Sebelum tiba di titik ini, saya pun pernah mengalami fase kurang percaya diri.

Peran perempuan sebagai pendidik anak-anaknya merupakan peran yang amat penting.

Otak kami bekerja, hati kami bekerja, naluri kami bekerja.

Setelah melahirkan aku memilih fokus untuk mengurus anakku karena aku tidak mau melewati masa-masa pertumbuhan anakku.

Tidak sedikit juga para lelaki dalam memandang perempuan itu rendah sehingga mereka para perempuan merasa tertindas.

“Duh ngapain sih umur segini masih kerja, buruan kawin terus beranak deh.”

Bagiku, mengajari dan mendidik anak Indonesia adalah hal yang terpenting.

Ibu juga selalu menanamkan prinsip kepada putrinya untuk bisa mandiri dalam hal finansial apapun pekerjaan suaminya bahwa seorang wanita harus tetap bekerja.

Sayangnya, aku adalah salah satu penerus keluarga yang memilih keluar dari garis keras prinsip keluargaku yang telah turun temurun.

Menjadi perempuan itu tetap bisa mengekspresikan apa yang kita inginkan dan impikan selagi semuanya tidak melenceng dari kodrat.

Bagiku perempuan adalah sosok yang multitalenta, terutama bagi ibu rumah tangga.

Dari ceritanya aku mengetahui bahwa setamat SMA ia diharuskan menikah oleh ayahnya.