Fimela.com, Jakarta Melewati masa-masa awal jatuh cinta dan memasuki fase serius dalam hubungan, tentu menjadi momen yang membahagiakan. Namun, terkadang hubungan yang terlihat baik di permukaan justru menyimpan berbagai masalah yang rumit. Ketika hubungan mulai menimbulkan rasa tidak nyaman, muncul pertanyaan apakah ini tanda dari hubungan yang toxic?
Sebelum itu, sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan hubungan toxic? Dilansir dari Relationships Australia Queensland, sebuah hubungan dikatakan toxic atau beracun ketika salah satu atau kedua pihak merasa terus-menerus tidak nyaman, tersakiti, atau tidak dihargai. Hubungan ini bisa menyebabkan stres, kecemasan, bahkan menurunkan kualitas hidup.
Jika kamu merasakan hal serupa, mungkin saja kamu sedang berada dalam hubungan toxic. Hubungan toxic merupakan hubungan yang tidak sehat, penuh dengan konflik, manipulasi, dan ketidakseimbangan, tanpa disadari dapat berdampak buruk bagi kesehatan mental dan emosional.
Advertisement
Tanda-tanda hubungan toxic bisa sangat halus sehingga sering kali sulit dikenali. Meskipun begitu, bukan berarti tidak dapat dikenali sama sekali. Jika menemukan salah satu tanda di dalam hubungan, ini bisa menjadi alarm peringatan untuk segera mengevaluasi atau bahkan mengakhiri hubungan. Dilansir dari calm.com, berikut beberapa tanda-tanda hubungan toxic yang perlu diwaspadai.
Advertisement
Komunikasi Dipenuhi Kritik dan Penghinaan
Salah satu ciri utama dari hubungan yang tidak sehat adalah cara berkomunikasi yang kasar dan merendahkan. Komunikasi yang baik seharusnya dibangun dengan rasa saling menghargai. Namun, dalam hubungan yang beracun, pasangan sering kali melontarkan kritik tanpa memberikan solusi, atau bahkan penghinaan yang bisa merusak harga diri.
Saling mengejek, mencela, atau menggunakan bahasa yang menyakitkan bukanlah tanda dari hubungan yang sehat. Jika komunikasi lebih banyak diisi dengan ketegangan dan kata-kata kasar, ini menjadi tanda bahwa hubungan sedang menuju arah yang salah.
Kontrol Berlebihan dan Kecemburuan yang Tidak Sehat
Mengontrol pasangan atau selalu merasa curiga adalah tanda lain dari hubungan yang beracun. Di dalam hubungan yang sehat, masing-masing pasangan seharusnya memiliki kebebasan untuk menjalani kehidupannya tanpa harus merasa diawasi atau dihakimi. Namun, ketika salah satu pihak merasa perlu mengontrol setiap aspek kehidupan pasangan, baik itu melalui pesan, panggilan, atau aktivitas sehari-hari, hal ini bisa menjadi sinyal bahaya.
Cemburu dalam kadar tertentu bisa dianggap normal. Namun, jika kecemburuan tersebut sudah mengarah pada tindakan posesif, seperti melarang bertemu dengan teman-teman atau membatasi aktivitas, maka hubungan tersebut berada dalam bahaya.
Â
Advertisement
Merasa Terkekang dan Kehilangan Jati Diri
Ketika berada dalam hubungan yang beracun, sering kali muncul perasaan terkekang dan kehilangan jati diri. Seseorang yang berada dalam hubungan semacam ini mungkin merasa harus terus-menerus menyesuaikan diri dengan keinginan pasangannya, hingga mengorbankan kebahagiaan pribadi. Hal ini bisa berdampak pada kesehatan mental dan emosional dalam jangka panjang.
Jika terus-menerus merasa lelah secara emosional dan selalu memikirkan apa yang harus dilakukan untuk menyenangkan pasangan tanpa mempertimbangkan diri sendiri, maka ini merupakan tanda bahwa hubungan tersebut tidak lagi sehat.
Â
Bersikap Manipulatif dan Suka Playing Victim
Terkadang, orang yang manipulatif tidak menunjukkan sikap agresif secara langsung, namun mereka sering kali menggunakan cara-cara halus untuk mengontrol orang lain. Mereka bisa membuat seseorang merasa bersalah atas hal-hal yang tidak sepenuhnya tanggung jawabnya, atau membuatnya merasa tidak mampu melakukan sesuatu tanpa bantuan mereka.
Sikap manipulatif ini biasanya sulit dikenali pada awalnya, karena sering kali dibungkus dengan sikap yang tampak penuh perhatian. Namun, seiring waktu, sikap manipulasi ini akan berubah menjadi playing victim dan menggerogoti kepercayaan diri serta membuat pasangan kehilangan kendali atas kehidupannya sendiri.
Advertisement
Mengabaikan Emosi dan Meremehkan Perasaan
Dalam hubungan yang sehat, setiap pihak memiliki hak untuk mengekspresikan perasaan mereka dan merasa didengarkan. Namun, dalam hubungan beracun, emosi dan perasaan sering kali diabaikan atau bahkan dianggap tidak penting. Ketika seseorang terus-menerus merasa diabaikan atau tidak dihargai, hal ini bisa berdampak buruk pada kesehatan mental dan emosional.
Pengabaian emosi ini bisa muncul dalam berbagai bentuk, seperti tidak pernah memberikan dukungan saat sedang dalam kesulitan, meremehkan perasaan yang diungkapkan, atau bahkan menertawakan masalah yang dianggap serius oleh pihak lain. Jika hal ini terus terjadi, hubungan tersebut akan semakin merusak.
Â
Â
Penulis: Virlia Sakina Ramada
#Toxic Relationship
Â