Pengertian Closure dalam Melepaskan Hubungan, Penting untuk Jaga Perasaan

Ketika sebuah hubungan diakhiri secara sepihak tanpa ada penjelasan dan komunikasi yang jelas, kemungkinan besar seseorang akan mengalami perasaan penolakan. Ini disebabkan oleh ketidakpuasan terhadap kenyataan bahwa dia harus mengalami kehilangan.

Sebagai hasilnya, dia merasa bahwa pasangannya hanya ingin meninggalkannya sementara dan pasti akan kembali kepadanya. Oleh karena itu, penting untuk memberikan penutupan yang jelas mengenai akhir sebuah hubungan agar kedua belah pihak dapat menerima dan tidak ada yang menyangkal.

Closure memberikan kesempatan bagi kedua belah pihak untuk merefleksikan alasan dibalik akhirnya suatu hubungan. Peluang untuk merenungkan ini memungkinkan seseorang memahami dan menerima situasi yang baru.

Closure memiliki peran penting dalam mencegah timbulnya pertanyaan mengenai "siapa yang salah?". Ada kekhawatiran bahwa sebuah hubungan yang berakhir tanpa penutupan akan membuat seseorang menyalahkan dirinya sendiri sebagai pemicu akhir dari hubungan mereka. Terutama, ketika hubungan yang sebelumnya harmonis tiba-tiba diakhiri oleh salah satu pihak tanpa ada penjelasan yang jelas.

Closure menjadi tanda bahwa hubungan telah selesai dengan baik karena adanya transparansi di antara kedua belah pihak. Penyebab akhirnya hubungan yang diungkapkan dengan jelas, terbuka, dan transparan, sehingga kedua belah pihak sepakat, menandakan bahwa hubungan telah berakhir dengan baik.

Dengan dilakukannya closure, seseorang bisa menerima realitas dengan jiwa besar yang akan memudahkan langkahnya dalam melanjutkan kehidupan. Keyakinannya menjadi lebih tinggi dan paham akan langkah yang harus diambil setelah hubungan berakhir. Selain itu, dia tidak menutup pintu terhadap segala kemungkinan dan peluang yang akan muncul.

Meskipun seringkali wanita memutuskan hubungan, tak jarang mereka merasa marah hingga kecewa. Beberapa di antara mereka mengalami perasaan kecewa karena konsekuensi yang akan mereka hadapi, sementara kemarahan terkadang muncul saat mereka mengingat banyak pengalaman buruk yang telah mereka alami bersama.

Keterlibatan dalam hubungan yang tidak sehat bukan hanya mengurangi tingkat kepercayaan diri, tetapi juga dapat memicu gangguan mental pada individu yang terlibat di dalamnya. Individu yang terjebak dalam hubungan semacam itu sering kali mengalami tingkat stres, kecemasan, bahkan depresi.

Berdasarkan laporan yang diposting di situs 30 ever after, pada Selasa, 2 Februari 2021, terungkap bahwa 43% dari kaum pria mengaku menaruh penyesalan setelah berpisah dengan pasangan mereka.

Rasa tidak nyaman saat menghadapi konflik menjadi faktor utama yang mendorong sebagian pria untuk enggan menyatakan perpisahan.

Ciri-ciri hubungan yang tidak sehat yang paling mencolok adalah dominasi yang berkelanjutan dari salah satu pasangan.