Sukses

Parenting

Fimela Figur: Cara Caca Tengker Menyeimbangkan Pekerjaan dan Passion Tanpa Harus Merasa Bersalah Kepada Anak

Fimela.com, Jakarta Alsi Mega Marsha Tengker atau yang akrab disapa Caca Tengker merupakan public figure dikenal sebagai anak dari Rieta Amilia dan Adik dari Nagita Slavina. Memiliki privilege tersebut tidak membuat Caca berpuas diri, ia justru membangun identitas sendiri dengan berkecimpung di dunia psikologi.

Kini Caca Tengker merupakan Founder & Clinical Psychologist di Amanasa yang merupakan family support center yang menyediakan layanan psikologi untuk membantu individu, pasangan, dan keluarga Indonesia. Dengan berbagai layanan seperti Mental Health Check Up (MHCU), konseling, psikoterapi, ruang curhat, seminar, dan webinar.

Caca juga memanfaatkan media sosial untuk berbagi ilmu psikologi yang ia dalami. Kepada Fimela, Caca menyampaikan jika profesinya ini dipilih karena ia menyukai belajar di bidang Psikologi dan sangat tertarik berbagai ilmu yang dimiliki.

"Psikologi bidang yang didalami dari dulu, mulai dari S1 hingga S2,  aku tertarik belajar di situ, bisa sharing dari yang aku tahu dan bisa ngasih tau pengalaman aku ke orang yang lebih banyak," cerita Caca Tengker kepada Fimela.

Setelah menikah, Caca Tengker pun tentu memiliki peran baru sebagai istri dan seorang ibu setelah ia melahirkan. Menyeimbangkan peran sebagai ibu dan pekerjaan memang tidak mudah dan menjadi tantangan yang baru. Namun, baginya memiliki anak bukanlah hambatan untuk mencapai karir dan passion, hal ini dikarenakan support system sangat membantu dirinya.

"Saat menikah aku sempat cuti kuliah saat ambil magister psikolog klinis dewasa di Atmajaya, lalu ngga lama dari jeda 7 bulan aku hamil lalu melahirkan belum kuliah lagi. Sampai akhirnya memutuskan untuk nerusin tesis sambil ngurus anak pertama yang usianya 1.5 tahun. Jujur itu berat tapi ada support system keluarga, suamiku, suster, teman jadi lebih mudah menjalankannya," papar Caca.

Ibu dua anak ini menyampaikan jika berbagi peran mengurus anak dengan suaminya sama ratanya. Dengan berbagai tugas dengan waktu yang flexible hingga keduanya bisa sama-sama mengejar passion dan hobi tanpa meninggalkan anak-anak.

"Menariknya di awal nikah kita memang sudah bagi tugas setara termasuk pengasuhan anak, suami aku bisa ngasih makan anak-anak bahkan masakin. Bisa saling bantu dan pengertian, kalau aku harus kerja atau ngelakuin hobi pasti anak-anak sama ayahnya, begitu sebaliknya. Dari awal nikah juga pola asuh sudah dipercayakan sama aku karena memang punya ilmunya tapi tetap suami kasih input," tambah Caca.

Mengelola Perasaan Bersalah Kepada Anak hingga Membangun Waktu Berkualitas di tengah Kesibukan

Caca menyampaikan kesulitan terberat yang mungkin dirasakan setiap ibu yang bekerja ialah merasa bersalah meninggalkan anak hingga kurangnya durasi bertemu anak. Perasaan bersalah ini pun cukup sering ia rasakan.

"Sampai sekarang mungkin aku suka masih bersalah ninggalin anak kerja, cancel janjian sama anak, membuat keputusan yang bikin anak nggak nyaman," ucapnya.

Namun, Caca mengandalkan support system untuk membuat hatinya lebih tenang hingga masih rutin berkonsultasi ke psikolog dan psikiater. Caca juga memiliki positif thinking jika pekerjaan dan hobinya justru membuatnya lebih maksimal memberikan yang terbaik untuk buah hatinya.

"Support system yang baik itu penting banget karena bisa saling support. Ketika aku lemah saat merasa bersalah tapi ada yang kuatin lagi jadi lebih tenang. Rutin bercerita dengan ahlinya untuk aku memproses diri aku agar lebih penuh lagi hatinya. Hobi aku juga bermanfaat agar aku lebih bahagia karena dengan hati aku bahagia akan hadir seutuhnya untuk anak-anakku," katanya.

Malam hari jadi waktu yang tepat untuk Caca memiliki quality time bersama anak-anaknya, setelah seharian beraktivitas. Akhir pekan bagi Caca menjadi waktunya bersama kedua putrinya.

"Pasti setiap malam sebelum tidur quality time bersama anak-anak. Kalau pagi semua sibuk masing-masing, bukan cuma aku yang punya aktivitas tapi anak-anak juga sekolah. Alokasi waktu weekend sama anak, di rumah biasanya anak pertama bikin craft, yang kecil baca buku bareng. Atau jalan-jalan ke rumah mamah, kakak Gigi, atau ke acara yang bisa bawa anak," ujarnya.

Caca juga memastikan anak-anak memiliki waktu berkualitas bersamanya dengan bertanya atau berdiskusi langsung bersama anak-anaknya. "Aku tanya apa mba merasa disayang ibu, kalau yang kecil paling sambil dipancing-pancing pertanyaanya. Pokoknya ada waktu free sama anak ngobrol. Kalau yang kecil sambil cuddling atau baca buku," ujarnya.

Menurut Caca, anak bukanlah penghambat cita-citanya justru membantu mewujudkan impiannya. Hal, ini dikarenakan ia memang bercita-cita sebagai seorang ibu. "Aku tuh dari dulu memang punya cita-cita jadi ibu. Jadi tanpa anak-anak, cita-cita aku tidak terwujud," katanya.

Menerapkan Pola Asuh dari ilmu Psikolog hingga Sang Ibu

Sebagai seorang psikolog, tentu Caca memiliki ilmu segudang mengenai pola asuh yang baik dan benar. Ia menyampaikan sebisa mungkin mengikuti sesuai ilmu namun tidak memaksakan. Sebab, tentu teori akan lebih sulit diterapkan pada prakteknya.

"Mengikuti ilmu psikologi kurang lebih iya, tapi nggak saklek banget. Apalagi manusia biasa banyak kesalahannya. Aku ajarin ngga apa-apa bikin salah tapi ada usaha untuk memperbaikinya dan bangkit. Kalau 100 persen ikutin ilmu psikolog menurut aku dituntut menjadi manusia sempurna dan malah menjadikan beban," katanya,

Caca mengatakan banyak mempelajari pola asuh dari sang ibunda yang juga merupakan wanita karir. Caca mengatakan hal yang sangat dipelajari dari sang ibunda ialah bahwa perempuan itu berdaya, mampu melakukan segala hal.

"Banyak tentu yang dipelajari dari ibu yang aku coba ke anak-anakku tapi pasti ada perbedaan. Yang aku pelajari banget dia selalu ada buat anak-anaknya, apalagi saat itu ia single parent. Aku juga pelajari gimana kita perempuan bekerja tau porsi baiknya gimana" tutupnya.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading