Fimela.com, Jakarta Apa arti cinta pertama untukmu? Apa pengalaman cinta pertama yang tak terlupakan dalam hidupmu? Masing-masing dari kita punya sudut pandang dan cerita tersendiri terkait cinta pertama, seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba My First Love: Berbagi Kisah Manis tentang Cinta Pertama berikut ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: H
Aku bukan perempuan yang mudah didekati. Sejak kecil, aku fokus hanya pada studi dan sibuk dengan kegiatan ekstrakurikuler. Menjadi siswa teladan, selalu kutolak semua cinta yang mendekat.
Saat itu, kupikir bila berpacaran tidak berakhir pada pernikahan, untuk apa menyakiti hati dengan sebuah perpisahan? Namun, takdir menuliskan ketetapan yang berbeda untukku saat aku bertemu dengannya, dia yang mengisi sepuluh tahun hidupku, yang mengajarkanku kesabaran dan ketulusan, mencintai tanpa tapi, my first love.
Cinta pertamaku sama sekali tidak mudah karena banyaknya perbedaan yang kami miliki, umur, etnis, agama, dan preferensi gaya hidup. Lingkungan yang keras, memaksaku menjadi lebih dewasa dibandingkan perempuan seumuranku, namun ternyata masih belum cukup untuk memutus jarak umur yang terpaut terlalu jauh, 21 tahun.
Advertisement
Sepuluh Tahun Bersama Pria yang 21 Tahun Lebih Tua
Ketika aku ingin keluar bermain ke taman safari misalnya, dia lebih memilih bersantai di rumah. Tak heran, selama 10 tahun hubungan kami, tak sekalipun kami pernah menjalani hobi bersama. Aku adalah barat dan dia adalah timur. Hampir menyerah, aku selalu menjadi pihak yang menutup jarak sejauh itu agar hubungan kami tetap bisa berjalan.
Meskipun perbedaan tersebut membuat kami berdua sulit untuk meresmikan hubungan ke jenjang pernikahan, kami tetap menjalani hari-hari penuh dengan kebahagiaan. Ingatan di setiap sudut kota, sekadar makan atau ngopi bersama.
Ingatan di setiap sudut rumah, perayaan hari besar bersama keluarga, memasak, ngeteh, atau bercanda dengan konyolnya. Pernah aku menunggu di depan toilet hanya karena tidak ingin waktu mengobrol kami terhenti, membuat orang serumah tertawa. Ya, kami pernah sangat bahagia, hingga tidak ingin itu berakhir selamanya.
Dia yang kucinta sepenuh jiwa, pada akhirnya memilih jalan yang berbeda. Masih teringat dengan jelas, aku bermimpi dia menyelamatkanku dari kerumunan ular di ruangan gelap, mengangkatku ke atas menaiki tangga hingga sampai pada terang. Namun dia menurunkanku berdiri dan berjalan ke depan sendiri, dia memutuskan untuk berhenti dan tidak mengikutiku lagi.
Seketika aku menangis ketika terbangun. Kuceritakan padanya berurai air mata, tapi dia hanya berkata itu hanya mimpi. Lima tahun kemudian, mimpi itu menjadi nyata, ‘my last’ hanya bisa menjadi ‘my first’. Kami memutuskan untuk menjalani hari-hari dengan ‘aku’ dan ‘kamu’ bukan lagi ‘kita’.
Hanya Perempuan Kuat yang Berani Jatuh Cinta
Dia adalah gravitasiku. Sama seperti matahari, dia matahariku. Seperti yin dan yang, dia melengkapiku. Hidupku berputar di sekitarnya, begitupun sebaliknya. Duniaku runtuh, namun hidupku tetap berjalan.
Tertatih, aku berusaha memaafkan diriku sendiri, memahami hikmah di balik semua ini, dan kembali mencari tambatan hati. Kukatakan pada diriku sendiri bahwa cinta hanya diperuntukkan bagi perempuan yang berani.
Berani memberikan senjata terkuat yang bisa menghancurkan hati, meskipun ada risiko tersakiti. Berani memberikan kepercayaan, meskipun ada risiko dikhianati. Berani memperjuangkan, meskipun bertepuk sebelah tangan. Berani jatuh dan bangkit lagi, meski berulang kali. Kenyataannya, orang terkuat adalah orang lemah dengan daya tahan tinggi. Aku selalu mengulang kata-kata itu untuk menghibur diriku sendiri.
Darinya aku belajar banyak hal yang tidak bisa dibeli dengan uang, kepercayaan, kesabaran, ketulusan, kesetiaan, penghormatan, penerimaan. Dia adalah bukti nyata bahwa Tuhan sangat baik padaku, memberiku pilihan apakah memaknainya sebagai musibah atau anugerah.
Bagiku, dia anugerah, membentukku menjadi pribadi yang lebih baik dibanding sebelumnya. Terima kasih pernah hadir di hidupku. Meskipun kami tak bisa bersama, meskipun lama sudah kami tak bersua, ingatan itu masih ada.
Tak pernah kulupa semua, karena kaulah satu-satunya yang bisa membuatku mencinta tanpa memikirkan diriku sendiri. Sekarang, rasa suka itu telah kuhapus dengan paksa. Namun kutahu bahwa jejak ketulusan masih di sana, masih bisa kita rasa. Terima kasih atas hari indah, mari kita berjalan bersama di jalan yang berbeda. Aku percaya kita pasti bisa.
#WomenforWomen