Sukses

Parenting

Mengenal Scapegoat Child, Anak yang Sering Disalahkan dalam Keluarga

Fimela.com, Jakarta Scapegoat atau kambing hitam adalah masalah umum yang sering dihadapi oleh beberapa keluarga. Fenomena ini biasanya dimulai sejak masa kanak-kanak, ketika seorang anak disalahkan atas berbagai masalah dalam rumah tangga yang tidak harmonis. 

Anak yang dijadikan kambing hitam sering kali menjadi sasaran atas berbagai kesalahan atau masalah yang terjadi, meskipun sebenarnya tidak sepenuhnya bertanggung jawab. 

Dampak dari peran sebagai kambing hitam sangat merusak, baik bagi anak yang menjadi korban maupun bagi dinamika keluarga secara keseluruhan. Untuk itu, mari kenali tentang Scapegoat child yang dilansir dari Choosing Therapy, Verrywell Mind, dan PsychCentral.

Kambing hitam keluarga adalah sejenis proyeksi keluarga yang terjadi ketika seseorang menyerahkan tanggung jawab atas permasalahan yang belum terselesaikan pada anak, saudara kandung, atau anggota keluarga lainnya. Sederhananya, kambing hitam adalah anggota keluarga yang lebih mudah disalahkan daripada bertanggung jawab atas tindakan dan kesalahannya sendiri. Hal ini merugikan seluruh unit keluarga karena jika salah satu anggota keluarga menderita, maka anggota keluarga yang lain juga ikut menderita.

Misalnya, orangtua menyalahkan anak atas masalah keluarga. Lalu keluarga kemudian belajar dari tindakan ini bahwa semua kesalahan akan ditimpakan pada kambing hitam, untuk menjaga keseimbangan dalam kehidupan rumah tangga.

Bagaimana Scapegoat Child Keluarga Dipilih?

Kambing hitam dalam keluarga sering kali dipilih karena berbagai alasan, yang biasanya berlawanan dengan alasan seorang anak diperlakukan sebagai anak emas. Alih-alih menerima perlakuan istimewa dan dianggap yang terbaik, kambing hitam dipandang dengan lebih curiga dan negatif. Meskipun pilihan ini tidak adil, keluarga sebenarnya bisa belajar untuk memperbaiki hubungan dan menjaga satu sama lain dengan lebih baik. Beberapa alasan seorang anak bisa menjadi kambing hitam keluarga meliputi:

  • Intelegensi: Orang tua mungkin menyalahkan anak yang kurang berprestasi di sekolah, tidak berhasil di tempat kerja, atau tidak membantu keluarga dengan baik.
  • Penampilan: Anak yang dianggap kurang menarik, baik dari segi penampilan fisik, warna kulit, atau warna rambut, bisa dijadikan kambing hitam dibandingkan dengan saudara yang lebih disukai.
  • Pengingat akan kambing hitam sebelumnya: Anak yang mengingatkan orang tua pada anggota keluarga yang dulu menjadi kambing hitam bisa mengarah pada pengambilan peran tersebut.
  • Perilaku: Anak yang sering membuat kesalahan atau mendapat masalah di sekolah dapat menimbulkan ekspektasi negatif dari orang tua.
  • Kecemasan dalam mengasuh anak: Orang tua yang merasa tidak mampu menjadi orang tua yang baik mungkin menyerah dan menjadikan satu anak sebagai kambing hitam.
  • Penyakit: Anak yang menderita penyakit mental atau fisik bisa mendapatkan stigma negatif yang mempengaruhi perannya dalam keluarga.
  • Keinginan untuk melindungi orang lain: Orang tua yang ingin melindungi anak-anak lainnya bisa menjadikan satu anak sebagai kambing hitam untuk menjaga ketenangan atau harmoni keluarga.

Dampak Scapegoat Child

Menjadi kambing hitam akan berdampak pada kehidupan si kecil. Beberapa tanda yang muncul dalam kehidupan mereka meliputi: 

1. Rasa malu yang beracun 

Rasa malu yang beracun adalah rasa terinternalisasi dan berlangsung lama dan biasanya disertai kenangan masa kecil. Orang dengan pengalaman menjadi kambing hitam keluarga mungkin akan terus menyalahkan diri sendiri atas kelalaian orangtua hingga dewasa, dan menyalahkan hal-hal yang tidak selalu merupakan kesalahan diri sendiri demi menjaga perdamaian. 

2. Masalah kepercayaan 

Karena pelecehan verbal saat masih kecil, anak yang menjadi kambing hitam jarang merasa aman secara emosional dan sering kali tidak mampu mempercayai orang lain atau naluri mereka sendiri. Serta tidak mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah. 

3. Kesulitan dengan batasan 

Fakta bahwa gaslighting adalah hal biasa dalam keluarga yang disfungsional membuat individu yang mengalami pelecehan menjadi sulit untuk menetapkan batasan dan mengenali ketika perilaku orang lain melewati batas. Mereka cenderung percaya bahwa mereka melebih-lebihkan, terlalu sensitif, atau tidak bisa mempercayai penilaian mereka.

4. Sabotase diri atau menyakiti diri sendiri

Kambing hitam cenderung menginternalisasikan pesan-pesan berbahaya tentang diri mereka sendiri sejak kecil. Hal ini dapat mengakibatkan anak melakukan sabotase diri atau menyakiti diri sendiri, seperti berprestasi buruk di sekolah, mengabaikan perawatan diri, terlibat dalam aktivitas atau perilaku berisiko, dan bertindak dengan cara yang menunjukkan bahwa mereka layak dijadikan kambing hitam. 

5. Trauma 

Dirampasnya kasih sayang keluarga, dikucilkan sebagai “orang jahat” dalam rumah tangga, dan diabaikannya sifat-sifat positif dapat membuat seorang anak mengalami tekanan emosional dan psikologis seumur hidup. Mereka mungkin berjuang untuk percaya bahwa mereka baik, berharga, kompeten, atau disukai.

Penulis: Naela Marcelina

#Unlocking The Limitless

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading