Fimela.com, Jakarta Belakangan ini, jagat media sosial sedang diramaikan oleh gaya parenting yang disebut VOC. Gaya parenting yang satu ini menuai pro-kontra. Nama Parenting VOC sendiri diambil dari kongsi dagang Belanda yang pernah menguasai berbagai komoditas perekonomian di Indonesia saat zaman oenjajahan, yakni VOC atau Verenigde Oostindische Compagnie.
Karena VOC eksis di zaman penjajahan yang serba keras, nama kongsi dagang ini pun diadopsi untuk menyebut gaya parenting yang 'keras' bak masa dijajah. Pendekatan yang ditekankan dalam gaya parenting VOC adalah kedisiplinan, aturan yang ketat, dan otoritas yang kuat dari orang tua.
Meskipun pendekatan ini dapat dianggap efektif dalam mengajarkan anak-anak tentang batasan dan tanggung jawab, tetapi juga memiliki potensi untuk menimbulkan dampak negatif terhadap perkembangan anak. Benarkah demikian?
Advertisement
Advertisement
Ciri Gaya Parenting VOC: Mulai dari Aturan Ketat hingga Otoritas Penuh Orang Tua
- Aturan yang Ketat: Orang tua yang menerapkan gaya parenting keras biasanya memiliki aturan yang sangat ketat dan tegas. Mereka cenderung mengharapkan ketaatan mutlak dari anak-anak mereka tanpa memberikan ruang untuk bernegosiasi atau berdiskusi.
- Kedisiplinan yang Tegas: Dalam gaya parenting ini, kedisiplinan diutamakan dan pelanggaran terhadap aturan sering kali ditindak dengan sanksi yang keras. Ini bisa berupa hukuman fisik seperti pukulan atau bentuk hukuman lainnya seperti penarikan hak istimewa atau pengurangan waktu bermain.
- Otoritas yang Kuat: Orang tua yang menerapkan gaya parenting keras seringkali menegaskan otoritas mereka dengan keras dan tegas. Mereka menganggap diri mereka sebagai pemimpin yang harus dihormati dan tidak mentoleransi pembantahan atau ketidakpatuhan dari anak-anak mereka.
- Kurangnya Empati pada Anak: Dalam pendekatan VOC, seringkali kurangnya empati terhadap perasaan dan kebutuhan anak. Orang tua cenderung tidak peduli dengan perspektif anak dan lebih fokus pada penegakan aturan dan ketaatan.
Risiko atau Dampak Negatif Gaya Parenting VOC
Meskipun gaya parenting keras atau VOC mungkin terlihat efektif dalam mengontrol perilaku anak dan menegakkan kedisiplinan, namun juga dapat memiliki dampak negatif yang signifikan pada perkembangan anak. Beberapa risiko dan dampak negatif dari gaya parenting ini termasuk:
- Rendahnya Percaya Diri: Anak-anak yang dididik dengan gaya parenting keras cenderung memiliki tingkat percaya diri yang rendah karena mereka tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan keterampilan pengambilan keputusan dan belajar dari kesalahan mereka.
- Ketidakmampuan untuk Berpikir Kritis: Pendekatan VOC cenderung menekankan ketaatan buta dan kurangnya ruang bagi anak untuk mengemukakan pendapat atau mempertanyakan otoritas orang tua. Hal ini dapat menghambat perkembangan kemampuan berpikir kritis dan analitis pada anak.
- Gangguan dalam Hubungan Orang Tua dan Anak: Kurangnya empati dan komunikasi yang terbuka dalam gaya parenting keras dapat menyebabkan jarak emosional antara orang tua dan anak. Anak mungkin merasa tidak aman atau tidak dihargai, yang dapat mengganggu hubungan mereka dengan orang tua.
- Resentmen (Kemarahan) yang Terpendam: Anak-anak yang dibesarkan dengan gaya parenting keras cenderung mengalami rasa sakit dan kemarahan yang terpendam akibat tekanan yang diberikan oleh orang tua mereka. Hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, atau perilaku agresif.
Penting untuk diingat bahwa setiap anak memiliki kebutuhan dan kepribadian yang unik, dan tidak ada pendekatan tunggal yang cocok untuk semua anak. Sebaliknya, pendekatan yang lebih seimbang dan responsif, yang menggabungkan unsur-unsur dari berbagai gaya parenting, seringkali lebih efektif dalam membantu anak-anak tumbuh dan berkembang secara positif.
Sahabat Fimela, dengan cara mendengarkan dan memahami kebutuhan anak, memberikan dukungan emosional, dan membangun hubungan yang positif, kamu dapat menjadi orang tua yang menunjukkan lebih banyak kepedulian dan afirmasi positif kepada sang buah hati.