Fimela.com, Jakarta Menghadapi anak yang sulit makan adalah tantangan umum yang sering dihadapi oleh para orangtua. Fenomena ini, yang dikenal sebagai Gerakan Tutup Mulut (GTM), dapat terjadi karena berbagai alasan, mulai dari preferensi rasa hingga faktor psikologis. Namun, yang terpenting adalah memastikan anak mendapatkan asupan nutrisi yang cukup untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan mereka.
Mengatasi perilaku ini membutuhkan kreativitas dan kesabaran dari orangtua, serta pemahaman bahwa ini adalah fase yang wajar dalam perkembangan anak. Menurut dr. Leonirma Tengguna, seorang dokter anak, GTM adalah kesempatan bagi orangtua untuk berinovasi dalam menyajikan makanan kepada anak. Dengan mencatat jenis makanan yang disukai dan tidak disukai anak, orangtua dapat mencoba variasi baru yang lebih menarik.
Misalnya, jika anak menyukai keju tetapi tidak menyukai daging sapi, orangtua bisa mencoba mengolah daging sapi dengan tambahan keju untuk meningkatkan daya tariknya. Pendekatan kreatif ini tidak hanya membantu anak mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan, tetapi juga menciptakan pengalaman makan yang menyenangkan dan membangun koneksi positif dengan makanan, dilansir Fimela.com dari berbagai sumber, Selasa(10/12).
Advertisement
Advertisement
Masa Seribu Hari Pertama Penting Mencukupi Kebutuhan Nutrisi Anak
Memperhatikan perkembangan anak sejak dini sangat penting, terutama pada masa seribu hari pertama yang dikenal sebagai periode emas. Pada fase ini, pertumbuhan anak berlangsung cepat, sehingga orangtua harus memberikan perhatian khusus terhadap nutrisi dan kebutuhan anak. Nutrisi yang baik, seperti makanan kaya protein hewani, sangat krusial untuk mendukung tumbuh kembang optimal dan mencegah masalah seperti stunting.
Dr. Leonirma menekankan bahwa setiap momen bersama anak adalah penting, dan pencapaian dalam pertumbuhan anak sebaiknya dirayakan dengan memberikan perhatian yang cukup. Selain nutrisi, stimulasi juga berperan penting dalam perkembangan anak. Damar Wijayanti menyoroti bahwa stimulasi, seperti mengajak berbicara anak sejak dalam kandungan, dapat mempengaruhi perkembangan bahasa dan kepekaan indra anak secara positif.
Kebiasaan makan yang baik perlu dibentuk untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, dengan fokus pada makanan yang mengandung protein hewani. Dengan perhatian yang tepat pada aspek nutrisi dan stimulasi, orangtua dapat memastikan tumbuh kembang anak yang optimal di masa depan.
Nutrisi Tak Hanya Soal Kebutuhan Fisik
Nutrisi yang seimbang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, baik secara fisik maupun emosional. Anak yang mendapatkan nutrisi harian yang cukup biasanya menunjukkan perkembangan fisik yang lebih optimal. Selain itu, nutrisi berperan penting dalam perkembangan keterampilan dan aspek emosional anak, seperti kemampuan fokus, konsentrasi, dan pengelolaan emosi.
Damar menekankan bahwa nutrisi yang baik membantu membentuk arsitektur otak, yang berpengaruh langsung pada fungsi kognitif dan emosional anak. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan berbagai masalah, termasuk gangguan fokus, kesulitan berkonsentrasi, dan pengaturan emosi yang kurang baik. Kondisi ini juga dapat mempengaruhi perkembangan motorik, baik kasar maupun halus, seperti kemampuan duduk, berjalan, menggambar, dan menulis.
Jika anak menunjukkan tanda-tanda seperti kurang fokus atau kesulitan motorik, hal ini bisa menjadi indikasi bahwa mereka memerlukan perhatian lebih dalam hal asupan nutrisi. Oleh karena itu, memastikan nutrisi yang cukup sangat penting untuk mendukung perkembangan optimal anak.
Advertisement
Manfaat Keju bagi Anak
Keju memiliki berbagai manfaat penting untuk pertumbuhan anak, terutama karena kandungan proteinnya yang tinggi yang mendukung perkembangan otot dan otak. Selain itu, keju kaya akan kalsium, penting untuk pertumbuhan gigi yang sehat. Menurut Dr. Leonirma, keju sebaiknya diperkenalkan kepada anak setelah usia dua tahun, meskipun bisa dilakukan secara bertahap sebelumnya untuk memastikan pencernaan yang baik.
The Laughing Chow Cheese menawarkan produk keju yang aman dan bersertifikasi halal, menegaskan komitmen mereka terhadap kualitas dan keamanan produk. Proses pembuatan keju berkualitas melibatkan penggunaan susu sapi segar yang diimpor dari Prancis. Menurut Alamjit Singh Sekhon, General Manager Bel Group Asia Tenggara, susu ini dikumpulkan dan difermentasi untuk menghasilkan keju yang kemudian disimpan di tempat dingin untuk pematangan.
Selama penyimpanan, rasa keju berkembang, dan durasi penyimpanan mempengaruhi kekuatan rasa dan karakteristik keju. Setelah pematangan, keju diproses lebih lanjut dengan susu bubuk dan mentega untuk menjaga kualitas dan keamanan. Akhirnya, keju dibentuk dan dikemas untuk dipasarkan, menjadikannya makanan yang lezat dan bergizi bagi anak-anak.