Fimela.com, Jakarta Pernah mendengar istilah strawberry generation? Menurut Prof. Rhenald Kasali dalam bukunya, yang menggambarkan generasi muda masa kini: penuh dengan gagasan kreatif tetapi cenderung mudah menyerah dan gampang sakit hati. Seperti buah stroberi yang indah dari luar, namun rapuh saat dihadapkan pada tekanan, generasi ini sering kesulitan menghadapi tantangan di dunia nyata.
Menurut Prof. Rhenald, salah satu penyebab utama munculnya generasi stroberi adalah pola asuh yang terlalu memanjakan atau terlalu melindungi. Parenting yang tidak seimbang antara kasih sayang dan pembentukan karakter bisa membuat anak tumbuh tanpa daya juang yang kuat. Orang tua mungkin berniat memberikan yang terbaik, tetapi pendekatan yang salah justru melemahkan kemampuan anak untuk menghadapi realitas hidup.
Lalu, seperti apa tipe parenting yang dapat menghasilkan generasi stroberi ini? Yuk, sahabat Fimela, kita kenali pola asuh yang perlu dihindari agar anak tumbuh menjadi pribadi tangguh dan tidak mudah goyah.
Advertisement
Advertisement
1. Helicopter Parenting: Terlalu Mengontrol Anak
Orang tua tipe ini selalu melayang-layang di sekitar anak, mengontrol segala aspek hidupnya. Mulai dari pilihan sekolah, teman, hingga hobi, semuanya diatur tanpa memberi anak ruang untuk menentukan sendiri. Akibatnya, anak tidak belajar menghadapi risiko dan cenderung mudah menyerah saat menghadapi kegagalan.
2. Permissive Parenting: Terlalu Longgar dengan Aturan
Sahabat Fimela, tipe parenting ini terlihat seperti “baik hati,” tetapi sebenarnya berbahaya. Orang tua yang terlalu permisif membiarkan anak bebas tanpa batasan. Anak tumbuh tanpa disiplin dan cenderung mencari kenyamanan, sehingga sulit menghadapi tekanan ketika harus beradaptasi di dunia nyata.
Advertisement
3. Snowplow Parenting: Menghilangkan Semua Hambatan
Tipe ini terjadi ketika orang tua selalu membersihkan jalan untuk anaknya, memastikan mereka tidak pernah menghadapi kesulitan. Meskipun bermaksud melindungi, pola ini justru membuat anak menjadi generasi stroberi yang rapuh, karena mereka tidak terbiasa menghadapi tantangan dan memecahkan masalah sendiri.
4. Overachievement-Oriented Parenting: Fokus Berlebihan pada Prestasi
Orang tua yang hanya fokus pada pencapaian akademik atau kesuksesan cenderung memberi tekanan besar pada anak. Anak merasa nilainya hanya diukur dari hasil, bukan proses atau usahanya. Ketika gagal, anak dari pola asuh ini lebih rentan kecewa dan kehilangan motivasi.
Sahabat Fimela, pola asuh yang seimbang adalah kunci untuk membentuk anak yang tangguh, kreatif, dan percaya diri. Jangan sampai kita menjadi penyebab lahirnya generasi stroberi yang mudah runtuh di tengah tekanan. Yuk, mulai refleksi pola asuh kita dan tumbuhkan generasi yang kuat!