Sukses

Relationship

Serba-serbi Toxic Relationship, termasuk Cara Mengenali 6 Tanda Kamu Berada di Dalamnya

Fimela.com, Jakarta Toxic relationship adalah hubungan yang terus menerus melemahkan rasa sejahtera, bahagia, dan terkadang keamanan. Perbedaan pendapat atau konflik yang terjadi sesekali adalah hal normal dalam hubungan apapun, namun pola kekerasan emosional atau emotional abuse, rasa tidak hormat, dan manipulasi yang terus menerus bisa menyebabkan penurunan kesehatan mental dan emosional.

Karakter dari toxic relationship

1. Kurangnya dukungan

Alih-alih merasa didukung dan terdorong, interaksimu dan pasangan seringkali membuatmu merasa diremehkan, tidak mampu, atau disabotase.

2. Ketidakbahagiaan yang terus menerus

Hubungan yang kamu jalani diganggu oleh ketegangan, pertengkaran, atau perasaan tidak puas yang terus menerus.

3. Gangguan komunikasi

Komunikasi seringkali berubah menjadi hinaan, tuduhan, atau keheningan total, sehingga permasalahan tidak terselesaikan dan perasaan tidak didengar.

4. Kontrol dan dominasi

Pasangan mungkin mendikte siapa yang boleh kamu temui, apa yang boleh kamu lakukan, atau bagaimana kamu harus berpikir dan merasakan. Pengendalian ini merupakan red flag yang signifikan dan dinamika yang beracun.

5. Pengabaian dan manipulasi

Kebutuhan emosional selalu diabaikan dan manipulasi seringkali membuat salah satu dari kamu atau pasangan berada dalam kondisi patuh atau bersalah.

 

 

Dampak dari tetap berada di toxic relationship

Berada dalam toxic relationship bisa berdampak besar pada kesehatan mental, emosional, dan terkadang fisik. Hal ini bisa menyebabkan peningkatan kecemasan, depresi, dan berkurangnya rasa harga diri.

Stres dan hal-hal negatif yang terus menerus dapat menyebabkan gejala seperti insomnia, perubahan nafsu makan, atau masalah kesehatan kronis. Toxic relationship bisa menyebabkan isolasi, sehingga lebih sulit untuk mencari bantuan saat kamu sangat membutuhkannya.

Jenis perilaku dalam toxic relationship

1. Gaslighting

Gaslighting adalah taktik manipulatif yang digunakan untuk membuat seseorang mempertanyakan realitas, ingatan, atau persepsinya sendiri. Ini adalah bentuk pelecehana psikologis di mana pelaku menyangkal pengalaman korbannya, bersikeras bahwa peristiwa tersebut tidak terjadi atau bahwa korban terlalu sensitif atau salah mengingat peristiwa. Hal ini bisa menyebabkan kebingungan, keraguan diri, dan hilangnya kepercayaan terhadap penilaian diri sendiri.

2. Merendahkan

Merendahkan membuat seseorang merasa tidak berharga melalui komentar yang meremehkan, ejekan, atau kritik. Perilaku ini bisa berdampak buruk pada harga diri seseorang, membuat mereka merasa rendah diri atau tidak layak dihormati dan dicintai. Hal ini sering digunakan sebagai mekanisme kontrol untuk menghilangkan rasa percaya diri korban dan mempertahankan kekuasaan.

3. Sangat kritis

Bersikap hiperkritis mengacu pada kritik yang terus menerus terhadap segala sesuatu yang dilakukan seseorang, seringkali berfokus pada isu-isu kecil atau menciptakan masalah yang sebenarnya tidak ada. Hal ini bisa menimbulkan perasaan selalu cacat atau tidak pernah cukup baik, sehingga melemahkan kepercayaan diri korban.

4. Menyalahkan

Dalam toxic relationship, ada salah satu pihak yang mungkin menyalahkan pasangan, menolak mengakui kesalahannya sendiri. Hal ini bisa menciptakan narasi sepihak di mana korban selalu bersalah, sehingga menimbulkan rasa bersalah dan rasa tanggung jawab yang tidak seimbang atas masalah hubungan.

5. Kecemburuan

Kecemburuan yang berlebihan atau tidak rasional bisa bermanifestasi sebagai sikap posesif, tuduhan, atau perselingkuhan yang tidak berdasar, dan tuntutan untuk membatasi interaksi social atau pertemanan.

6. Kecurigaan

Kecurigaan terus menerus tanpa alasan, merusak kepercayaan, yang merupakan komponen mendasar dari hubungan yang sehat. Perilaku ini dapat menyebabkan pertanyaan invasif, memeriksa pesan, atau memilah-milah email pasangan.

7. Mengontrol

Perilaku mengendalikan dapat mencakup mendikte apa yang boleh dikenakan orang lain, siapa yang boleh dilihat, kemana mereka boleh pergi, keputusan dan pendapatnya. Dominasi ini menghilangkan otonomi dan kebebasan, sehingga membuat mereka terjebak dan tidak berdaya.

8. Egosentrisme

Dalam toxic relationship, salah satunya mungkin bertindak seolah-olah segalanya berputar di sekitar dirinya, kebutuhannya, dan perasaannya, sambil mengabaikan atau meremehkan kebutuhan pasangannya.

Tanda dari toxic relationship

1. Merasa tidak aman atau gelisah

Dalam hubungan yang sehat, kamu akan merasa aman dan tentram, baik secara fisik maupun emosional. Jika kamu terus menerus merasa gelisah, cemas dengan reaksi pasangan atau khawatir akan memicu kemarahan, itu tanda bahwa hubungan tersebut bukan tempat aman buatmu.

2. Secara konsisten tidak dihormati

Jika kamu sering merasa tidak dihargai, baik melalui perkataan, tindakan, atau mengabaikan batasan dan perasaan, ini pertanda jelas bahwa bukan hubungan yang sehat. Rasa tidak hormat bisa mencakup penghinaan di depan umum, pribadi, atau sekedar mengabaikan keinginan dan kebutuhan.

3. Kebutuhan yang tidak terpenuhi

Meskipun tidak ada hubungan bisa memenuhi setiap kebutuhan, tapi kebutuhan emosional, fisik, atau psikologis yang terus menerus tidak terpenuhi adalah tanda dari toxic relationship.

4. Sering disalahkan

Dalam toxic relationship, salah satunya mungkin selalu disalahkan, apapun situasinya. Hal ini bisa menyebabkan distorsi rasa percaya diri dan tanggung jawab terhadap hal-hal di luar kendali. Berada dalam keadaan tunduk atau bersalah dapat menghalangimu menegaskan kebutuhan atau hakmu.

5. Terisolasi dari teman dan keluarga

Isolasi adalah alat ampuh dalam toxic relationship. Ini bisa dimulai secara halus, namun pada akhirnya menyebabkan terputusnya jaringan dukunganmu, sehingga kecil kemungkinanmu untuk mencari bantuan atau keluar dari hubungan tersebut.

6. Menurunnya harga diri

Tanda penting dari toxic relationship adalah penurunan harga diri yang nyata. Jika kamu merasa tidak berharga, meragukan kemampuan diri sendiri, atau yakin bahwa kamu tidak pantas mendapatkan perlakuan yang lebih baik, seringkali hal tersebut disebabkan oleh perilaku pasangan yang negatif, kritis, atau meremehkan.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading