Sukses

Parenting

Parenting Orangtua yang Dapat Menurunkan Rasa Percaya Diri Anak Tanpa Didasari

Fimela.com, Jakarta Kepercayaan diri yang kokoh pada anak merupakan landasan penting bagi pembentukan kepribadiannya di masa mendatang. Dengan kepercayaan diri yang baik, anak akan merasa lebih nyaman dalam berinteraksi, lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, dan memiliki dorongan yang kuat untuk terus berkembang. Namun, kepercayaan diri ini perlu dibangun sejak dini, karena pada tahap ini, anak sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan sekitarnya, termasuk cara orangtua mendidik.

Pengasuhan yang tepat tidak hanya mendukung pertumbuhan fisik anak, tetapi juga perkembangan emosional dan psikologisnya. Seperti yang diungkapkan oleh laman parents.com, sikap orangtua memiliki peran krusial dalam membentuk kepercayaan diri anak. Sebaliknya, sikap-sikap tertentu dapat merusak rasa percaya diri dan berdampak negatif pada masa depan anak. Berikut adalah beberapa perilaku orangtua yang dapat mengurangi kepercayaan diri anak.

Sikap Kasar dan Pemarah

Orangtua yang kerap kali bersikap keras atau mudah marah terhadap anak mungkin beranggapan bahwa cara ini efektif untuk mendisiplinkan anak dengan cepat. Namun, penelitian mengungkapkan bahwa pendekatan semacam ini justru bisa menghancurkan rasa percaya diri anak. Ketika anak sering dimarahi atau diperlakukan dengan kasar, ia bisa merasa tidak dihargai dan kurang mendapatkan kasih sayang yang sangat dibutuhkannya. Situasi ini dapat menyebabkan trauma yang bertahan hingga dewasa, yang pada akhirnya memengaruhi cara anak tersebut berinteraksi dengan orang lain.

Para psikolog menekankan bahwa anak-anak yang sering mengalami perlakuan kasar dari orangtua memiliki risiko lebih tinggi untuk menunjukkan perilaku agresif atau kasar di kemudian hari. Hal ini menggarisbawahi betapa pentingnya pendekatan yang penuh perhatian dan kasih sayang dalam mendidik anak, agar mereka dapat tumbuh menjadi individu yang sehat secara emosional dan mampu menjalin hubungan yang baik dengan orang lain.

Membandingkan Anak dengan Orang Lain

Banyak orangtua tanpa sadar kerap kali membandingkan anak mereka dengan anak lain yang dianggap lebih cerdas atau berbakat. Meskipun niatnya mungkin untuk memotivasi, tindakan ini bisa saja mengikis rasa percaya diri si anak. Ketika seorang anak merasa dirinya tidak cukup baik atau tidak mampu memenuhi harapan orangtuanya, ia bisa merasa kecewa dan tidak puas dengan dirinya sendiri.

Anak yang terus-menerus dibandingkan dengan anak lain berisiko mengalami depresi, merasa tidak puas dengan dirinya, dan cenderung menghindari interaksi sosial. Oleh karena itu, sangat penting bagi orangtua untuk menghargai dan menerima keunikan setiap anak, alih-alih membandingkannya dengan orang lain. Dengan demikian, anak dapat tumbuh dengan rasa percaya diri dan kebahagiaan yang lebih besar.

Meremehkan Anak

Sering kali, orangtua tanpa sadar merendahkan anak-anak mereka, bahkan dalam suasana bercanda. Kata-kata yang seolah tidak berarti ini dapat menimbulkan dampak yang mendalam pada sang anak. Ketika seorang anak merasa diremehkan atau tidak dihargai, kepercayaan dirinya bisa runtuh seketika, meninggalkan bekas yang sulit untuk dipulihkan.

Sikap meremehkan ini membuat anak merasa seolah-olah usahanya tidak ada artinya, meskipun ia telah berjuang keras untuk memenuhi ekspektasi orangtuanya. Akibatnya, pandangan anak terhadap dirinya sendiri bisa berubah menjadi negatif, dan ini berpotensi menimbulkan berbagai masalah emosional di kemudian hari.

Harapan yang Berlebihan

Banyak orangtua berharap anak-anak mereka dapat unggul dibandingkan teman-temannya. Namun, ekspektasi yang terlalu tinggi dapat menimbulkan beban berat bagi sang anak. Ketika anak merasa tidak mampu memenuhi harapan tersebut, rasa percaya diri mereka bisa menurun, dan mereka mungkin merasa tertekan.

Para ahli perkembangan anak menekankan pentingnya memiliki harapan yang realistis serta memberikan dukungan emosional yang konsisten. Lebih penting daripada menuntut kesempurnaan, pendekatan ini membantu anak merasa lebih aman dan dihargai. Sebaliknya, harapan yang berlebihan dapat membuat anak merasa gagal dan akhirnya menjauh dari interaksi sosial.

Sering Membentak Anak

Membentak anak, khususnya pada masa kanak-kanak, dapat berdampak negatif pada perkembangan saraf mereka. Anak-anak yang kerap kali mendapatkan perlakuan kasar atau dimarahi dengan kata-kata yang menyakitkan berpotensi mengalami masalah emosional. Kebiasaan seperti ini dapat membuat anak merasa malu dan mengalami gangguan mental yang signifikan.

Oleh karena itu, sangat penting untuk menerapkan pendekatan yang lebih lembut dalam mendidik anak, sehingga mereka merasa dihargai dan didukung. Sikap membentak yang dilakukan berulang kali tidak hanya memengaruhi kesehatan mental anak, tetapi juga dapat merusak kepercayaan diri mereka.

Bagaimana sikap orangtua yang berharap terlalu tinggi memengaruhi anak?

Harapan yang berlebihan dapat memberi tekanan pada anak dan membuatnya merasa gagal jika tidak mampu memenuhinya, yang dapat menurunkan rasa percaya diri.

 

Apa yang harus dilakukan orangtua agar tidak membentak anak?

Orangtua perlu menggunakan pendekatan yang lembut dan penuh kasih sayang dalam mendidik anak, serta menghindari membentak atau menggunakan kata-kata kasar.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading