Informasi Umum
- PengertianSevere acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih dikenal dengan nama virus Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia. Virus ini bisa menyerang siapa saja, baik bayi, anak-anak, orang dewasa, lansia, ibu hamil, maupun ibu menyusui.
- VarianVarian Inggris B.1.1.7 (Alpha), Varian Afrika Selatan B.1.351 (Beta), Varian Brasil P.1 (Gamma), Varian India B.1.617.2 (Delta), Varian Amerika Serikat B.1.427/B.1.429 (Epsilon), Varian Brasil P.2 (Zeta), Varian B.1.525 (Eta), Varian Filipina P.3 (Theta), Varian Amerika Serikat B.1.526 (Iota), Varian India B.1.617.1 (Kappa).
- IstilahKasus Suspek, Kasus Probable, Kasus Konfirmasi, Kontak Erat, Pelaku Perjalanan, Discarded, Selesai Isolasi, dan Kematian.
Asal Mula
Penyebaran Covid-19 ke seluruh penjuru dunia diawali dengan dilaporkannya virus corona itu pada 31 Desember 2019 di Wuhan, China. Kemudian, pada 1 Januari, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membuat sebuah tim untuk menghadapi kemungkinan pandemi.
Lalu, pada 4 Januari, WHO melaporkan klaster kasus pneumonia tanpa kematian di Wuhan. Selanjutnya, 5 Januari, WHO mempublikasikan teknikal publikasi untuk komunitas saintifik dan kesehatan serta masyarakat secara global, tambah Hera.
Kemudian, 12 Januari, publikasi sekuens genetik 2019-NCoV oleh China. Pada 9 Januari, kasus kematian pertama di Wuhan.
Sebelumnya, WHO telah memperbarui laporan tentang tahap-tahap awal krisis virus corona Covid-19. Dalam pembaruan itu, kantor pusat WHO mengaku mendapat laporan pertama adanya kasus Virus Corona baru dari kantor cabang WHO di China.
Laporan itu membantah WHO mendapat informasi pertama kasus Covid-19 dari Pemerintah China.
Kasus Pertama di Indonesia
Tepat Senin, 2 Maret 2020, Presiden Joko Widodo atau Jokowi bersama Menteri Kesehatan (Menkes) kala itu Terawan Agus Putranto mengumumkan kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
Pengumuman dilakukan di Veranda Istana Merdeka. Jokowi mengatakan, dua orang itu terinveksi virus corona dari warga negara Jepang.
"Begitu ada informasi bahwa orang Jepang yang ke Indonesia kemudian tinggal di Malaysia dan dicek di sana positif corona, tim dari Indonesia langsung telusuri," ujar Jokowi kala itu di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin, 2 Maret 2020.
Orang Jepang yang ke Indonesia itu, sambung Jokowi, kemudian ditelusuri selama di Tanah Air telah bertamu siapa dan dengan siapa saja.
"Ditelusuri dan ketemu. Ternyata orang yang terkena virus corona berhubungan dengan 2 orang, ibu 64 tahun dan putrinya 31 tahun," ucap Jokowi.
"Ibu itu di Indonesia. Sudah di rumah sakit. Kami cek kita ternyata posisi yang sakit. Dicek dan tadi pagi saya dapat laporan dari Pak Menkes bahwa ibu ini dan putrinya positif virus corona. Tapi perlu saya sampaikan bahwa sejak awal pemerintah benar-benar mempersiapkan," terang Jokowi.
Ada dua suspect yang terinfeksi Corona Covid-19, keduanya adalah seorang ibu dan anak perempuannya. Mereka dirawat intensif di Rumah Sakit Penyakit Infeksi atau RSPI Prof Dr Sulianti Saroso, Jakarta Utara.
Tes Paling Akurat untuk Mendiagnosis Covid-19
Tes diagnostik khusus harus dilakukan untuk memastikan bahwa Kamu benar-benar terinfeksi virus korona. Dijelaskan dr. Dirga, tes yang saat ini paling akurat adalah tes swab atau PCR. Ini adalah tes yang mengambil sampel dari hidung dan tenggorokan. Sampel kemudian diperiksa untuk dicari materi genetik virus atau protein virus tertentu (tes antigen).
Bagaimana dengan tes antibodi atau rapid test, apakah tidak akurat? “Tes antibodi dapat mengetahui apakah seseorang telah terinfeksi Covid-19. Dan tidak selalu yang terinfeksi bisa terdeteksi oleh tes ini. Mengapa? Hal ini karena orang yang terinfeksi tidak langsung memproduksi antibodi. Diperlukan waktu selama tiga minggu sampai tes antibodi darah menjadi positif. Itulah mengapa tes antibodi ini tidak berguna sebagai tes diagnostik untuk seseorang yang baru mengalami gejala,” jelas dr. Dirga.
Dr. Adam menambahkan, tes antibodi juga bisa saja terlambat. Artinya, hasilnya memberikan negatif palsu. Ada kemungkinan negatif palsu, padahal sebenarnya sudah terinfeksi namun belum terbentuk antibodi. Namun, orang ini sudah bisa menularkan penyakitnya.
Reinfeksi Covid-19
WHO sudah mengonfirmasi bahwa belum ditemukan kasus orang yang terinfeksi kembali setelah dinyatakan sembuh dari Covid-19. Satu-satunya kasus reinfeksi adalah pada 1 pasien di Hongkong belum lama ini.
Dijelaskan dr. Jaka, yang dimaksud dengan reinfeksi adalah orang yang pernah terinfeksi Covid-19 dan kemudian terinfeksi kembali namun dengan jenis virus berbeda. Umumnya gejalanya lebih ringan.
Sementara menurut dr. Dirga, “Orang yang sudah dinyatakan sembuh dari Covid-19 namun hasil pemeriksaan PCR masih positif tidak berarti ia terinfeksi kembali. Kemungkinan sisa-sisa virus yang sudah tidak aktif dan tidak lagi infeksius masih terdeteksi,” jelasnya.
Kebanyakan orang yang sudah terinfeksi virus Covid-19 menghasilkan antibodi, yaitu protein yang mempersulit virus untuk menginfeksi sel. Tetapi antibodi hanyalah salah satu bagian dari respon imun tubuh. Sel T, misalnya, dapat menghancurkan sel yang sudah terinfeksi. Dan sel B memori dapat dengan cepat menghasilkan respons antibodi yang kuat terhadap virus yang pernah ditemui tubuh sebelumnya.
Tingkat antibodi biasanya turun begitu ancaman infeksi menurun. Beberapa penelitian baru menemukan bahwa tingkat antibodi COVID-19 menurun, tetapi kemudian menjadi stabil dan tetap berada di dalam darah bahkan dua hingga tiga bulan setelah infeksi.
Studi terbaru lainnya menemukan sel B dan sel T khusus Covid dalam darah, beberapa bulan setelah orang pulih. Ini semua menunjukkan bahwa sistem kekebalan akan siap untuk bereaksi dengan cepat dan kuat jika kembali terpapar virus Covid-19. Meskipun begitu, penelitian belum bisa memastikan seberapa baik respons imun akan melindungi dan memberikan kekebalan.