Bayangan perpisahan antara aku dengan orangtuaku, keluargaku, teman-temanku juga Ridho, kekasihku semakin membenamkan harapanku

Saya mendapat cerita dari Ibu bahwa ketika nama saya dipanggil maju ke depan Bapak meneteskan air mata bahagia.

Meski banyak yang berargumen sinis, “Percuma memiliki ijazah-ijazah dengan nilai-nilai baik,” tapi inilah pilihan hidup.

Ada foto suamiku sedang berfoto memeluk perempuan pengirim pesan itu. Tidak hanya satu foto, dua foto, tiga foto hingga empat foto.

Di tengah perjalanan, ada sebuah mobil angkot menabrak motor yang dinaiki kakakku dan ayahku.

Gempa 7 SR tidak hanya meruntuhkan bangunan dan nyawa tetapi juga mental.

Ketika aku ingin sementara waktu fokus pada keluarga, tentu ada kesempatan bekerja yang aku korbankan, ada alokasi finansial yang harus diatur ulang.

Aku tahu keluarga besar tidak menyetujui hubungan kami karena keluarga kami berkerabat. Tetapi dia tidak menyerah.

Seringkali saya di-bully dengan teman-teman saya, dikucilkan dan dianggap sebagai manusia “aneh dan anti sosial”.

Belakangan pun dia ketahuan berselingkuh dengan perempuan lain. Pada titik itulah aku merasa harus menyerah.

Hancur hati ini memikirkan bagaimana dia bisa hidup di keadaan yang seperti itu, tapi bagaimanapun masih ada perasaan kekecewaan dan kekesalanku padanya.

Sampai di satu masa, tiba-tiba pasangan saya benar-benar memutuskan hubungan kami via SMS! Wow bagus!