Fimela.com, Jakarta Perkembangan motorik anak adalah salah satu aspek yang sering menjadi perhatian orang tua. Setiap anak memiliki tahap-tahap perkembangan yang berbeda, dan ini bisa menjadi indikasi penting apakah pertumbuhan si kecil berjalan optimal atau tidak. Namun, tidak jarang beberapa anak mengalami keterlambatan motorik yang dapat memengaruhi kemampuan mereka dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
Keterlambatan motorik ini bisa terjadi pada berbagai usia dengan tingkat keparahan yang berbeda-beda. Orang tua sering kali tidak menyadari adanya keterlambatan tersebut hingga si anak terlihat sangat berbeda dibandingkan anak-anak seusianya. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui tanda-tanda awal keterlambatan agar bisa segera diambil langkah yang tepat.
Perkembangan motorik normal dimulai sejak bayi dengan kemampuan dasar, seperti mengangkat kepala, berguling, hingga akhirnya berjalan. Bila kemampuan-kemampuan ini tidak tercapai pada waktu yang seharusnya, maka ini bisa menjadi tanda keterlambatan motorik yang perlu diperhatikan.
Advertisement
Advertisement
Tahapan Perkembangan Motorik yang Normal
Untuk bisa memahami keterlambatan motorik, orang tua perlu mengetahui apa saja tahapan perkembangan motorik yang normal. Menurut dr. Amanda, perkembangan motorik pada anak terbagi menjadi dua, yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar berkaitan dengan kemampuan gerakan besar, seperti duduk, berdiri, dan berjalan. Sementara itu, motorik halus lebih berfokus pada kemampuan gerakan kecil, seperti memegang benda, meraih mainan, dan menggerakkan jari.
Perkembangan motorik kasar bisa diamati sejak bayi baru lahir. “Perkembangan motorik kasar yang bisa diobservasi pertama kali adalah mengangkat kepala, yang umumnya tercapai pada usia bayi 4 bulan,” jelas dr. Amanda. Pada usia ini, bayi sudah seharusnya bisa mengangkat kepala sendiri saat tengkurap. Jika bayi belum bisa melakukannya, maka ini bisa menjadi tanda awal adanya keterlambatan.
Pada usia 6 bulan, bayi biasanya sudah mulai bisa tengkurap sendiri, yang diikuti dengan kemampuan untuk duduk di usia 7 bulan. Selanjutnya, pada usia sekitar 9 bulan, bayi akan mulai merangkak dan mencoba berdiri dengan berpegangan pada benda di sekitarnya. Pencapaian penting lainnya adalah berjalan, yang biasanya dicapai pada usia 12 hingga 16 bulan. “Pada usia rata-rata 12 bulan, bayi sudah dapat berjalan sendiri, tetapi normalnya bisa berlangsung sampai usia 16 bulan,” tambah dr. Amanda.
Selain perkembangan motorik kasar, motorik halus juga menjadi indikator penting. Kemampuan ini biasanya berkembang setelah motorik kasar. Bayi yang baru lahir umumnya memiliki tangan yang terkepal sebagai refleks alami. Namun, pada usia 4 bulan, tangan bayi sudah mulai terbuka dan mereka bisa mulai bermain dengan benda-benda kecil. Kemampuan ini akan terus berkembang hingga usia 9 hingga 12 bulan, di mana bayi seharusnya sudah bisa memegang benda-benda kecil dengan jari mereka.
Faktor yang Mempengaruhi Keterlambatan Motorik
Keterlambatan motorik pada anak dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik yang bersifat intrinsik maupun lingkungan. Faktor intrinsik adalah faktor alamiah yang berkaitan dengan kondisi bawaan anak sejak lahir. Kelainan genetik, gangguan perkembangan otak, atau kelainan bawaan pada organ-organ tertentu bisa menjadi penyebab keterlambatan motorik. “Kelainan yang sudah dialami anak sejak lahir atau bahkan saat masih dalam kandungan, tentu saja memengaruhi pencapaian perkembangannya,” jelas dr. Amanda. Anak yang lahir prematur atau memiliki berat badan lahir rendah juga lebih berisiko mengalami keterlambatan motorik.
Selain faktor intrinsik, faktor lingkungan juga sangat memengaruhi perkembangan motorik anak. Nutrisi yang baik dan pola asuh yang tepat sangat berperan dalam memastikan anak mendapatkan stimulasi yang cukup. Tanpa nutrisi yang cukup, perkembangan otak dan otot anak bisa terhambat. Pola asuh yang tidak memberikan kesempatan bagi anak untuk bergerak dan bereksplorasi juga dapat memperlambat perkembangan motoriknya. “Pola asuh berpengaruh terhadap stimulasi dan kesempatan yang didapat oleh anak untuk mencoba suatu gerak,” ungkap dr. Amanda lebih lanjut.
Selain itu, dr. Amanda juga menekankan pentingnya stimulasi motorik yang tepat. Salah satu contohnya adalah tummy time, di mana bayi diletakkan dalam posisi tengkurap untuk membantu mereka mengembangkan otot-otot leher dan tubuh bagian atas. Dengan stimulasi yang tepat, anak dapat mengembangkan kemampuan motoriknya lebih cepat.
Advertisement
Tanda-Tanda Keterlambatan Motorik yang Perlu Diwaspadai
Mengenali tanda-tanda keterlambatan motorik sejak dini sangat penting agar dapat diambil tindakan yang tepat. Beberapa tanda keterlambatan yang perlu diwaspadai, menurut dr. Amanda, antara lain adalah sebagai berikut.
- Pada usia 4 bulan, bayi belum bisa mengangkat kepala sendiri.
- Pada usia 9 bulan, bayi belum bisa duduk tanpa dibantu atau disangga.
- Pada usia 16 hingga 18 bulan, bayi belum bisa berjalan sendiri.
- Muncul dominansi tangan kanan atau kiri yang jelas sebelum usia 18 bulan.
Jika salah satu tanda tersebut muncul, maka anak perlu segera dibawa ke dokter untuk evaluasi lebih lanjut. “Apabila ada salah satu red flags ini, maka anak perlu dirujuk untuk evaluasi lebih lanjut,” tambah dr. Amanda.
Langkah Tepat dalam Mengatasi Keterlambatan Motorik
Jika seorang anak diduga mengalami keterlambatan motorik, langkah pertama yang harus diambil adalah membawa anak ke dokter untuk mencari tahu penyebabnya. Evaluasi yang dilakukan oleh dokter akan membantu menentukan apakah keterlambatan tersebut disebabkan oleh faktor medis yang memerlukan penanganan khusus. Setelah penyebab diketahui, dokter akan memberikan rekomendasi mengenai terapi atau intervensi yang tepat untuk membantu anak mengejar ketertinggalan dalam perkembangan motoriknya.
Deteksi dini keterlambatan motorik sangat penting, karena semakin cepat intervensi dilakukan, semakin baik hasil yang bisa dicapai. “Makin dini intervensi dilakukan, makin baik hasilnya,” ungkap dr. Amanda.