orang tapi sesungguhnya saya adalah anak yang tidak terbuka akan perasaan yang saya rasakan."

"Lelaki paruh baya dengan 8 orang anak, tentu bukan sosok lelaki yang bisa dengan mudah diterima keluargaku."

"Masa transisi dari dua dunia yang berbeda sempat membuat aku stres."

"Jika memang tak bisa membantu tak perlulah berbicara yang macam-macam agar tak menambah kekecewaanku."

"Terkadang hati kecil saya berteriak, mengapa saya berbeda? Jauh dengan keluarga, merindukan belaian seorang ibu dan tidak ada dukungan apa-apa."