Fimela.com, Jakarta Melatih anak untuk menggunakan toilet, atau yang dikenal dengan toilet training, umumnya dimulai ketika anak berusia sekitar 18 bulan. Namun, meskipun anak sudah mulai terbiasa buang air kecil dan besar di toilet, kebiasaan mengompol, terutama saat tidur, masih kerap terjadi. Kondisi ini dikenal sebagai nocturnal enuresis dan biasanya terjadi tanpa disengaja.
Mengompol merupakan hal yang normal selama anak masih dalam masa pertumbuhan. Namun, jika kebiasaan ini terus berlanjut hingga anak berusia lebih dari 7 tahun, orang tua sebaiknya mengambil langkah khusus untuk mengatasinya. Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membantu anak berhenti mengompol.
Advertisement
Membiasakan Anak Pergi ke Toilet Secara Rutin
Langkah awal yang dapat diambil adalah membiasakan si kecil untuk mengunjungi toilet meskipun belum merasa ingin buang air kecil. Ajaklah anak untuk pergi ke toilet setidaknya 2-3 kali di siang hari dan satu kali sebelum tidur malam.
Kebiasaan ini dapat membantu anak mengosongkan kandung kemih sebelum tidur, sehingga risiko mengompol di malam hari bisa diminimalkan. Selain itu, rutinitas ini juga membantu anak lebih peka terhadap sinyal tubuh ketika merasa ingin buang air kecil.
Hindari Minuman yang Memicu Buang Air Kecil
Beberapa minuman diketahui memiliki sifat diuretik yang dapat meningkatkan produksi urin, seperti teh, kopi, susu, dan minuman bersoda. Untuk meminimalkan risiko mengompol, sebaiknya hindari memberikan minuman tersebut, terutama menjelang waktu tidur.
Sebagai gantinya, berikan air putih dalam jumlah yang cukup sepanjang hari. Ini akan membantu menjaga tubuh anak tetap terhidrasi tanpa memicu aktivitas berlebihan pada kandung kemih di malam hari.
Advertisement
Mengatur Asupan Cairan pada Malam Hari
Untuk membantu mengurangi kemungkinan anak mengompol di malam hari, penting untuk mengatur asupan cairannya. Ajak anak untuk minum lebih banyak di pagi hingga siang hari, lalu perlahan kurangi jumlahnya sekitar 1-2 jam sebelum waktu tidur.
Dengan cara ini, tekanan pada kandung kemih saat tidur dapat diminimalkan. Namun, tetaplah memastikan bahwa kebutuhan cairan harian anak terpenuhi agar terhindar dari dehidrasi.
Pastikan Toilet Mudah Diakses
Posisi toilet yang terlalu jauh dari kamar anak mungkin menjadi salah satu alasan mengapa anak sering mengompol, terutama jika mereka merasa kesulitan untuk mencapainya tepat waktu. Oleh karena itu, sebaiknya pastikan kamar anak terletak dekat dengan toilet.
Untuk memudahkan, biarkan lampu di area toilet tetap menyala sepanjang malam. Dengan cara ini, anak akan merasa lebih nyaman dan aman untuk pergi ke toilet sendiri jika terbangun di malam hari.
Advertisement
Berikan Apresiasi atas Usahanya
Dukungan serta motivasi dari orang tua memiliki peran yang sangat krusial dalam membantu anak mengatasi kebiasaan mengompol. Memberikan pujian atau hadiah kecil ketika anak berhasil tidak mengompol sepanjang malam bisa menjadi dorongan positif yang sangat berarti.
Apresiasi semacam ini dapat meningkatkan rasa percaya diri anak, membuat mereka semakin termotivasi untuk mempertahankan kebiasaan baik tersebut. Sebaliknya, hindarilah memberikan tekanan atau teguran yang berlebihan jika anak masih mengalami kesulitan, karena hal ini dapat membuat mereka merasa tertekan atau malu.
Pertanyaan dan Jawaban Seputar Mengompol pada Anak
Kapan waktu yang tepat untuk melatih anak toilet training?
Toilet training bisa dimulai sejak anak berusia 18 bulan, tetapi perhatikan tanda-tanda kesiapan anak, seperti mampu memberi tahu ketika ingin buang air kecil.
Advertisement
Apakah mengompol pada malam hari normal?
Mengompol adalah hal yang normal pada anak usia di bawah 7 tahun. Jika masih terjadi setelah usia tersebut, konsultasikan dengan dokter.
Bagaimana cara mengurangi risiko mengompol saat tidur?
Batasi konsumsi cairan sebelum tidur, ajak anak ke toilet secara rutin, dan pastikan toilet mudah diakses.
Advertisement
Kapan harus menghubungi dokter terkait kebiasaan mengompol?
Jika anak masih mengompol secara konsisten di atas usia 7 tahun meskipun telah mencoba berbagai cara, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui penyebabnya.