Fimela.com, Jakarta Apa arti cinta pertama untukmu? Apa pengalaman cinta pertama yang tak terlupakan dalam hidupmu? Masing-masing dari kita punya sudut pandang dan cerita tersendiri terkait cinta pertama, seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba My First Love: Berbagi Kisah Manis tentang Cinta Pertama berikut ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Zeni Oktav
Kisah ini mungkin bisa disebut sebagai cinta monyet karena muncul di saat aku masih belia. Cinta monyet sendiri sering disematkan orang-orang kepada remaja yang tengah dilanda perasaan tertarik terhadap lawan jenisnya.
Cinta monyet yang kualami ini sekaligus telah menjadi cinta pertama bagiku, sosok lelaki pertama yang mampu membuat detak jantungku berdebar setiap kali bertemu dengannya. Dia yang mampu membuatku tersenyum bahagia ketika melihatnya meskipun perasaan ini dengan rapat kusembunyikan.
Perasaan jatuh hati kepada lawan jenis mulai pertama kali kurasakan ketika menginjak usia 12 tahun saat kelas 6 Sekolah Dasar (SD). Awal mula aku mulai merasakan perasaan ini sebenarnya berawal dari kejadian yang sungguh memilukan bagiku.
Aku mulai merasakan rasa tertarik kepada dia di saat mendapat bantuan darinya. Kisah ini berawal ketika jam pelajaran sekolah guru memintaku untuk maju ke depan kelas mengerjakan soal matematika. Ketika di depan ternyata aku tidak bisa menyelesaikan tugas dari guru tersebut. Akhirnya guru menghukumku untuk tetap berdiri di depan papan tulis.
Seketika muncul rasa malu dan ingin menangis begitu saja. Mengetahui guru marah murid yang lain hanya terdiam. Selang beberapa menit kemudian ada satu murid lelaki yang berani maju ke depan untuk membantuku menyelesaikan soal matematika tersebut. Semenjak kejadian itu aku merasa bahwa dia adalah penyelamatku di sekolah. Aku perlahan mulai menganguminya secara diam-diam.
Advertisement
Lebih Memahami Rasa Cinta
Perasaan ini masih berlanjut ketika aku dan dia ternyata melanjutkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di tempat yang sama. Aku merasa beruntung sekali untuk bisa bertemu dengan dia kembali, meskipun di tahun pertama kita berbeda kelas namun akhirnya di tahun kedua dan ketiga kita selalu satu kelas bersama.
Berangkat ke sekolah menjadi rutinitas yang paling kunantikan sepanjang hari karena aku begitu bersemangat setiap menuju ke sekolah. Bertemu kembali dengan dia di sekolah membuat perasaanku seolah dihinggapi oleh kupu-kupu yang banyak, aku merasa begitu bahagia.
Setiap ada kegiatan di sekolah aku selalu bersemangat karena berharap bisa bertemu dan melihatnya, begitu pun ketika ada kegiatan kerja kelompok aku selalu memilih untuk bisa berada satu kelompok dengannya.
Adanya perasaan ini setidaknya menjadi nilai positif bagiku karena mampu membuatku menjadi salah satu murid yang aktif di kegiatan sekolah. Aku selalu berusaha untuk terlihat menonjol dalam setiap kegiatan di sekolah hanya untuk menarik perhatiannya. Sekolah telah menjadi tempat favoritku di masa remaja pada saat itu. Meskipun perasaan ini tidak bisa kuungkapkan langsung kepada dia dan hanya bisa memandanginya itu sudah cukup membuatku bahagia.
Selepas masa SMP kami berpisah karena berbeda tempat sekolah. Semenjak itu waktu seakan mulai memudarkan perasaan ini. Selama empat tahun memendam perasaan kepadanya telah mengajariku arti rasa cinta terhadap lawan jenis serta bagaimana aku mengelola perasaanku untuk tetap bertahan berada dalam situasi cinta dalam diam.
Terima kasih kepada cinta pertamaku meskipun kita tak pernah ditakdirkan untuk bersama setidaknya perasaan ini telah membawaku ke dalam tahap menuju gadis remaja yang lebih mengerti akan rasa cinta.
#WomenforWomen