Sukses

Parenting

Penyebab Anak Melakukan Bullying di Sekolah, Kesalahan dalam Pola Asuh dan Solusi Lainnya

Fimela.com, Jakarta Bullying di kalangan anak-anak semakin mengkhawatirkan. Menurut data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), pada tahun 2021 tercatat sebanyak 2.982 kasus bullying, di mana 1.138 di antaranya melibatkan kekerasan fisik dan psikis. Angka ini menyoroti bahwa bullying adalah masalah serius yang memerlukan perhatian mendalam dari orang tua dan masyarakat.

Sering kali, pelaku bullying adalah anak-anak yang sebenarnya membutuhkan perhatian lebih. Tindakan mereka tidaklah tanpa alasan, melainkan sering dipicu oleh berbagai faktor yang memengaruhi perilaku tersebut. Berdasarkan informasi dari beberapa sumber pada Rabu (20/11), berikut adalah penjelasan mengenai penyebab serta cara mengantisipasi masalah ini.

Masalah di Rumah Menjadi Pemicu Utama

Keluarga merupakan sekolah pertama bagi anak dalam mempelajari berbagai hal, termasuk perilaku. Anak yang sering menyaksikan pertengkaran antara orang tua di rumah cenderung merasa tidak aman dan kurang mendapatkan kasih sayang. Situasi ini dapat mendorong mereka untuk mencari perhatian dengan cara yang negatif, seperti melakukan tindakan bullying. Selain itu, pola asuh yang terlalu permisif, di mana orang tua membiarkan anak bertindak sesuka hati tanpa batasan, dapat membentuk karakter agresif pada anak.

Ketika anak merasa tidak dihargai di rumah, mereka mungkin mencoba mencari kekuasaan di luar lingkungan keluarga dengan cara yang salah, seperti menindas teman-temannya. Seorang psikolog anak menyatakan, Keluarga adalah fondasi utama dalam membentuk karakter anak. Konflik yang terjadi di rumah dapat mempengaruhi cara anak berinteraksi dengan lingkungannya, demikian diungkapkan oleh pakar dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).

Bullying Dilakukan Demi Keseruan Pribadi

Kurangnya empati sering kali menjadi salah satu penyebab anak melakukan tindakan bullying. Anak-anak yang kurang mendapatkan perhatian dari orang tua cenderung mencari cara untuk mendapatkan kesenangan dengan cara yang salah, seperti menyakiti orang lain. Mereka melakukan hal ini semata-mata untuk menghibur diri dan merasa lebih superior dibandingkan korbannya.

Perilaku perundungan yang dijadikan hiburan ini kerap terjadi di lingkungan sekolah, di mana pelaku merasa puas ketika melihat korban merasa takut atau rendah diri. Oleh karena itu, orang tua memiliki peran penting dalam menanamkan nilai empati pada anak sejak dini. Dengan demikian, anak akan belajar untuk menghargai perasaan orang lain.

Ingin Dianggap Keren dan Populer

Popularitas sering kali menjadi pendorong bagi anak-anak untuk melakukan bullying. Dalam upaya untuk dianggap 'keren' oleh teman-temannya, beberapa anak memilih bullying sebagai cara untuk menarik perhatian dan meningkatkan status sosial mereka di sekolah. Mereka percaya bahwa perilaku agresif dapat membuat mereka lebih dihormati.

Sasaran dari perilaku ini biasanya adalah anak-anak yang dianggap lemah atau berbeda, baik dari segi fisik, ras, maupun agama. Untuk mencegah terjadinya bullying, penting bagi orang tua untuk membimbing anak-anak mereka ke dalam kegiatan positif yang dapat membangun rasa percaya diri tanpa harus menjatuhkan orang lain.

Balas Dendam, Sebuah Siklus yang Terus Berulang

Korban bullying kerap kali bertransformasi menjadi pelaku di masa depan. Anak-anak yang pernah mengalami intimidasi sering meluapkan rasa sakit hati mereka dengan menindas orang lain yang dianggap lebih lemah. Tindakan ini dilakukan demi mendapatkan kepuasan atau kelegaan, meskipun hanya sesaat.

Ironisnya, aksi balas dendam semacam ini dapat memicu siklus bullying yang sulit diputus jika tidak segera ditangani. Membangun lingkungan sekolah yang aman dan mendukung adalah langkah penting untuk membantu anak-anak menghentikan siklus ini.

Ambisi Mendapatkan Kekuasaan di Sekolah

Beberapa anak terlibat dalam perilaku bullying sebagai cara untuk menunjukkan dominasi mereka. Ketika seorang anak merasa tidak memiliki peran yang berarti dalam lingkungannya, mereka mungkin mencoba untuk mendapatkan kekuasaan dengan menindas teman-temannya. Ini menjadi jalan pintas bagi mereka untuk merasakan kekuasaan.

Kurangnya dukungan emosional dari orang tua sering kali memperburuk situasi ini, mendorong anak untuk mencari validasi dengan cara yang negatif. Pola asuh yang tepat, seperti memberikan apresiasi terhadap pencapaian anak, dapat membantu mereka merasa dihargai tanpa harus mengekspresikan kekuasaan secara agresif.

Pertanyaan dan Jawaban Seputar Anak Melakukan Bullying

Apa penyebab utama anak menjadi pelaku bullying?

Anak sering menjadi pelaku bullying karena faktor lingkungan keluarga, kurangnya empati, dan keinginan untuk mencari perhatian atau kekuasaan.

Bagaimana orang tua dapat mencegah anak menjadi pelaku bullying?

Orang tua dapat mencegahnya dengan menciptakan suasana rumah yang harmonis, memberikan perhatian penuh, dan mengajarkan nilai empati sejak dini.

Apa yang harus dilakukan jika anak menjadi korban bullying?

Jika anak menjadi korban bullying, orang tua harus segera berbicara dengan pihak sekolah dan memberikan dukungan emosional kepada anak.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading