Sukses

Relationship

Mengalami Relapse Phase? Wajar Kok, Coba Atasi Dengan 7 Cara Ini!

Fimela.com, Jakarta Kata siapa life after break up jadi salah satu momen tersulit setelah putus hubungan dengan pasangan? Padahal, kalau diamati dan ditelusuri lebih jauh, ada satu kondisi yang bikin proses move on mu jadi terhambat, lho!

Yup, relapse phase. Apa sih arti dari istilah itu? Jadi, relapse phase adalah kondisi di mana kita teringat akan kenangan di masa lalu dengan mantan kekasih dan punya keinginan kuat untuk balik dan mengulang kembali momen-momen indah itu. 

Kondisi ini biasanya terjadi karena adanya triggering oleh beberapa hal, misalnya karena melihat foto-foto lama, mengunjungi tempat yang punya memori indah, atau bahkan ketika si dia tiba-tiba menghubungimu lagi.

Nah, di saat itulah biasanya relapse phase terjadi. Lalu, apa yang harus dilakukan ketika mengalami fase tersebut? Gampang, kamu bisa menemukan jawabannya dengan membaca tulisan di bawah ini!

Mengalami Relapse Phase? Wajar Kok, Coba Atasi Dengan 7 Cara Ini!

Coba Untuk Menerima Keadaan

Saat mengalami relapse phase, cobalah untuk menerima keadaan. Maksudnya adalah, sebisa mungkin kamu harus berusaha untuk menikmati segala perasaan yang dialami, mulai dari sedih, kecewa, marah, atau bahkan kehilangan yang begitu mendalam. Kalau ingin segera bangkit, pastikan untuk tidak denial alias menyangkal segala emosi yang sedang kamu rasakan, karena justru dapat memperpanjang proses pemulihan.

Perasaan sedih itu sangat wajar terjadi, jadi cobalah untuk beri space dan izinkan dirimu sendiri untuk meregulasi segala emosi hingga berangsur membaik. Ingat ya, bahwa perasaan-perasaan tersebut merupakan bagian alami dari proses pemulihan.

Temukan Support System

Jika biasanya Gen Z beranggapan kalau dukungan hanya bisa didapatkan dari pasangan, maka jawabannya salah besar. Sebenarnya sumber dukungan bisa kamu peroleh dari mana saja, mulai dari teman, keluarga, atau bahkan diri sendiri.

Ketika mengalami relapse phase, cobalah untuk mencari orang yang bisa dipercaya untuk menceritakan segala hal yang sedang kamu rasakan. Cara ini terbukti efektif karena dapat membuat perasaan jadi lega dan lebih baik dari sebelumnya 

Mendapatkan dukungan dari orang-orang di sekitar, dapat membuatmu merasa didengar, dipahami, dan tidak sendirian dalam menghadapi fase relapse. Jadi, jangan merasa sendiri lagi ya, karena masih banyak orang yang peduli dan sayang padamu!

Mengalami Relapse Phase? Wajar Kok, Coba Atasi Dengan 7 Cara Ini!

Praktikkan Self-Care 

Siapa yang habis putus cinta larinya ke olahraga? Sebenarnya nggak ada salahnya untuk mengalihkan perasaan sedih ke hal-hal yang bermanfaat. Justru, ketika kamu mampu mengelolanya dengan baik, maka proses recovery pun jadi lebih cepat. 

Biar nggak terus terjebak dalam relapse phase, pastikan untuk memberikan perhatian khusus kepada diri sendiri alias self care. Kamu bisa meluangkan waktu untuk relaksasi, pergi ke tempat gym untuk berolahraga, menerapkan healthy lifestyle, dan yang paling penting adalah menjaga pola tidur.

Sebab, relapse phase biasanya terjadi di malam hari, jangan sampai kamu rela begadang hanya untuk berlarut-larut dalam kesedihan. Memang, sedih itu wajar terjadi, tapi kalau kamu nggak bisa mengendalikannya, maka akan mengganggu pikiran dan hal-hal yang lebih produktif.

Berhenti Menyalahkan Diri Sendiri

Hayo siapa yang suka nyalahin diri sendiri ketika dihadapkan pada suatu masalah, termasuk ketika putus cinta? Mulai sekarang, stop lakukan itu ya. Menyalahkan diri sendiri alias self blame merupakan salah satu tindakan worst yang biasanya sering dilakukan para muda-mudi ketika mengalami relapse phase.

Ada banyak faktor yang membuat mereka seperti itu, di antaranya merasa telah melakukan kesalahan saat menjalin hubungan dulu, menjadi penyebab putus, dan lain sebagainya. Perlu diingat, sebenarnya kondisi ini adalah hal yang sah dan wajar terjadi setelah putus cinta.

Namun, kamu jangan terus menerus merasa bersalah atau menyalahkan diri sendiri atas perasaan yang sedang dialami. Ingatlah bahwa proses pemulihan membutuhkan waktu, dan setiap orang bereaksi berbeda terhadap situasi putus cinta.

Kurangi Penggunaan Media Sosial

Seringkali, media sosial menjadi tempat di mana seseorang dapat terus terpapar dengan kenangan tentang mantan pasangan, baik melalui foto, status, atau aktivitas online lainnya. Dengan mengurangi penggunaan media sosial, kamu dapat mengurangi paparan terhadap hal-hal yang dapat memicu perasaan negatif atau menyebabkan kamu terjebak dalam kenangan yang menyakitkan. Kalau penggunaan media sosial berhasil dikurangi, maka relapse phase pun akan berangsur surut.

Mengalami Relapse Phase? Wajar Kok, Coba Atasi Dengan 7 Cara Ini!

Luangkan Waktu Untuk ‘Me Time’

Untuk terlepas dari relapse phase, terapkan mindset bahwa pemulihan nggak akan terjadi dalam semalam, everything takes time. Jadi,  berikan diri sedikit waktu untuk merasakan segala emosi, refleksi diri dari pengalaman, dan berusaha pulih serta bangkit sedikit demi sedikit.

Untuk mendistraksikan diri dari pikiran-pikiran negatif, kamu bisa melakukan ‘me time’ dengan cara shopping, self-journaling, menonton series favorit, dan lain sebagainya. Usahakan untuk tetap sabar dan nikmati segala hal yang terjadi untuk mengalami proses pemulihan dengan cara yang paling terbaik.

Rutin Melakukan Konsultasi dengan Psikiater

Nah, cara yang ini bisa dilakukan ketika kamu merasa bahwa segala hal belum bisa sepenuhnya mengatasi relapse phase. Psikiater dapat melakukan evaluasi yang mendalam dan memberikan diagnosis yang akurat terkait dengan kondisi kesehatan mentalmu.

Mereka memiliki pelatihan khusus dalam mendiagnosis dan mengelola berbagai gangguan kesehatan mental, termasuk gangguan suasana hati, kecemasan, trauma, dan lainnya. Dengan memahami dengan tepat kejadian apa yang sedang dialami, maka kamu dapat menerima perawatan yang sesuai dengan kebutuhan.

Selain itu, psikiater juga dapat membantu dalam merencanakan dan mengelola penggunaan obat-obatan psikiatri yang mungkin diperlukan untuk mengatasi beberapa gejala yang dialami. Obat-obatan ini dapat membantu mengurangi kecemasan, depresi, atau gangguan suasana hati lainnya yang mungkin muncul selama fase relapse.

Nah, jadi itu dia 7 cara yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi relapse phase. Meski perjalanan menuju pemulihan seringkali terjal dan berliku, relapse phase bukanlah akhir dari segalanya. Justru, kondisi ini bisa mempermudah proses penyembuhan kalau kamu bisa menghadapi dan mengelolanya dengan cara yang baik dan benar.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading