Sukses

Parenting

Mengenal Empty Nest Syndrome, Rasa Kesepian yang Dirasakan Orang Tua Saat Anaknya Pisah Rumah untuk Hidup Mandiri

Fimela.com, Jakarta Ketika waktunya tiba, anak-anak akan tumbuh dewasa. Mereka akan menikah dan berkeluarga. Saat itu terjadi, umumnya mereka akan pisah rumah dari orang tuanya untuk hidup mandiri. Bagi beberapa orang tua, hal tersebut terasa berat, karena mereka jadi tak bisa hidup serumah lagi dengan anak-anaknya. Perasaan tersebut ternyata biasa disebut sebagai Empty Nest Syndrome.

Apa itu Empty Nest Syndrome?

Empty Nest Syndrome dapat diartikan sebagai istilah yang merujuk pada perasaan kesedihan, kehilangan, dan kecemasan yang dialami oleh orang tua ketika anak-anak mereka meninggalkan rumah untuk mandiri, seperti pergi ke perguruan tinggi atau bekerja. Kondisi ini sering kali lebih umum terjadi pada ibu, yang biasanya berperan sebagai pengasuh utama dan mungkin telah menghabiskan dua dekade atau lebih untuk membesarkan anak-anak mereka.

Perasaan yang muncul akibat Empty Nest Syndrome bisa bervariasi, mulai dari kesedihan dan kehilangan tujuan hidup, hingga kecemasan tentang kesejahteraan anak-anak yang telah pergi. Meskipun peristiwa ini dianggap sebagai langkah normal dalam perkembangan anak, banyak orang tua yang merasa kesulitan untuk beradaptasi dengan perubahan ini.

Beberapa faktor yang dapat memperburuk Empty Nest Syndrome termasuk hubungan pernikahan yang tidak stabil, identitas diri yang sangat bergantung pada peran sebagai orang tua, dan kesulitan dalam menerima perubahan. Selain itu, orang tua yang juga menghadapi peristiwa hidup stres lainnya, seperti pensiun atau kehilangan pasangan, lebih mungkin mengalami sindrom ini.

Meskipun Empty Nest Syndrome dapat menimbulkan perasaan negatif, periode ini juga bisa menjadi kesempatan untuk menemukan kembali diri sendiri dan mengeksplorasi minat serta hobi yang mungkin terabaikan selama bertahun-tahun mengasuh anak.

Cara Mencegah Empty Nest Syndrome Sejak Dini

Persiapkan Anak untuk Mandiri

Sejak usia dini, penting untuk mengajarkan anak-anak tentang tanggung jawab dan kemandirian. Berikan mereka kesempatan untuk mengambil keputusan kecil, seperti memilih pakaian atau mengatur jadwal belajar. Dengan cara ini, anak-anak akan lebih siap menghadapi kehidupan mandiri ketika saatnya tiba. Misalnya, ajarkan mereka keterampilan dasar seperti memasak, mencuci, dan mengelola keuangan.

Bangun Hubungan yang Sehat

Ciptakan komunikasi yang terbuka dan jujur dengan anak-anak. Diskusikan harapan, impian, dan kekhawatiran secara rutin. Hubungan yang kuat akan membantu orang tua merasa lebih terhubung meskipun anak-anak sudah tidak tinggal serumah. Hal ini juga menciptakan lingkungan di mana anak merasa nyaman untuk berbagi pengalaman mereka setelah meninggalkan rumah.

Fokus pada Diri Sendiri

Dorong orang tua untuk mengeksplorasi minat dan hobi mereka sendiri. Ini bisa termasuk kegiatan seperti olahraga, seni, atau belajar keterampilan baru. Dengan memiliki kegiatan yang memuaskan, orang tua dapat mengalihkan perhatian dari perasaan kehilangan saat anak-anak pergi. Misalnya, bergabung dengan kelas yoga atau kelompok seni dapat membantu orang tua menemukan komunitas baru dan meningkatkan kesejahteraan mental mereka.

Rencanakan Kegiatan Bersama

Selama masa transisi, rencanakan kegiatan yang menyenangkan bersama anak-anak sebelum mereka pergi. Hal ini bisa mencakup perjalanan keluarga, piknik, atau hanya menghabiskan waktu berkualitas di rumah. Kegiatan ini tidak hanya menciptakan kenangan positif tetapi juga memperkuat ikatan keluarga sebelum anak-anak memulai babak baru dalam hidup mereka.

Dukung Kemandirian Anak

Berikan dukungan saat anak-anak mempersiapkan diri untuk meninggalkan rumah. Hal tersebut bisa meliputi membantu mereka mencari tempat tinggal, mempersiapkan kebutuhan sehari-hari, atau memberikan nasihat tentang kehidupan mandiri. Dengan cara ini, orang tua dapat merasa lebih positif tentang perubahan yang akan datang, karena mereka tahu bahwa anak-anak mereka siap untuk menghadapi tantangan baru.

Jaga Kesehatan Mental

Orang tua perlu menjaga kesehatan mental mereka sendiri. Jika merasa cemas atau tertekan, penting untuk mencari dukungan dari teman, keluarga, atau profesional. Mengikuti terapi atau kelompok dukungan dapat membantu orang tua mengatasi perasaan yang muncul dan memberikan strategi untuk menghadapi perubahan.

Tetap Terhubung

Setelah anak-anak pergi, tetaplah berkomunikasi secara rutin. Mengatur panggilan video atau kunjungan dapat membantu menjaga hubungan tetap kuat dan mengurangi perasaan kesepian. Hal ini juga memberi orang tua kesempatan untuk terus terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka, meskipun mereka tidak tinggal bersama.

Fokus pada Pertumbuhan Pribadi

Gunakan waktu ini untuk merenungkan tujuan hidup dan apa yang ingin dicapai di masa depan. Hal ini bisa menjadi kesempatan untuk mendefinisikan kembali diri dan mengejar impian yang mungkin terabaikan. Misalnya, orang tua dapat mempertimbangkan untuk melanjutkan pendidikan, memulai bisnis, atau terlibat dalam kegiatan sukarela.

Itulah beberapa cara yang bisa diterapkan untuk mencegah Empty Nest Syndrome sejak dini. Dengan menerapkan langkah-langkah ini, kelak jika kamu menjadi orang tua dapat lebih siap menghadapi perubahan yang datang dengan kepergian anak-anakmu dan mengurangi risiko mengalami Empty Nest Syndrome. Sebab, membangun fondasi yang kuat sejak dini akan membantumu menciptakan transisi yang lebih mulus dan positif bagi seluruh keluarga.

 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading