Sukses

Relationship

Di Usia 30-an, Tuntutan Menikah Makin Berat tapi Aku Berhak Tentukan Kebahagiaanku

Fimela.com, Jakarta Setiap perempuan selalu memiliki kisahnya sendiri. Caranya untuk berjuang tentu tak sama dengan yang lainnya. Perempuan berdaya dan hebat dengan caranya masing-masing. Tiap pengalaman dan kisah pun memiliki inspirasinya sendiri seperti tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba The Power of Women: Perempuan Berdaya dan Hebat adalah Kamu berikut ini.

***

Oleh: Wulan

Kapan nikah? Kapan nyusul? Mana undangannya? Hm, kadang senyum pun tak semudah itu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Di usia yang menginjak kepala tiga pertanyaan itu sudah seperti oksigen yang kuhirup setiap hari.

Saat usia 20an aku masih bisa berdalih dengan pekerjaan. Namun, ketika menginjak usia 30an pertanyaan itu menjadi beban tersendiri. "Kapan nikah?" berkembang menjadi, "Kenapa nggak nikah-nikah? Kasian lho ntar anaknya kalau nggak cepat nikah."

Puncak dari beban tersebut adalah ketika datangnya rencana perjodohan. Suatu hari tiba-tiba ibuku mengatakan akan menikahkanku pada kenalannya yang mempunyai perbedaan usia 9 tahun dariku.

 

Tak Mau Mempertaruhkan Kebahagiaan

Kata ibuku dia adalah seorang yang sudah mapan dan bisa membahagiakanku nantinya. Dari mana ide kebahagiaan itu datang? Aku merasa bingung. Kesibukan tiap hari yang monoton, pertanyaan yang berulang dan stressor dari ibuku membuat mentalku melemah.

Tiba hari saat aku dipertemukan dengan kenalan ibuku. Dia datang bersama dengan seorang temannya yang sudah menikah. Selama pertemuan itu ada dua hal yang kusadari. Pertama perbedaan laki-laki yang sudah dan belum menikah. Kedua adalah betapa aku selama ini telah menyiksa diriku sendiri. Kenapa? Karena selama ini aku membiarkan diriku terombang ambing oleh mindset orang lain dan mengabaikan keinginanku sendiri.

Pertemuan itu adalah contoh nyata di mana kebahagiaanku hanya aku yang bisa memperjuangkannya. Ibuku bisa saja berpikir aku akan bahagia. Namun selama pertemuan itu ada satu hal yang kuyakini, jika sampai aku menikah dengan orang ini cepat atau lambat aku pasti akan bercerai. Karena aku tahu apa yang baik untukku dan aku tahu benar apa yang bisa dan tidak bisa kuhadapi terlebih lagi aku tahu apa yang kuinginkan.

Setelah itu aku memohon pengertian pada ibuku. Biarkan aku memilih kebahagianku sendiri. Biarlah aku menjadi perawan tua atau apa pun kata orang, mereka tak menentukan kebahagiaanku. Aku akan berdiri tegak seorang diri sampai ada seseorang yang mengubahnya menjadi kebahagiaan yang lebih besar. 

#WomenforWomen

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading