Sukses

Parenting

Emotional Incest, Jenis Pelecehan Emosional yang Kerap Tidak Disadari Orangtua

Fimela.com, Jakarta Emotional incest, juga dikenal sebagai inses terselubung, adalah jenis pelecehan emosional yang dilakukan oleh orangtua. Mengutip dari Choosing Therapy, dalam kasus ini orangtua mengandalkan anak untuk mendapatkan dukungan emosional yang signifikan, yang merupakan kebalikan dari peran. Emotional incest lebih dari sekadar mengandalkan anak-anak sesekali, melainkan ketergantungan ekstrem pada anak-anak.

Orangtua yang melakukan emotional incest memperlakukan anak seperti pasangan atau teman dekat, bukan anak kecil. Orangtua ini berpaling kepada anak-anaknya untuk meminta kenyamanan, kasih sayang, nasihat, dukungan, dan dalam beberapa kasus, bahkan percintaan. Orangtua yang melakukan emotional incest tidak mampu memenuhi kebutuhan anaknya dan tidak memberikan dukungan serta pengasuhan yang dibutuhkan. Anak pada dasarnya menjadi seperti orangtua atau pasangan, yang memberikan tanggung jawab lebih besar kepada mereka dari pada yang seharusnya.

Anak yang mengalami emotional incest berisiko mengalami kecemasan, depresi, dan masalah hubungan. Mereka mungkin mengalami gangguan makan atau masalah disfungsi seksual, rendah diri, dan perfeksionisme. Hal ini juga dapat menimbulkan masalah dengan orangtua lain, jika ada, dan saudara kandung, yang mungkin merasa kesal dengan kedekatan antara orangtua dan anak.

 

Seperti apa emotional incest?

Mengutip dari verywellmind.com, berikut beberapa tanda yang bisa mengindikasikan hubungan inses secara emosional:

 

1. Menjadi bergantung secara emosional pada anak

Orangtua membebani anak dengan beban stres yang mereka hadapi dan bergantung pada mereka untuk dukungan emosional dan rasa aman.

2. Berbagai secara berlebihan dengan anak

Tanda lainnya adalah orangtua mempercayakan hal-hal dewasa kepada anak. Berbagai secara berlebihan atau menumpahkan trauma pada anak bisa sangat membebani mereka.

3. Terlalu terlibat dalam kehidupan anak

Orangtua ingin mengetahui segalanya tentang kehidupan anak, dan anak tidak memiliki privasi sesuai usianya. Orangtua tidak menghormati ruang atau batasan pribadi anak.

4. Memonopoli kehidupan anak

Orangtua memonopoli kehidupan anak dan mengharapkannya membatasi persahabatan dan aktivitasnya untuk memenuhi kebutuhan emosional orangtua.

5. Menjadikan anak bertanggung jawab atas kesejahteraannya

Orangtua mungkin menyiratkan bahwa anak bertanggung jawab atas kesejahteraan emosional orangtuanya. Anak mungkin belajar bahwa kebutuhan emosionalnya adalah hal kedua setelah orangtuanya dan bukan sebaliknya.

6. Memanipulasi anak

Orangtua mungkin menggunakan taktik manipulasi seperti rasa bersalah atau ancaman emosional untuk menjaga anak tetap dekat dengan mereka.

 

Contoh emotional incest

Mengutip dari verywellmind.com, berikut adalah beberapa contoh emotional incest:

 

1. Orangtua menceritakan kepada anak tentang kesulitan mereka di tempat kerja, dan mengandalkan anak untuk mendapatkan dukungan emosional.

2. Orangtua membagikan detail intim tentang hubungan romantis mereka dengan anak, yang dapat membingungkan dan tidak nyaman bagi anak.

3. Orangtua menceritakan masalah perkawinannya kepada anak, yang dapat menyusahkan anak.

4. Orangtua tidak menghormati privasi anak dan membaca buku harian atau membuka handphone anak.

5. Orangtua mengharapkan anak meninggalkan aktivitas dan menyelamatkannya ketika membutuhkan dukungan emosional.

6. Orangtua meremehkan upaya anak dalam menjalin pertemanan, sehingga mendapat perhatian penuh dari anak.

7. Orangtua menaruh rasa bersalah pada anak ketika tidak menuruti keinginannya.

 

Mengapa itu terjadi?

Mengutip dari verywellmind.com, berikut beberapa potensi penyebab emotional incest

 

1. Ketidakdewasaan emosional

Orangtua yang belum dewasa secara emosional mungkin akan meminta dukungan emosional kepada anak, alih-alih menyadari bahwa yang terjadi adalah sebaliknya.

2. Kurangnya dukungan

Orangtua yang tidak memiliki dukungan emosional eksternal mungkin akan menganggap anak memiliki rasa aman emosional yang salah. Hal ini dapat mencakup situasi ketika orangtua masih lajang atau bercerai.

3. Ketidakpercayaan

Orangtua yang memiliki masalah kepercayaan atau masalah pengabaian mungkin menganggap anak-anak tidak bersalah dan aman, serta mengharapkan keamanan emosional dari mereka. 

4. Kondisi kesehatan mental

Beberapa orangtua mungkin memiliki kondisi kesehatan mental yang tidak diobati, gangguan penggunaan narkoba, atau riwayat traumatis dan akibatnya bergantung pada anak-anak mereka secara emosional.

 

Dampak emotional incest

Emotional incest dapat mempengaruhi perkembangan anak, dan dampaknya bertahan hingga dewasa. Mengutip dari verywellmind.com, berikut ini dampak emotional incest pada anak:

1. Kesulitan emosional

Anak-anak yang menjadi korban emotional incest mungkin mengalami tantangan dalam memproses emosi dan memprioritaskan kebutuhan emosional mereka sendiri.

2. Ketidakamanan

Jika anak tumbuh dengan masih berusaha memenuhi kebutuhan orangtuanya, anak tersebut mungkin tumbuh dengan rasa tidak aman.

3. Harga diri rendah

Anak mungkin menginternalisasi keyakinan bahwa nilai mereka terletak pada pemenuhan kebutuhan emosional orang lain, yang mengarah pada rendah dan kurangnya harga diri.

4. Gangguan keterampilan sosial

Anak mungkin kesulitan membentuk hubungan yang sehat dengan teman sebayanya dan kesulitan menetapkan batasan dengan orang lain karena sifat hubungan orangtua yang terikat.

5. Hubungan yang disfungsional

Jika orangtua tetap mengganggu, hal ini dapat menyabotase hubungan orang dewasa anak ketika pasangan atau temannya menyadari bahwa mereka tidak akan pernah diproritaskan. Misalnya, jika pergi berkencan dan diberi tahu bahwa Ibu teman kencannya telah memilihkan film dan restoran untuk anaknya.

6. Kurangnya otonomi

Kemampuan anak untuk mengambil keputusan, menegaskan kebutuhannya sendiri, mengurus diri sendiri, dan mengembangkan rasa kemandirian mungkin terhambat karena mereka terlalu bergantung pada orangtua.

7. Mengurangi kepuasan hidup

Sebuah studi tahun 2021 mencatat, bahwa anak-anak yang mengalami emotional incest melaporkan penurunan kepuasan hidup saat dewasa.

 

Cara menyembuhkan emotional incest

Mengutip dari verywellmind.com, berikut ini beberapa langkah yang dapat dilakukan anak-anak untuk pulih dari emotional incest:

1. Membangun hubungan yang sehat

Bagi anak-anak, membangun hubungan yang sehat dengan orang dewasa dan memiliki lingkungan emosional yang aman dan terjamin adalah langkah pertama menuju penyembuhan.

2. Tetapkan batasan

Anak harus belajar bagaimana memprioritaskan dirinya sendiri, seperti menetapkan batasan yang akan mereka korbankan untuk memenuhi kebutuhan orang lain.

3. Carilah terapi

Mengatasi masalah ini dengan ahli kesehatan mental dapat membantu anak-anak memahami dampak emotional incest, termasuk bagaimana hal itu mempengaruhi perkembangan emosional mereka, hubungan orang dewasa, dan gaya pengasuhannya.

Sementara, berikut ini beberapa langkah yang dapat diambil orangtua untuk memulihkan diri dalam emotional incest.

1. Dapatkan bantuan profesional

Orangtua mungkin perlu menangani masalah kesehatan mental dan masalah lainnya dengan bantuan profesional agar bisa sembuh.

2. Akui dinamikanya

Jika orangtua menyadari bahwa mereka telah terlibat dalam emotional incest, penting untuk mengakui dinamika tersebut pada anak, meminta maaf, dan berupaya membangun hubungan antara orangtua dan anak yang lebih sehat.

3. Bangun sistem pendukung

Orangtua perlu membangun sistem dukungan yang kuat berupa persahabatan orang dewasa, yang saling mendukung untuk berhenti bergantung secara emosional pada anak mereka.

 

 

 

Penulis: Miftah DK

#Unlocking The Limitless

 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading