Ternyata tanpa kusadari ada yang salah dalam diriku dan Kak Hana menyadarinya.

Hidup sederhana walau semua serba ada adalah caramu mendidikku agar tak menuhankan materi demi kesenangan sesaat.

Setiap ibu sejatinya sudah berkorban dalam hidupnya terlepas dia tetap bekerja maupun menjadi ibu rumah tangga.

Pahlawan bukan berarti orang yang besar, yang fotonya terpajang di mana-mana.

Aku merasa sangat beruntung, meskipun dengan proses yang tidak mudah dan bahkan terkadang dihias air mata, aku bisa berdiri dengan keadaanku yang sekarang.

Hampir seminggu setelah kepulanganku ke rumah, tidak kuduga atas apa yang terjadi hari itu.

Hidup di desa mau jadi psikolog anak? Nggak ada gunanya. Kalau kamu jadi guru, setidaknya keluargamu akan dihormati oleh orang lain.

Di umur itu aku harus kehilangan orang yang sangat berarti dalam hidupku. Seperti dua buah sayap yang salah satunya telah lepas dariku.

Tanggal 22 Agustus 2008 jam 10 pagi adalah tanggal di mana akhirnya perjuangan Mama berakhir. Dua hari setelah aku berulang tahun ke 18 tahun.

Melihat kerja keras mereka hanya untuk hidupku membuatku yakin dan semangat untuk mencapai cita-cita meskipun ke sekolah harus jalan kaki dengan jarak 7 km.

Ibarat batu karang yang terhempas ribuan kali oleh deburan ombak, ia tetap diam di tempatnya berada.

Setiap perjuangan dan pengorbanan pasti akan ada hasilnya, sooner or later.