Biarpun hampir setiap hari saya marah-marah dan minta membatalkan pernikahan, pasangan saya selalu menyemangati saya untuk terus bertahan.

Awalnya saya berpikir itu hanya pertemuan keluarga dengan tujuan saling mengenal tapi ternyata saya dilamar.

Aku berdiri di pelaminan ketika pesta pernikahan tanpa ayah di sampingku, hanya ada suamiku dan ibuku.

Api yang menyala-nyala semalam dan akad pernikahan kita pada pagi harinya, adalah bukti bahwa Tuhan tidak ingin kita berpisah.

Rencana pernikahan itu sebenarnya di luar dugaan. Bahkan beberapa teman langsung terkejut mendengar saya akan menikah muda.

Kabar jodoh sempat tersampaikan lewat mimpi setelah melakukan salat istikharah.

Tak pernah dia menyatakan perasaan sukanya padaku, hanya kehadiran dan perhatiannya yang membuktikan bahwa cinta itu hadir di antara kami.

Mungkin terdengar aneh jika pihak perempuan yang melamar pihak laki-laki. Tapi begitulah adanya.

Diputuskan semua acara aku dan keluargaku yang akan mengurusnya. Karena dia sedang di luar negeri.

Tak pernah terbayangkan bahwa akad nikah kami akan dilangsungkan di rumah sakit, karena permintaan dari ibu mempelai pria.

Pernikahan yang sempurna dalam perspektif ayah adalah pernikahan yang hanya dihadiri orang-orang yang sepadan dengannya.

Langit serasa hancur berkeping. Tidak ada yang lebih sakit selain rasa kehilangan ini.