Cinta yang kami jaga selama bertahun-tahun mulai terhempas oleh tuntutan orangtua mengenai status pekerjaan dan perbedaan prinsip cara memuji Tuhan.

Tanya kapan pun menjadi kenapa, kenapa sampai detik ini masih sendiri, kenapa takdirku tak sama dengan mereka?

Aku ingin menikah saat hati ini benar-benar siap, siap menerima seseorang yang mampu aku percayai untuk menjalani hidup berdua dengannya sampai akhir sisa hidupku kelak.

Pertanyaan yang terlontar melalui DM Instagram yang bahkan aku tak mengenal dekat orang tersebut.

Saya juga tidak mau nantinya malah menjadikan pasangan baru saya sebagai pelampiasan.

Aku keturunan Batak dan dia keturunan Tionghoa yang jelas menimbulkan banyak hakim dan jaksa dadakan, tapi aku tidak peduli terhadap itu semua.

Somehow status pengangguran terasa lebih menyedihkan daripada status single yang juga sedang dijalani.

Di perantauan, aku seringkali merasakan rindu yang sangat dalam.

Kami tak pernah kenal apalagi bertemu sebelumnya. Dia adalah wujud nyata manusia yang selama ini aku pinta pada Allah.

Saya pernah mencoba diet dengan mengurangi porsi makan, tapi justru membuat produksi ASI saya berkurang.

Di sisi lain aku juga memikirkan kedua orangtuaku yang semakin bertambah umur dan ingin segera menimang cucu.

Orangtuaku khawatir jika adikku yang terlebih dahulu menikah dibandingkan aku.