Nyatanya, kekerasan terhadap perempuan tidak hanya terjadi secara langsung, namun juga di ranah online, simak di sini penjelasannya.

Kenali kekerasan terhadap perempuan berbasis gender online.

Di tengah menekan angka penyebaran COVID-19, WHO Turki juga fokus akan program anti kekerasan terhadap perempuan.

Lihat di sini peningkatan kasus kekerasan terhadap perempuan di Asia Pasifik yang disebabkan oleh masa isolasi pandemi COVID-19.

Ini yang perlu dilakukan jika korban kekerasan memilih tidak melaporkan kasusnya.

Komnas Perempuan mencatat 1.299 kasus kekerasan terhadap perempuan (termasuk anak perempuan) sepanjang Maret hingga Mei 2020. Plan Indonesia menyerukan urgensi penegakan hukum dan penguatan mekanisme pelaporan kekerasan terhadap anak khususnya anak perempuan.

Angka kekerasan berbasis gender terus meningkat. Tahun 2019, 1 dari 3 perempuan di dunia mengalami kekerasan.

Masa pandemi membuat tingkat kekerasan terhadap perempuan semakin tinggi, termasuk meningkatkan potensi perdagangan manusia.

Menurut UNHCR, gelombang dua dari pandemi COVID-19 bisa semakin meningkatkan risiko kekerasan berbasis gender, terutama kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan.

Kini, masyarakat Indonesia bisa lebih mudah melaporkan kasus kekerasan terhadap perempuan via DM.

Kekerasan terhadap perempuan juga banyak terjadi secara online, simak di sini hasil survei dari ribuan responden di berbagai negara.

Waspadai kekerasan terhadap perempuan yang terjadi secara online