Sukses

Parenting

Tips Ampuh Bagi Orangtua untuk Mengatasi Balita yang Suka Memukul

Fimela.com, Jakarta Saat melihat si kecil yang masih dalam usia balita sering memukul orang lain, baik itu teman, keluarga, atau bahkan orangtuanya sendiri, tentu menimbulkan kekhawatiran. Namun, tak perlu terlalu cemas, karena kebiasaan ini bukan berarti orangtua salah dalam mendidik. Perilaku memukul pada balita tidak serta-merta menunjukkan bahwa mereka akan tumbuh menjadi individu yang kasar di masa depan.

Menurut sumber dari Healthline, ada beberapa alasan mengapa balita kerap memukul orang lain. Pertama, mereka mungkin sedang bereksperimen dengan batasan untuk memahami apa yang dapat diterima atau tidak. Kedua, pada usia ini, mereka masih kurang mampu mengendalikan diri, sehingga cenderung bertindak impulsif saat merespons perasaan tanpa berpikir panjang. Selain itu, mereka belum sepenuhnya menyadari bahwa memukul adalah tindakan yang buruk, karena pemahaman moral mereka belum sepenuhnya berkembang.

Hindari Penggunaan Kekerasan

Saat anak mulai menunjukkan perilaku memukul, sangat penting bagi kita untuk tidak menggunakan kekerasan sebagai cara untuk mengatasi masalah tersebut. Hindarilah tindakan seperti memukul, menampar, atau mencubit, karena anak cenderung akan meniru perilaku orangtuanya. Sebaliknya, cobalah untuk berbicara dengan anak secara tenang dan jelas. Anak-anak balita biasanya merespons lebih baik terhadap pendekatan yang tenang dan tegas daripada ketika dihadapi dengan teriakan atau kemarahan.

Meskipun situasinya mungkin membuat kita frustrasi, orangtua sebaiknya meluangkan waktu sejenak untuk menenangkan diri sebelum berbicara dengan anak. Dengan cara ini, anak dapat melihat orangtua sebagai sosok yang mampu mengendalikan emosi. Hal ini akan membantu anak dalam memahami dan mempelajari konsep pengendalian diri yang baik.

Jauhkan Anak dari Situasi

Saat seorang anak bertindak agresif dengan memukul orang lain, penting bagi orangtua untuk segera memisahkan anak dari situasi tersebut. Ajaklah anak ke tempat yang lebih tenang agar emosi negatifnya dapat mereda. Orangtua bisa mengajak anak masuk ke dalam mobil, kamar, atau ruangan yang sunyi. Setelah suasana lebih kondusif, orangtua dapat mulai berdiskusi mengenai tindakan yang dilakukan oleh anak.

Mengalihkan perhatian anak dari situasi yang memicu kemarahan adalah langkah yang efektif untuk menenangkan mereka. Ketika anak sudah tenang, orangtua memiliki kesempatan untuk berbicara dan menjelaskan alasan mengapa tindakan memukul tidak dapat diterima. Ini juga menjadi momen yang tepat bagi orangtua untuk mengajarkan anak tentang cara-cara alternatif yang lebih positif dalam mengekspresikan emosi mereka.

Berikan Dukungan Emosional

Ketika seorang anak memukul orang lain, hal itu sering terjadi karena ia belum mampu mengelola dan mengenali emosinya dengan baik. Oleh karena itu, peran orangtua sangat penting dalam memberikan dukungan emosional. Dukungan ini bisa diwujudkan melalui pelukan hangat dan kata-kata yang menenangkan. Dengan pendekatan ini, emosi negatif yang dirasakan anak dapat berkurang, membuatnya merasa lebih didukung dan dipahami.

Selain itu, orangtua memiliki tanggung jawab untuk membantu anak memahami berbagai jenis emosi yang ada. Bimbinglah anak dalam mengenali dan mengidentifikasi perasaannya dengan menggunakan istilah yang sesuai dengan tahap perkembangan usianya. Ketika anak sudah lebih mengenal emosinya, ia akan lebih mudah mengendalikan perasaannya dan menghindari perilaku agresif sebagai cara untuk mengekspresikan diri.

Ajarkan Bahwa Kekerasan Itu Tidak Baik

Orangtua memiliki peran penting dalam mengajarkan bahwa kekerasan bukanlah tindakan yang dapat dibenarkan. Saat suasana hati anak sudah kembali tenang, berikan penjelasan dengan nada lembut namun tegas bahwa memukul merupakan bentuk kekerasan yang tidak patut dilakukan dan dapat melukai orang lain. Dengan pendekatan yang penuh kelembutan ini, anak akan lebih mudah mengerti bahwa perilaku tersebut tidak bisa diterima.

Selain itu, penting bagi orangtua untuk memperkenalkan berbagai cara alternatif kepada anak dalam mengekspresikan kemarahan atau rasa frustrasi. Misalnya, mendorong anak untuk berbicara dengan orangtua atau menggunakan kata-kata untuk mengekspresikan perasaannya. Pendekatan ini membantu anak memahami bahwa ada cara yang lebih baik dan lebih aman untuk menyampaikan emosi tanpa harus menyakiti orang lain.

Berikan Konsekuensi atas Perbuatan Anak

Langkah terakhir yang dapat diambil oleh orangtua dalam menghadapi anak yang memiliki kebiasaan memukul adalah dengan memberikan konsekuensi, bukan hukuman yang bersifat kekerasan. Ada berbagai cara untuk memberikan konsekuensi yang mendidik, salah satunya adalah dengan membatasi waktu bermain anak dengan mainan favoritnya. Penting untuk diingat bahwa tujuan dari konsekuensi ini adalah untuk mengajarkan anak bahwa perilaku memukul memiliki dampak yang tidak menyenangkan.

Dengan menerapkan konsekuensi yang tepat, anak akan mulai memahami bahwa tindakan agresif seperti memukul tidak dapat diterima dan membawa akibat yang tidak diinginkan. Konsistensi dalam memberikan konsekuensi sangat penting agar anak dapat belajar dari pengalaman tersebut. Selain itu, orangtua harus selalu memberikan penjelasan yang jelas dan mudah dimengerti kepada anak mengenai alasan di balik konsekuensi yang diberikan, sehingga mereka dapat memahami hubungan antara tindakan dan akibatnya.

Bagaimana mengajarkan anak bahwa kekerasan itu tidak baik?

Katakan dengan lembut dan tegas bahwa memukul adalah tindakan yang salah dan dapat menyakiti orang lain.

 

Apa jenis konsekuensi yang dapat diberikan kepada anak yang memukul?

Konsekuensi bisa berupa pengurangan waktu bermain dengan mainan kesukaannya atau kegiatan favorit lainnya.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading