Fimela.com, Jakarta Setiap orang tua memiliki cara berbeda dalam membesarkan anak. Hingga muncul istilah-istilah parenting yang menjadi label untuk pola asuh tertentu. Salah satunya yang belakangan sering diperbincangkan adalah strawberry parents. Istilah ini menggambarkan pola asuh yang cenderung terlalu melindungi dan kurang membiarkan anak belajar menghadapi tantangan.
Seperti buah yang tampak manis tetapi mudah memar, orang tua jenis ini sering melibatkan diri secara berlebihan dalam kehidupan anak demi memastikan segalanya berjalan mulus. Meskipun bertujuan baik, pendekatan ini berisiko membuat anak kurang tangguh dalam menghadapi realitas kehidupan.
Penting untuk mengenali tanda-tanda jika mulai menerapkan pola asuh ini. Dengan begitu, Sahabat Fimela dapat mengevaluasi gaya parenting dan memastikan anak tumbuh menjadi individu yang mandiri dan kuat. Berikut lima tanda bahwa kamu adalah strawberry parents.
Advertisement
Advertisement
1. Terlalu Cepat Membantu Anak Menghadapi Masalah
Selalu ingin anak merasa nyaman, sehingga setiap kali ia menghadapi masalah kecil, kamu langsung turun tangan untuk menyelesaikannya. Alih-alih memberi ruang bagi anak untuk berpikir dan mencari solusi sendiri, kamu cenderung mengambil alih tanggung jawab tersebut.
Tindakan ini bisa membuat anak merasa kurang percaya diri untuk menyelesaikan masalah di kemudian hari. Penting untuk memberikan bimbingan, tetapi biarkan ia mencoba menghadapi kesulitannya dengan bekal bimbingan terlebih dahulu.
2. Menyediakan Segala Kebutuhan Anak Tanpa Memberikan Tugas
Segala kebutuhan anak selalu dipenuhi tanpa memintanya untuk berkontribusi, seperti membantu tugas rumah tangga. Meskipun ini dilakukan karena kasih sayang, hal ini bisa membuat anak tidak terbiasa bertanggung jawab pada tugas-tugas dasar.
Dengan memberikan tanggung jawab sederhana, anak belajar disiplin dan mengembangkan rasa empati terhadap lingkungan sekitarnya. Kebiasaan ini juga akan mempersiapkannya untuk hidup mandiri di masa depan.
Advertisement
3. Menghindarkan Anak dari Kritik dan Konsekuensi
Strawberry parents sering kali berusaha melindungi anaknya dari kritik atau pengalaman buruk. Misalnya dengan membela anak dari kesalahan tanpa memberi pemahaman. Hal ini membuat anak kurang memahami pentingnya introspeksi dan belajar dari kesalahan.
Ketika anak tidak diajarkan menghadapi kritik, ia bisa menjadi pribadi yang mudah rapuh saat dewasa. Memberikan pemahaman tentang konsekuensi dari setiap tindakan akan membuat anak lebih bijaksana dan bertanggung jawab.
4. Terlalu Mengatur Kegiatan Anak secara Detail
Selalu menentukan apa yang harus dilakukan anak, mulai dari aktivitas sekolah hingga waktu bermain, tanpa memberi kesempatan baginya untuk memilih. Hal ini bisa membuat anak kehilangan inisiatif dan merasa kurang memiliki kendali atas hidupnya sendiri.
Meskipun ingin memberikan yang terbaik, penting untuk mendengarkan pendapat anak dan memberinya kebebasan untuk memilih sesuai minat dan kemampuannya. Si kecil pun bisa tumbuh menjadi individu yang percaya diri dan kreatif.
Advertisement
5. Cemas Berlebihan terhadap Keputusan Anak
Merasa khawatir terhadap setiap keputusan anak, bahkan untuk hal-hal kecil seperti memilih teman atau kegiatan ekstrakurikuler. Kecemasan ini sering kali membuatmu mendikte pilihan anak karena takut ia salah langkah.
Padahal, memberi anak kesempatan untuk belajar dari pilihannya adalah bagian penting dari proses tumbuh kembangnya. Selama keputusan anak tidak membahayakan, biarkan ia belajar memahami konsekuensi atas pilihannya sendiri.
Mengasuh anak bukanlah hal yang mudah, tetapi penting untuk memberikan ruang bagi mereka untuk tumbuh menjadi individu yang tangguh. Hindari sikap terlalu melindungi agar anak bisa belajar menghadapi realitas hidup. Pola asuh yang seimbang adalah kunci utama membesarkan anak mandiri dan percaya diri.