Sukses

Parenting

3 Ciri Toxic Parenting yang Perlu Dihindari

Fimela.com, Jakarta Pola asuh yang sehat sangat penting untuk perkembangan anak. Namun, tidak semua gaya pengasuhan memberikan dampak positif. Toxic parenting adalah istilah yang merujuk pada perilaku orang tua yang bisa membahayakan kesehatan mental dan emosional anak. Ciri-ciri dari pola asuh ini sering kali terlihat dalam interaksi sehari-hari.

Memahami tanda-tanda toxic parenting dapat membantu orang tua dan pengasuh untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi anak-anak mereka. Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas beberapa ciri toxic parenting yang perlu dihindari.

Dengan mengenali perilaku yang merugikan, orangtua dapat berusaha untuk memperbaiki hubungan dengan anak dan mendukung pertumbuhan mereka dengan lebih baik..

1. Komunikasi yang Negatif

Toxic parenting seringkali ditandai dengan komunikasi yang merugikan, seperti kritik yang berlebihan atau cemoohan. Menurut Psych Central, pola asuh negatif ini dapat memicu agresi pada anak, karena mereka merasa tidak dihargai dan terus menerus disalahkan. Hal ini membuat anak merasa tertekan dan bisa berdampak buruk pada perkembangan emosional mereka.

Selain itu, komunikasi yang tidak mendukung membuat anak sulit mengekspresikan diri. BuzzFeed juga menyoroti bahwa orang tua yang sering kali mengabaikan perasaan anaknya cenderung menghasilkan anak yang merasa kesepian. Anak-anak perlu merasakan dukungan dan pemahaman dari orang tua agar dapat tumbuh dengan sehat secara emosional.

Oleh karena itu, penting untuk menerapkan komunikasi yang positif dan terbuka. Memberikan pujian dan mendengarkan anak dapat membantu membangun kepercayaan diri mereka, serta menciptakan hubungan yang lebih kuat antara orang tua dan anak.

2. Keterlibatan yang Berlebihan

Salah satu ciri toxic parenting adalah keterlibatan yang berlebihan dalam kehidupan anak. Orang tua yang terlalu mengatur segala aspek hidup anak, mulai dari kegiatan sehari-hari hingga pilihan teman, dapat membuat anak merasa tertekan. Menurut BuzzFeed, ini dapat menciptakan ketergantungan emosional yang tidak sehat.

Ketika anak tidak diberi ruang untuk membuat keputusan sendiri, mereka mungkin merasa tidak mampu dan kurang percaya diri. Anak-anak perlu belajar dari pengalaman, baik itu sukses maupun kegagalan. Dengan memberi mereka kebebasan, orang tua membantu anak untuk tumbuh menjadi individu yang mandiri.

Mendukung anak dalam mengambil keputusan, tanpa terlalu mengontrol, dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka. Ini membantu anak belajar tanggung jawab, serta cara menghadapi konsekuensi dari pilihan mereka.

3. Kurangnya Empati

Toxic parenting juga ditandai oleh kurangnya empati terhadap perasaan anak. Ketika orang tua tidak mampu memahami atau menghargai emosi anak, ini dapat menyebabkan rasa keterasingan. Seperti yang dijelaskan dalam artikel BuzzFeed, anak-anak yang tidak merasakan empati dari orang tua seringkali kesulitan untuk membangun hubungan yang sehat dengan orang lain.

Anak-anak perlu merasa bahwa perasaan mereka valid dan dipahami. Ketidakmampuan orang tua untuk menunjukkan empati dapat menciptakan jarak emosional yang menghambat perkembangan ikatan yang kuat antara orang tua dan anak.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk belajar mengenali dan menghargai perasaan anak. Dengan menunjukkan empati, orang tua dapat membangun kepercayaan dan memberikan dukungan yang dibutuhkan anak untuk berkembang dengan baik.

 

Penulis: Azura Puan Khalisa

#Unlocking the Limitless

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading