Informasi Pribadi
- ProfesiPemain Sepak Bola
- Nama LengkapEvan Dimas Darmono
- Tempat LahirSurabaya, Indonesia
- Tanggal Lahir13 Maret 1995
- KebangsaanIndonesia
- KlubBhayangkara Solo FC
- PosisiGelandang
- Nomor Punggung6
- Tinggi/Berat Badan165/61
Karier Junior
- SSB Sasana Bhakti(2005-2007)
- SSB Mitra Surabaya(2007-2010)
- Persebaya Junior(2010-2013)
Karier Senior
- Bhayangkara FC(2014-2018)
- Selangor FC(2018-2019)
- Barito Putera(2019-2020)
- Persija Jakarta(2020-2021)
- Bhayangkara Solo FC(2021-Sekarang)
Karier Tim Nasional Indonesia
- Timnas Indonesia U-19(2013-2014)
- Timnas Indonesia U-23(2018-2019)
- Timnas Indonesia Senior(2014-Sekarang)
Evan Dimas Darmono merupakan pemain asal Surabaya yang dikenal berkat kiprah ciamiknya kala memperkuat Timnas Indonesia U-19 di kejuaraan AFF U-19 pada 2013 lalu. Pemain yang berposisi sebagai gelandang itu mampu menunjukkan potensi terbaiknya sebagai pengatur serangan di lini tengah. Ia piawai mengolah si kulit bundar dan bisa mengatur tempo serangan skuat Garuda Muda.
Namun, jauh sebelum kariernya menanjak sebagai pesepakbola, Evan kecil harus melalui lika-liku kehidupan yang cukup pelik. Anak pertama dari pasangan Condro Darmono dan Ana Darmono itu harus bersusah payah untuk membeli sepasang sepatu bola karena terkendala biaya.
Maklum, Evan tumbuh di lingkungan keluarga sederhana yang hanya cukup untuk membiayai kehidupan sehari-hari. Sang ayah yang memiliki pekerjaan sebagai petugas keamanan di sebuah kompleks dan sang ibu yang berprofesi sebagai pedagang sayur keliling tidak mampu memenuhi kebutuhan pendukung Evan untuk mengejar cita-citanya sebagai pemain sepak bola.
Meski begitu, tekad kuat yang dimiliki Evan untuk meraih mimpinya tak pernah luntur. Ia bahkan merengek kepada sang ibu untuk dimasukkan ke dalam Sekolah Sepak Bola (SSB) ketika masih duduk di kelas 4 bangku Sekolah Dasar (SD). Tak tega melihat keinginan Evan yang begitu besar, akhirnya sang ibu memperbolehkannya bergabung bersama SSB Sasana Bhakti Surabaya dan menimba ilmu sepak bola di sana.
Pada awal kariernya menjajaki dunia sepak bola, Evan tak berposisi sebagai gelandang tengah seperti saat ini. Saat itu, anak pertama dari empat bersaudara tersebut ditempatkan sebagai bek kiri oleh sang pelatih. Namun, dirinya merasa kurang nyaman dan tak cocok mengisi posisi tersebut.
Dua tahun berselang, ketika usianya menginjak 12 tahun, Evan memutuskan hengkang dari SSB Sasana Bhakti dan bergabung ke SSB Mitra Surabaya. Di sana, Evan menimba ilmu selama tiga tahun dan merubah posisinya sebagai seorang gelandang.
Pertumbuhannya sebagai seorang gelandang hebat begitu pesat kala berpindah ke Surabaya Junior pada 2010. Ia berhasil menembus skuat Pekan Olahraga Nasional (PON) Jawa Timur di tahun yang sama dan mengulangi hal serupa pada 2012.
Berkat perkembangannya yang menjanjikan, Evan masuk ke dalam radar eks pelatih Timnas Indonesia U-19 kala itu, Indra Sjafri, yang sedang hobi "blusukan" mencari pemain muda bertalenta untuk dimasukkan ke dalam skuat Garuda Muda.
Karier Cemerlang ketika Membela Negara
Pada 2013, Evan dinyatakan lolos seleksi masuk Timnas Indonesia U-19 berkat Gavin Kwan Adsit yang absen mengikuti pemusatan latihan (TC) akibat tengah menjalani trial di Jepang. Ia lantas tak membuang kesempatan berharga itu dan memberikan yang terbaik untuk membela merah putih.
Ia bahkan didapuk sebagai kapten tim karena dinilai memiliki ketenangan yang tinggi kala merumput selama 90 menit di atas lapangan. Berkat kecerdikannya mengolah si kulit bundar, Evan juga berhasil membawa pulang trofi juara Piala AFF U-19 2013 sekaligus menjadi trofi perdana yang diraih oleh Timnas Indonesia U-19 setelah sekian lama.
Tak berhenti sampai disitu, Evan turut mengambil peran besar kala Timnas Indonesia U-19 berlaga di ajang Kualifikasi Piala AFC U-19 2014 yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK). Evan mampu membawa Garuda Muda menyabet tiga laga tanpa kekalahan dan berhasil mencetak hat-trick kala menjamu Korea Selatan di pertandingan terakhir.
Meski tampil meyakinkan di babak kualifikasi, tetapi Evan dan kawan-kawan tak mampu berbicara banyak di ajang sesungguhnya. Pada perhelatan Piala AFC U-19 2014 di Myanmar, Timnas Indonesia U-19 harus pulang dengan tangan hampa dengan raihan buruk. Saat itu, Garuda Muda harus angkat koper pasca tidak memenangkan satu pun pertandingan di babak grup.
Walaupun gagal melaju ke Piala Dunia U-20 2015, penampilan Evan tetap mendapat banyak apresiasi dari banyak pihak, salah satunya dari pelatih Timnas Indonesia senior kala itu, Alfred Riedl. Riedl akhirnya memanggil Evan untuk memperkuat skuat Garuda Senior di ajang Piala Suzuki AFF 2014.
Debutnya bersama Timnas Indonesia ditorehkan kala skuat merah putih menjamu Timor Leste di SUGBK pada 11 November 2014. Waktu itu, ia berhasil debut bersama Timnas Indonesia kala menginjak usia 19 tahun.
Gagal ke Eropa
Pada 2015, Evan berkesempatan untuk mengikuti trial bersama klub asal Spanyol, Llagostera. Selama beberapa hari menjalani seleksi, Evan ternyata belum mampu menunjukkan kualitas terbaiknya di hadapan para pelatih. Sehingga, ia harus mengubur mimpinya untuk berkarier di luar negeri dan memilih pulang ke Indonesia dan memperkuat Surabaya United, yang kelak berganti nama menjadi Bhayangkara FC.
Setahun setelahnya, Evan kembali mendapat tawaran dari Spanyol, kali ini tawaran datang dari RCD Espanyol B yang tertarik menggunakan jasa Evan. Ia mendapat kesempatan untuk berlatih selama 4 bulan di sana untuk dilihat sejauh mana kemampuannya dalam mengolah si kulit bundar. Namun, lagi-lagi Evan gagal membuktikan kemampuannya dan pulang kampung untuk memperkuat kembali Bhayangkara FC.
Meski gagal berkarier di Eropa, Evan tak pernah menyerah, ia memutuskan untuk mengembangkan kariernya di dalam negeri dan berusaha meraih hasil terbaik demi membuktikan kualitasnya. Kemudian, hasilnya cukup memuaskan, ia berhasil membawa Bhayangkara FC menjuarai Liga 1 pada musim 2017.
Berkat penampilan gemilangnya, Evan ditawari kontrak untuk bermain di Liga Malaysia. Ia dipinang oleh Selangor FC, klub yang juga diperkuat koleganya di Timnas Indonesia U-19, Ilham Udin Armaiyn pada 2018. Di sana, Evan bermain selama satu musim dan memutuskan pulang ke Indonesia setahun setelahnya.
Pemain Tak Tergantikan
Musim ini, Evan kembali memperkuat Bhayangkara Solo FC (sebelumnya Bhayangkara FC). Ia menjadi sosok yang tak tergantikan bagi skuat Bhayangkara Solo FC setelah memberikan gelar juara pada 2017 lalu.
Selain tak tergantikan bagi Bhayangkara Solo FC, Evan juga menjadi sosok penting di dalam skuat Timnas Indonesia di berbagai era kepelatihan. Tercatat, sejak Riedl digantikan oleh Luis Milla, kemudian berganti menjadi Simon McMenemy, hingga kini dilatih oleh Shin Tae-Yong, Evan selalu dipanggil jajaran pelatih tersebut untuk memperkuat lini tengah. Hal tersebut membuktikan bahwa Evan memiliki kemampuan serta permainan yang mumpuni dan sangat dibutuhkan oleh tim.
Kini, bersama pelatih asal Korea Selatan, Evan dipanggil untuk memperkuat Timnas Indonesia di ajang Kualifikasi Piala Dunia 2022 yang berlangsung di Uni Emirat Arab. Ia berusaha memberikan kemampuan terbaiknya di hadapan Shin Tae-Yong dengan melahap seluruh menu latihan yang diberikan.