Pernah terpikir tetap menjaga keperawaan selama belum menemukan the one? Berikut pengakuan beberapa perempuan lajang usia 20, 30, sampai 40-an tahun yang hingga kini masih mempertahankan keperawanannya.

Lajang di usia yang terus bertambah mulai membuat sebagian perempuan was-was, apalagi yang kehidupannya dipenuhi dengan bermacam kesibukan. Sikap sebagai seorang profesional pun akhirnya terbawa dalam kehidupan personal, mulai dari kebiasaan to the point, percaya diri tinggi, sampai mendominasi. Di dunia kerja bisa diterima, tapi tidak oleh lawan jenis.

Membaca buku Relationships for Dummies karya Kate M. Wachs, kita akan menemukan empat mitos kebahagiaan, mulai dari kecenderungan menganggap orang lain lebih bahagia, merasa bahwa kebahagiaan diri sendiri ditentukan oleh orang lain atau barang favorit, optimis yang berarti nggak realistis, serta kesendirian membuat hidup nggak lengkap dan sama sekali nggak bahagia.

Bertahun-tahun tanpa pendamping membuatmu makin terbiasa dan asyik dengan duniamu sendiri, atau makin resah karena nggak juga ada seorang pun yang mengisi ruang kosong di sampingmu?

Sering muncul pertanyaan iseng, boros mana, saat lajang atau ketika sudah berpasangan? Nah, ternyata ketika hal ini ditanyakan ke beberapa Fimelova, baik yang lajang maupun yang sudah memiliki pasangan, bisa jadi bahasan panjang yang seru. Apa saja kata mereka, dan bagaimana kenyataannya? Scroll down.

Chantal Della Concetta kerap mewawancarai figur perempuan berprestasi dan menanyakan tentang kemandirian atau empowerment yang bisa mereka lakukan. Tapi, bagaimana kemandirian versi Chantal? Fotografi: Windy Sucipto

Lajang dan menikah. Dua status ini sering jadi perbincangan. Si lajang buru-buru mencari pasangan, sementara yang sudah menikah rindu masa-masa melajang. 

Topik kedua yang diangkat dari FIMELA LUNCHEON kali ini adalah soal pernikahan dan masa lajang yang dianggap terlalu lama. Ketiga perempuan yang bergabung dalam diskusi ini, banyak memberi gambaran dan masukan untuk diskusi hangat FIMELA.