Sukses

Parenting

7 Faktor yang Membuat Anak Cenderung Tidak Bahagia

Fimela.com, Jakarta Kebahagiaan anak adalah salah satu hal terpenting yang diinginkan oleh setiap orangtua. Namun, tidak jarang anak-anak mengalami ketidakbahagiaan meskipun mereka memiliki fasilitas cukup dan orangtua yang peduli. Kebahagiaan anak tidak hanya bergantung pada hal-hal material, tetapi juga pada banyak faktor emosional, psikologis, dan sosial yang memengaruhi kehidupan mereka sehari-hari. 

Berikut adalah beberapa faktor yang erat kaitannya dengan ketidakbahagiaan anak. Apa saja kiranya? Yuk, simak baik-baik dan cobalah untuk lebih memedulikannya Mom!

Kurangnya Kasih Sayang dan Perhatian

Kasih sayang adalah kebutuhan dasar anak yang mempengaruhi kesejahteraan emosional mereka. Anak-anak yang merasa tidak diperhatikan atau tidak mendapatkan cinta yang cukup dari orangtuanya, lebih cenderung merasa tidak dihargai dan tidak dicintai. Ketika orangtua terlalu sibuk atau kurang meluangkan waktu untuk berbicara dan mendengarkan anak, mereka mungkin merasa kesepian dan terabaikan, yang pada akhirnya membuat mereka tidak bahagia.

Adanya Tekanan yang Berlebihan

Tekanan, baik dalam hal akademis, sosial, maupun harapan dari orangtua, dapat menjadi salah satu penyebab utama ketidakbahagiaan anak. Banyak orangtua yang berharap anak mereka mencapai prestasi tertentu dalam bidang akademik, olahraga, atau seni. Meskipun harapan ini mungkin dimaksudkan untuk kebaikan anak, jika terlalu berlebihan, anak-anak bisa merasa tertekan dan stres.

Berada di Lingkungan Keluarga yang Tidak Harmonis

Keluarga adalah lingkungan pertama yang membentuk kehidupan emosional anak. Ketika suasana di dalam keluarga tidak harmonis, seperti adanya konflik terus-menerus, pertengkaran, atau bahkan kekerasan, hal ini akan berdampak langsung pada kebahagiaan anak. Anak-anak sangat peka terhadap ketegangan dan konflik yang terjadi di rumah, dan seringkali merasa cemas atau takut saat melihat orangtua bertengkar.

Adanya Perbandingan dan Kritik yang Berlebihan

nak-anak membutuhkan dukungan dan pengakuan untuk mengembangkan kepercayaan diri mereka. Namun, jika mereka sering dibanding-bandingkan dengan saudara kandung, teman, atau anak-anak lain, hal ini bisa merusak kepercayaan diri mereka. Perbandingan yang berlebihan membuat anak merasa tidak cukup baik dan mengurangi rasa percaya diri mereka. Selain itu, kritik yang berlebihan dari orangtua atau orang dewasa lainnya dapat menyebabkan anak merasa tidak dihargai. Jika anak terus-menerus dikritik atau dicela, mereka akan merasa tidak mampu dan cenderung meragukan kemampuan mereka sendiri. Ini dapat mempengaruhi perasaan harga diri mereka dan membuat mereka merasa tidak bahagia.

Kurangnya Kebebasan untuk Mengekspresikan Diri

Pada dasarnya, semua anak membutuhkan ruang untuk mengekspresikan diri mereka, baik dalam hal emosi, pendapat, maupun kreativitas. Jika orangtua terlalu mengontrol atau tidak memberikan kebebasan pada anak untuk bereksplorasi dan membuat keputusan, anak bisa merasa tertekan dan terkekang. Kurangnya kebebasan ini membuat anak merasa kehilangan kendali atas hidupnya. Yang tentunya dapat menyebabkan ketidakbahagiaan  di hatinya. 

Kurangnya Aktivitas Fisik dan Bermain

Anak-anak membutuhkan waktu bermain dan aktivitas fisik untuk menjaga keseimbangan emosional dan mental mereka. Jika anak terlalu banyak duduk diam, terjebak dengan gadget, atau kurang berinteraksi dengan teman sebaya, mereka mungkin mengalami ketidakbahagiaan. Bermain tidak hanya penting untuk kesehatan fisik, tetapi juga penting untuk perkembangan sosial dan emosional anak. Anak yang tidak memiliki kesempatan untuk bermain dan bergerak bebas cenderung merasa bosan, tertekan, dan cenderung memiliki suasana hati yang buruk. Waktu bermain adalah cara bagi mereka untuk melepaskan energi dan mengembangkan kreativitas, sehingga penting untuk memberikan mereka waktu yang cukup untuk ini.

Mendapat Bullying atau Tekanan Sosial

Lingkungan sosial anak, terutama di sekolah, juga sangat mempengaruhi kebahagiaan mereka. Bullying atau tekanan dari teman sebaya dapat menyebabkan trauma emosional yang mendalam pada anak. Anak-anak yang menjadi korban bullying sering merasa tidak aman, cemas, dan tidak percaya diri. Mereka mungkin juga merasa takut untuk pergi ke sekolah atau berinteraksi dengan teman-temannya. Selain bullying, tekanan sosial seperti keinginan untuk diterima dalam kelompok tertentu atau memenuhi standar sosial tertentu juga dapat menjadi penyebab ketidakbahagiaan anak. Anak yang merasa tidak diterima atau diasingkan dari lingkungan sosialnya cenderung merasa kesepian dan terisolasi.

Mom, perlu diketahui jika kebahagiaan anak dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari lingkungan keluarga, sekolah, maupun dari dalam diri mereka sendiri. Orangtua yang peduli dan memahami kebutuhan emosional anak, akan lebih mampu menciptakan lingkungan yang mendukung kebahagiaan anak. Semoga kita juga sebagai orangtua atau orang dewasa yang selalu peduli dengan kebahagiaan sekitar terutama anak-anak ya!

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading