Sukses

Parenting

7 Tips Menghadapi Anak Remaja yang Sensitif dan Mudah Marah

Fimela.com, Jakarta Masa remaja dapat menjadi perjuangan bagi anak dan orangtua. Anak-anak pada usia ini terkenal sensitif dan mudah marah. Namun, banyak orangtua yang bertanya-tanya, “Apakah normal jika seorang remaja selalu marah?”

Wajar jika remaja memiliki tingkat iritabilitas tertentu, kata Tiffany Nielsen, LCSW, pekerja sosial dan manajer perawatan remaja di Huntsman Mental Health Institute. Namun, hal ini bisa menjadi sesuatu yang lebih serius jika emosi anak remaja mengganggu kemampuannya dalam menangani aktivitas sehari-hari di rumah atau sekolah. 

Tubuh anak remaja tidak hanya berkembang selama masa remaja, tetapi pemikiran dan keinginannya juga berkembang. Sumber gesekan yang sering terjadi di kalangan remaja adalah keinginan untuk mandiri, namun tetap harus bertanggung jawab kepada orangtua. Jadi, wajar jika anak remaja bereaksi dengan marah terhadap batasan yang orangtua tetapkan.

Memiliki anak remaja yang mudah marah dapat membuat orangtua merasa harus mengatasi masalah untuk menghindari konflik, tetapi itu bukanlah cara yang sehat untuk berhubungan satu sama lain. Melansir dari goodhousekeeping.com, Nielsen menawarkan tips bagaimana menghadapi dan meredakan kemarahan bagi anak remaja.

1. Jangan membentak

Memang sulit untuk tidak marah ketika anak remaja berteriak atau mengatakan sesuatu yang gila. Jika orangtua merespons dengan meninggikan suara, mak hanya akan meningkatkan kemarahannya. Sebaliknya, jika kamu merendahkan suara dan berbicara lebih lambat, anak remaja mungkin akan melakukan hal yang sama karena emosi dapat menular.

 

2. Tekan jeda

Jika keadaan menjadi terlalu panas, maka menjauhlah. Katakan, “Sepertinya otak kita terlalu panas. Mari kita lanjutkan diskusi ini ketika keadaan sudah mulai tenang”. Izinkan anak remaja memberi tahu Sahabat Fimela jika ia perlu istirahat.

3. Mendengarkan

Orangtua yang sibuk dan tidak selalu punya waktu untuk mendengar tentang drama sekolah terbaru. Namun, mengatakan, “Ini tidak terlalu serius”, “Lupakan saja”, atau lebih buruk lagi, mengabaikan anak remaja akan membuatnya merasa tidak didengarkan dan tidak dihargai. Sebisa mungkin, dengarkan anak remajamu. Kemudian, validasikan perasaannya. Jika kamu tidak dapat mendengarkan anak remaja saat ini, beri tahu ia saat orangtua ada waktu.

 

4. Contohkan emosi yang sehat

Sebagai orangtua, kamu dapat memberi tahu anak remaja bagaimana ia harus berperilaku dan memberinya segala macam strategi, tetapi jika kamu salah menangani kemarahan sendiri sehingga melakukan hal lain yang tidak konstruktif, perilakumu akan menjadi contoh yang buruk. Kemudian izinkan anak remaja melihatmu menyelesaikan emosinya sesekali, sehingga ia memiliki contoh untuk diikuti.

5. Berhentilah memanjakan

Memperlakukan anak remaja seperti orang dewasa dan tidak seperti anak kecil dapat membantu mengurangi sebagian kemarahannya. Hilangkan nada bossy dan sikap berwibawa. Bicaralah kepada anak remaja hampir seperti kamu berbicara kepada rekan kerja atau orang dewasa lainnya. Selain itu, berikan anak remaja kesempatan untuk melakukan hal-hal yang sesuai dengan usianya, seperti bertemu dengan teman-temannya di bioskop atau membuat lebih banyak keputusan tentang aktivitas dan jadwal sekolahnya. Hal ini tidak hanya akan membantu menjinakkan amarahnya, tetapi juga membantunya mengasah keterampilan pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang ia perlukan di masa dewasa.

 

6. Tetapkan batasan kemarahan

Anak remaja perlu tahu bahwa tidak boleh melempar barang, mencaci-maki orang lain, atau menjadi agresif secara fisik saat sedang kesal. Jika anak remaja melakukan hal tersebut, ia harus bertanggung jawab, misalnya dengan memperbaiki atau membayar segala kerusakan, atau meminta maaf jika ia menyinggung atau melukai seseorang.

 

7. Tawarkan pilihan konstruktif

Banyak remaja yang marah karena mereka tidak tahu cara lain untuk mengungkapkan perasaannya. Tawarkan beberapa saran untuk pelampiasan yang lebih baik, saat anak remaja tenang dan tidak sedang berteriak-teriak. Bernapas dalam-dalam, menulis jurnal, aktivitas fisik seperti berjalan kaki atau tinju, atau mendengarkan musik dapat membantu meredakan rasa frustasi.

 

 

 

Penulis: Miftah DK

#Unlocking The Limitless

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading