Fimela.com, Jakarta Tantrum pada anak sering kali membuat orang tua merasa khawatir, namun penting untuk dipahami bahwa perilaku ini umumnya merupakan bagian dari proses perkembangan emosi mereka. Tantrum adalah luapan emosi anak yang muncul dalam bentuk ledakan kemarahan atau frustrasi yang tidak terkendali, seperti berteriak, menendang, hingga menangis dengan intensitas tinggi. Anak-anak, terutama balita, kerap kali menggunakan tantrum sebagai alat komunikasi untuk mengekspresikan perasaan tidak nyaman atau frustrasi yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.
Menurut Cleveland Clinic, tantrum dapat muncul dalam bentuk fisik, verbal, atau kombinasi dari keduanya. Perilaku ini biasanya terjadi ketika anak menginginkan sesuatu yang sulit diungkapkan atau sedang mencari perhatian dari orang-orang di sekitarnya. Meskipun umumnya akan berkurang seiring bertambahnya usia, tantrum pada anak perlu diperhatikan jika menjadi terlalu intens atau berkepanjangan.
Advertisement
Penyebab Tantrum pada Anak
Dilansir melalui beberapa sumber pada Selasa (5/11), berikut adalah beberapa alasan yang menjadi penyebab anak dalam masa balita mudah tantrum.
Frustasi Keterbatasan Komunikasi
Anak-anak, terutama balita, sering kali merasa frustrasi karena belum memiliki kemampuan bahasa yang cukup untuk mengekspresikan keinginan mereka. Situasi ini sering menjadi penyebab utama terjadinya tantrum, di mana anak merasa kecewa dan frustrasi ketika orang dewasa tidak memahami apa yang mereka inginkan.
Selain itu, seiring dengan perkembangan mereka, anak-anak mulai menginginkan lebih banyak kebebasan dan kemampuan untuk melakukan berbagai hal secara mandiri. Ketika keinginan ini tidak dapat terpenuhi, tantrum bisa menjadi bentuk reaksi terhadap batasan yang mereka rasakan.
Advertisement
Mencari Perhatian Lebih dari Orang Tua atau Pengasuh
Tantrum sering kali menjadi strategi anak untuk menarik perhatian orang tua. Saat anak merasa kurang mendapatkan perhatian yang cukup, ledakan emosi seperti tantrum bisa menjadi cara yang efektif, meskipun negatif, untuk menarik perhatian orang dewasa di sekitarnya. Pada tahap perkembangan ini, anak-anak memang secara alami ingin diperhatikan lebih intens.
Upaya untuk menarik perhatian ini dapat dilakukan anak berulang kali, terutama jika tantrum sebelumnya berhasil membuat orang tua atau pengasuh memenuhi keinginannya. Oleh karena itu, orang tua perlu memahami pola ini dan merespons dengan bijaksana agar tidak membentuk kebiasaan yang sulit dikendalikan.
Menghindari Kegiatan yang Tidak Disukai
Di masa kanak-kanak, anak-anak tengah belajar menyesuaikan diri dengan rutinitas atau tanggung jawab tertentu, seperti merapikan mainan atau tidur siang. Saat dihadapkan dengan aktivitas yang tidak mereka sukai, seringkali mereka menggunakan tantrum sebagai cara untuk menghindarinya.
Selain itu, beberapa anak mungkin mengalami tantrum karena merasa terbebani atau kewalahan oleh aktivitas tersebut. Situasi ini bisa terjadi ketika mereka merasa bahwa kegiatan yang diminta terlalu sulit atau mereka tidak berada dalam kondisi fisik yang optimal untuk melakukannya.
Advertisement
Faktor Kelaparan dan Kelelahan
Kelaparan dan kelelahan sering kali menjadi pemicu utama tantrum pada anak-anak, terutama balita. Ketika tubuh mereka merasa lelah atau perut mereka kosong, stabilitas emosi anak dapat terganggu, membuat mereka lebih mudah marah atau frustrasi.
Ketika anak merasa lapar atau terlalu lelah, mereka menjadi lebih rentan terhadap perasaan tidak nyaman yang dapat memicu tantrum. Oleh karena itu, menjaga jadwal makan dan istirahat anak sangat penting untuk mencegah terjadinya tantrum yang berlebihan.
Tanda Anak Perlu Bantuan Profesional
Beberapa tanda tantrum pada anak memerlukan perhatian lebih lanjut, terutama jika tantrum tersebut terjadi dengan intensitas yang tinggi atau bertahan hingga usia di mana seharusnya anak sudah mampu mengendalikan emosinya dengan lebih baik. Menurut Hopkins Medicine, tantrum yang berkepanjangan atau disertai gejala tertentu dapat menjadi indikator adanya masalah yang lebih serius dalam perkembangan emosional anak.
Tanda-tanda tantrum yang memerlukan konsultasi dengan profesional meliputi:
- Tantrum yang tidak berkurang atau semakin parah setelah anak berusia 4 tahun.
- Ledakan emosi yang terjadi berkali-kali dalam sehari dan sulit untuk diredakan.
- Anak melakukan tindakan yang membahayakan diri sendiri atau orang lain saat tantrum.
- Perilaku agresif atau menahan napas hingga kehilangan kesadaran.
- Anak mengeluh sakit fisik seperti sakit kepala atau perut saat tantrum.
- Kesulitan yang terus-menerus dalam mengelola emosi yang mengganggu aktivitas sosial, belajar, atau kehidupan sehari-hari.
Advertisement
Pertanyaan dan Jawaban Seputar Penyebab Anak Tantrum
Apakah tantrum pada anak itu normal?
Ya, tantrum merupakan tumbuh kembang emosi pada anak, terutama di rentang usia 1-4 tahun. Seiring bertambahnya usia, intensitas tantrum biasanya akan berkurang.
Sebaiknya kapan orang tua mengkhawatirkan tantrum anak?
Orang tua perlu memperhatikan jika tantrum pada anak berlangsung lebih dari 15 menit, terjadi berulang dalam sehari, atau jika tantrum tetap intens setelah anak berusia 4 tahun.
Advertisement
Bagaimana cara mengatasi tantrum pada anak?
Orang tua bisa mencoba beberapa teknik untuk menenangkan seperti memberi pelukan, mengalihkan perhatian, atau memberikan jeda waktu untuk menenangkan diri.