Fimela.com, Jakarta Apa arti cinta pertama untukmu? Apa pengalaman cinta pertama yang tak terlupakan dalam hidupmu? Masing-masing dari kita punya sudut pandang dan cerita tersendiri terkait cinta pertama, seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba My First Love: Berbagi Kisah Manis tentang Cinta Pertama berikut ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Nisya Aprilia
“Cinta pertama itu selalu indah dan sulit untuk dilupakan.” Begitulah menurut sebagian orang jika ditanya soal cinta pertama.
Aku juga setuju akan hal tersebut tapi kalau ditanya alasannya kenapa, baik aku maupun orang-orang pasti bingung untuk menjawabnya. Ya karena hanya bisa dirasakan dan dibayangkan dan susah kalau harus dijelaskan.
Tapi kali ini aku akan coba untuk ceritakan tentang cinta pertamaku.
Saat itu tahun 2008 dan aku resmi menjadi murid di salah satu SMA di Kota X. Seperti di sekolah-sekolah lainnya, setiap murid baru pasti harus mengikuti kegiatan MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) yang akan dilaksanakan selama satu minggu. Kegiatan yang menurutku membosankan, tapi ya mau bagaimana lagi itu sudah kegiatan wajib di sekolah, jadi wajib ikut.
MPLS dilaksanakan mulai hari Senin, tapi para murid baru harus datang ke sekolah hari Sabtu karena akan dilakukan pembagian gugus. Setelah aku tahu aku ada di gugus berapa dan siapa pembimbingnya, aku memutuskan untuk segera pulang karena memang sudah waktunya dan lagi aku harus segera mendapatkan barang-barang apa saja yang harus dibawa untuk hari Senin nanti. Tahu sendiri kan, kalau MPLS pasti bakalan disuruh bawa yang aneh-aneh. Tak lupa aku juga berkenalan dengan salah satu teman satu gugus dan meminta nomor handphonenya. Biar gampang buat janjiannya.
Advertisement
Cinta pada Pandangan Pertama
Hari pertama MPLS pun tiba, diawali dengan upacara bendera dan upacara pembukaan bahwa kegiatan MPLS ini resmi dilaksanakan. Setelah itu kami masuk ke ruangan sesuai gugusnya masing-masing. Satu per satu murid-murid baru peserta MPLS masuk dan menduduki bangku yang masih kosong, kemudian disusul oleh tiga orang pembimbing.
“Lho kok pembimbing gugusnya ada satu yang beda dari yang hari Sabtu,” gumamku.
Acara berikutnya yaitu perkenalan dari masing-masing pembimbing gugus. Ternyata aku baru tahu kalau ada pembimbing yang ditukar dan pembimbing yang aku maksud tadi itu namanya Indra dari kelas XII IPA.
Dari sanalah perjalanan cinta pertamaku dimulai.
Singkatnya, aku jatuh cinta pada pandangan pertama, tidak tahu kenapa apa pun yang berkaitan dengan dia pasti selalu istimewa, ya walaupun menurut orang lain biasa aja. Selangkah demi selangkah aku mencoba untuk mendekati Kak Indra, mulai dari memberanikan diri untuk menyapa sampai aku bela-belain ikutan ekskul yang sama seperti Kak Indra padahal sebelumnya aku sama sekali tidak minat dengan ekskul tersebut.
Semakin hari aku semakin akrab dengannya, terlebih karena kami satu ekskul maka kami jadi lebih sering bertemu, selain itu kami juga bertukar nomor HP dan selalu SMS-an tiap malam menjelang tidur. Maklum lah saat itu belum ada Whatsapp.
Beruntung Kak Indra orangnya ramah dan selalu merespons. Mungkinkah dia juga ada perasaan kepadaku? Aku jadi bertanya-tanya, sontak perasaan senang, malu, dan takut kalau cintaku bertepuk sebelah tangan, semua perasaan itu berkumpul menjadi satu.
Pada Akhirnya Malah Merasa Biasa Saja
Sekolah telah memasuki semester dua, artinya sebentar lagi kenaikan kelas dan bagi kelas XII berarti sebentar lagi UN. Rasa sedih pun muncul, karena aku bakal jarang bertemu dengan Kak Indra, dia akan sibuk mempersiapkan UN dan juga ujian masuk perguruan tinggi.
Benar saja, di sekolah aku sudah jarang bertemu dengan Kak Indra, di ekskul pun juga sama karena kelas XII harus sudah berhenti dari kepengurusan ekskul, hanya sms-an yang masih kami lakukan itu pun hanya sesekali. Tak apa, aku bisa memahami karena baik aku maupun Kak Indra sedang disibukkan dengan PR dan tugas sekolah lainnya.
Hingga suatu hari saat Kak Indra tidak ada jadwal bimbel, dia mengajakku untuk pulang sekolah bareng dan ternyata saat kami sampai di alun-alun kota, dia mengutarakan perasaannya bahwa selama ini juga dia menyimpan rasa terhadapku dan ingin kami berpacaran.
Anehnya, saat dia menembak aku, aku sudah tidak ada lagi perasaan terhadapnya. Apa pun tentang Kak Indra menjadi terlihat biasa saja tidak seistimewa dulu. Dengan berat hati aku menolaknya dan dia terus meyakinkan bahwa dia akan setia walaupun nanti harus terpisah jarak dan jarang bertemu.
Namun, aku tetap pada pendirianku untuk menolaknya dan dia pun dengan berat hati menerima keputusanku. Aku bingung apakah selama ini aku cinta atau hanya terobsesi saja ingin dekat dengan Kak Indra karena dia lumayan populer. Tapi aku tidak menyangkal bahwa aku pernah suka padanya pada pandangan pertama. Berarti dia juga termasuk cinta pertamaku juga, kan?
Kini aku dan Kak Indra telah menjalani kehidupan kami masing-masing. Kak Indra sudah menikah dan mempunyai seorang anak, hubungan kami tetap baik walaupun aku pernah menolaknya dan kami beberapa kali pernah bertemu di acara temu alumni ekskul kami.
#WomenforWomen