Sukses

Relationship

Shame Toxic: Apa Itu dan Bagaimana Mengatasinya dengan Bijak, Yuk Simak!

Fimela.com, Jakarta Perasaan malu adalah emosi yang wajar dan sering kali kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketika kita merasa tidak cukup baik dalam menyelesaikan suatu tugas atau ketika kita menyesal atas tindakan yang kurang bijak terhadap orang lain. Namun, ada jenis rasa malu yang lebih mendalam dan merusak, yang dikenal sebagai toxic shame atau rasa malu beracun.

Berbeda dengan rasa malu sesaat yang bisa kita atasi dan lupakan, toxic shame adalah perasaan tidak berharga dan kebencian terhadap diri sendiri yang bersifat kronis dan dapat mengakar dalam diri seseorang. Toxic shame sering kali berakar dari pengalaman traumatis atau peristiwa negatif di masa kanak-kanak atau remaja, seperti pelecehan, pengabaian, atau penganiayaan.

Menurut Very Well Mind, perasaan ini bisa berkembang ketika seseorang terus-menerus menerima pesan bahwa mereka tidak cukup baik atau tidak layak dicintai. Dampak dari toxic shame ini bisa sangat merusak, memengaruhi kesehatan mental dan kemampuan kita untuk menjalin hubungan yang sehat dengan orang lain, simak informasi lengkapnya dilansir Fimela.com dari berbagai sumber, Senin(13/1/2025).

 

Penyebab Toxic Shame

Toxic shame umumnya muncul pada masa kanak-kanak atau awal remaja, ketika pandangan dan perasaan kita tentang diri sendiri masih dalam proses pembentukan.  Rasa malu ini sering kali merupakan sebuah respons trauma ketika Anda mengalami sesuatu yang traumatis, seperti pelecehan di masa kecil, pengabaian, atau berbagai serangan yang membuat Anda meragukan harga diri, Anda mulai menginternalisasi perasaan tidak berharga yang ditanamkan oleh orang-orang di sekitar Anda.

Pengalaman emosional dan/atau fisik yang berulang kali mengajarkan Anda untuk menerima dan menyerap keyakinan bahwa Anda tidak berharga dan seharusnya merasa malu terhadap diri sendiri, terlepas dari apakah Anda benar-benar melakukan kesalahan atau tidak. Inilah awal mula toxic shame. Lingkungan sekitar Anda mengajarkan bahwa Anda harus membenci diri sendiri, dan pada akhirnya, Anda pun mengikuti ajaran itu.

Apa yang Dimaksud dengan Toxic Shame?

Toxic shame adalah perasaan tidak berharga dan kebencian terhadap diri sendiri yang sering disertai gejala seperti mengkritik diri sendiri secara berlebihan. Ini mungkin berasal dari kritik orang lain yang membuat Anda lebih keras terhadap diri sendiri. Perfeksionisme juga umum, di mana Anda merasa tidak pernah cukup baik kecuali hasilnya sempurna.

Gejala lain termasuk rendahnya harga diri, yang berkembang dari keyakinan bahwa orang lain tidak menghargai Anda. Depresi dan kecemasan juga bisa muncul akibat trauma, membuat Anda lebih rentan terhadap masalah kesehatan mental. Kebiasaan menunda-nunda sering terjadi karena merasa tidak akan memenuhi standar. Hal ini dilakukan untuk menghindari perasaan negatif.

Kendala dalam Tidur

Anda mungkin mengalami masalah tidur dan kepekaan tinggi terhadap pendapat orang lain, yang dapat menyebabkan rasa sakit dari kritik dan penolakan. Perasaan tidak berharga dapat mempengaruhi pandangan terhadap tubuh dan menyebabkan gangguan makan sebagai cara untuk mengendalikan hidup.

Penyalahgunaan zat sering kali menjadi pelarian dari perasaan menyakitkan, dan ada ketergantungan untuk menyenangkan orang lain agar merasa dihargai.

Gejala somatik, seperti sakit perut, bisa muncul dari masalah internal. Rasa malu yang beracun tidak berarti selalu merasa malu, tetapi lebih kepada reaksi berlebihan saat terpicu. Memahami hal ini dapat membantu mengelola perasaan dan reaksi.

Metode untuk Mengatasi Toxic Shame yang Dapat Diterapkan

Mengatasi toxic shame bisa menjadi tantangan, tetapi beberapa strategi dapat membantu. Langkah awal adalah mengenali pemicu rasa malu dan menilai apa yang bisa diubah.

Menghindari situasi yang memicu rasa malu dapat menyebabkan isolasi, jadi penting untuk mengenali orang yang mempermalukan Anda dan menetapkan batasan. Mengakui perasaan terkait rasa malu sangat penting, karena mengabaikannya tidak akan menyelesaikan masalah. Merasakan emosi sepenuhnya membantu menemukan solusi.

Terapi, seperti DBT dan ACT, efektif dalam menangani toxic shame dengan mengajarkan cara menghadapi tekanan. CBT fokus pada perubahan perilaku dan pola pikir yang tidak sehat.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading