Sukses

Relationship

Tajam Lidah daripada Mata Pedang: Tanda-Tanda Kekerasan Verbal yang Harus Kamu Ketahui

Fimela.com, Jakarta Kekerasan verbal sering kali tersembunyi di balik komunikasi sehari-hari. Meski tidak meninggalkan bekas fisik, kata-kata yang kasar dan menyakitkan dapat melukai hati dan menghancurkan kepercayaan diri seseorang. Sayangnya, kekerasan verbal kerap diabaikan atau dianggap hal yang sepele. Padahal, dampaknya bisa sangat merugikan, baik secara mental maupun emosional.

Kekerasan verbal adalah salah satu bentuk kekerasan emosional. Kekerasan ini terjadi ketika seseorang menggunakan kata-kata untuk menyerang, mendominasi, merendahkan, memanipulasi, dan/atau meremehkan orang lain, yang berdampak negatif pada kesehatan psikologis korban. Kekerasan verbal adalah cara untuk mengontrol dan mempertahankan kekuasaan atas orang lain.

Kebanyakan orang menganggap bahwa mereka akan menyadari jika sedang mengalami kekerasan verbal. Bagaimanapun, kekerasan verbal sering kali melibatkan teriakan, hinaan, ejekan, dan perilaku merendahkan. Namun, kekerasan verbal lebih kompleks dari yang sering dibayangkan. Beberapa orang bahkan mengalami kekerasan verbal secara rutin tanpa menyadari bahwa hal itu sedang terjadi.

Kekerasan verbal dapat terjadi dalam berbagai jenis hubungan: hubungan romantis, hubungan orang tua dan anak, hubungan keluarga, serta hubungan dengan rekan kerja. Kadang-kadang, kekerasan verbal mendahului kekerasan fisik; tetapi, hal ini tidak selalu terjadi. Kekerasan verbal dapat terjadi tanpa adanya kekerasan fisik, tetapi dampak kekerasan verbal bisa sama merusaknya dengan dampak kekerasan fisik.

Dilansir dari verywellmind.com, berikut adalah tanda-tanda kekerasan verbal yang perlu diwaspadai.

Tanda-Tanda Kekerasan Verbal

Kekerasan verbal melibatkan penggunaan kata-kata untuk menghina, menakut-nakuti, melecehkan, atau mengontrol orang lain. Hal ini dapat berupa kekerasan verbal yang terang-terangan, seperti berteriak, memaki, atau mengucapkan kata-kata kasar. Perilaku seperti ini bertujuan untuk mendapatkan kekuasaan dengan mengintimidasi atau membuatmu patuh. Oleh karena itu, perilaku ini bersifat abusif dan tidak boleh ditoleransi atau dibiarkan.

Namun, kekerasan verbal juga bisa jauh lebih halus. Korban sering kali mempertanyakan apakah apa yang mereka alami benar-benar merupakan kekerasan. Mereka juga mungkin meragukan apakah hal ini adalah sesuatu yang serius. Beberapa tanda bahwa kamu mungkin mengalami kekerasan verbal meliputi:

  • Rasa takut mendalam terhadap seseorang yang sering bersikap dominan atau mengintimidasi.

  • Keharusan untuk selalu berhati-hati dalam bertindak atau berbicara demi menghindari reaksi negatif.

  • Sulit berbagi hal pribadi karena takut diejek, dihina, atau dikritik secara tidak membangun.

  • Rasa khawatir berlebihan di tempat umum karena takut dipermalukan lewat komentar yang tidak pantas.

  • Perasaan terancam yang terus muncul dalam interaksi sehari-hari.

  • Perasaan merendah secara terus-menerus terkait penampilan, pemikiran, tindakan, pakaian, atau cara bicara, yang merusak rasa percaya diri.

  • Merasa rendah diri atau malu dengan identitas diri akibat komentar atau tindakan negatif.

  • Diteriaki dan dituduh bereaksi berlebihan atau tidak punya selera humor.

  • Reaksi berlebihan terhadap masalah kecil disertai tuduhan bahwa pihak lain adalah penyebab konflik.

  • Dimanipulasi secara emosional dengan klaim sebagai korban sehingga pihak lain merasa bersalah.

  • Perilaku manipulatif yang berbeda di depan orang lain dibanding saat hanya berdua, menciptakan kebingungan dan rasa tidak aman.

Kekerasan verbal juga dapat digunakan untuk melecehkan seseorang dengan cara mempermalukan, menghina, mengkritik, atau meremehkan mereka menggunakan kata-kata. Hal ini sering kali digunakan untuk mengintimidasi atau menindas orang dalam berbagai situasi, termasuk dalam hubungan pribadi maupun di tempat kerja.

Jenis-Jenis Kekerasan Verbal

Ketika seseorang mengalami kekerasan verbal, pelaku bisa menggunakan cara yang terang-terangan seperti memanggil dengan sebutan kasar atau membuat ancaman, tetapi juga cara yang lebih halus seperti gaslighting, terus-menerus mengoreksi, menyela, merendahkan, atau menghina. Bahkan, memberikan perlakuan diam (silent treatment) dalam waktu yang lama juga termasuk kekerasan verbal. Dalam situasi ini, pelaku berusaha mengontrol dan menghukum korban dengan menolak berbicara kepadanya.

Bagi sebagian orang, terutama mereka yang mengalami kekerasan verbal di rumah atau saat masa kecil, bentuk kekerasan ini sering kali diabaikan karena dianggap sebagai cara komunikasi yang normal. Namun, kekerasan verbal sama sekali tidak normal dan dapat memberikan dampak jangka panjang.

Berikut adalah beberapa bentuk kekerasan verbal yang umum:

1. Menyalahkan (Blaming)

Pelaku membuat korban merasa bahwa mereka bertanggung jawab atas perilaku kasar yang diterima atau bahwa korban sendiri yang memicu kekerasan verbal tersebut.

2. Merendahkan dengan Nada Meremehkan (Condescension)

Biasanya disamarkan sebagai humor, komentar sarkastik yang dimaksudkan untuk merendahkan dan menghina korban juga termasuk kekerasan verbal.

3. Kritik yang Tidak Membangun (Criticism)

Berupa komentar yang keras dan terus-menerus, dirancang untuk membuat korban merasa buruk tentang diri mereka. Kritik ini tidak konstruktif, tetapi sengaja menyakitkan. Hal ini bisa terjadi di depan umum atau secara pribadi, terutama jika pelaku hanya berniat menyakiti tanpa maksud membangun.

4. Gaslighting

Sebuah bentuk kekerasan emosional yang halus dan terkadang tersembunyi, di mana pelaku membuat korban meragukan penilaian dan realitas mereka sendiri.

5. Penghinaan (Humiliation)

Ketika seseorang menghina korban di depan umum, baik oleh teman, keluarga, pasangan, atau rekan kerja, hal ini bisa sangat menyakitkan.

6. Menghakimi (Judging)

Melibatkan sikap merendahkan korban, tidak menerima mereka apa adanya, atau menetapkan harapan yang tidak realistis.

 

7. Manipulasi (Manipulation)

Menggunakan kata-kata untuk memanipulasi dan mengontrol korban, seperti membuat pernyataan, "Kalau kamu benar-benar mencintaiku, kamu tidak akan membicarakan hubungan kita dengan orang lain," atau menggunakan rasa bersalah untuk memengaruhi korban.

8. Menyebut Nama yang Menghina (Name-calling)

Penggunaan bahasa kasar, merendahkan, atau hinaan yang merusak harga diri dan rasa percaya diri korban. Bahkan jika nama-nama ini diucapkan dengan nada netral, itu tetap tidak dapat diterima.

9. Ejekan (Ridicule)

Pelaku sering menjadikan korban sebagai bahan lelucon mereka, baik secara pribadi maupun di depan orang lain. Jika korban merasa bahwa hal tersebut tidak lucu, maka itu bukan lelucon. Biasanya, pelaku menyerang area yang korban anggap lemah atau rentan.

10. Ancaman (Threats)

Berupa pernyataan yang dimaksudkan untuk menakut-nakuti, mengontrol, dan memanipulasi korban agar patuh. Ancaman seharusnya tidak dianggap enteng, karena ini adalah salah satu cara untuk mengendalikan seseorang dengan membuat mereka merasa takut.

11. Mengabaikan atau Menahan Perhatian (Withholding)

Pelaku menolak memberikan kasih sayang atau perhatian, termasuk menolak berbicara, melihat, atau bahkan berada di ruangan yang sama dengan korban. Contohnya termasuk mendiamkan atau mengabaikan korban. 

Kekerasan verbal adalah bentuk kekerasan yang tidak boleh dianggap remeh, sebab kata-kata memiliki kekuatan besar untuk membangun atau menghancurkan. Jika Sahabat Fimela menemukan atau merasakan tanda-tanda kekerasan verbal, penting untuk segera bertindak. Jangan takut untuk meminta pertolongan kepada orang terdekat yang dapat dipercayai atau bahkan seorang ahli hukum. 

Selanjutnya: Tanda-Tanda Kekerasan Verbal

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading