Fimela.com, Jakarta Dampak dari kekerasan dalam rumah tangga dapat menimpa semua orang. Anak-anak yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga mempunyai risiko lebih tinggi mengalami kesulitan emosional, sosial, serta perilaku dalam jangka pendek dan jangka panjang. Selain itu, anak-anak yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga mengalami stres tambahan yang terkait dengan trauma karena perpisahan yang berulang kali, perebutan hak asuh anak, dan isolasi dari anggota keluarga besar.
Anak-anak bisa tersesat dalam kekacauan, karena korban utama sering kali menjadi fokus, terutama jika mereka membutuhkan bantuan untuk melarikan diri, stabil, dan pulih. Selain itu, semakin tinggi paparan mereka terhadap trauma masa kanak-kanak, semakin tinggi pula tingkat penyakit, penyakit, dan kriminalitas mereka saat dewasa. Orangtua sering bertanya bagaimana mereka dapat membantu anak-anak untuk mengatasi traumanya.
Meskipun banyak pihak yang menganggap mengeluarkan anak dari situasi tidak aman sebagai solusi terbaik, hal ini bukanlah satu-satunya langkah tindakan yang diperlukan untuk meningkatkan keselamatan jangka panjang dan hasil positif bagi remaja. Ketika seorang anak telah disingkirkan dari situasi tersebut, penting untuk memberikan dukungan untuk membantu mereka mengatasi dampak negatif dari pengalaman tersebut. Menyadur dari youthvillages.org, berikut adalah tips untuk mengatasi trauma pada anak korban kekerasan dalam rumah tangga.
Advertisement
Advertisement
1. Membantu anak mengelola emosinya
Penting bagi orangtua untuk memberikan contoh cara yang tepat untuk mengelola emosi. Penting juga bagi untuk menggunakan bahasa yang mendukung ketika anak mengekspresikan emosinya. Dengan merespons secara empatik dan meyakinkan, orangtua dapat membantu menenangkan anak dan membantu mereka mengatasi gejala-gejala sulit saat menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga.
2. Membangun lingkungan yang tenang dan stabil
Anak-anak yang terkena trauma mungkin lebih sensitif terhadap unsur-unsur umum di lingkungan mereka, seperti pencahayaan, kebisingan, dan perubahan struktur atau rutinitas. Hal ini disebabkan dampak trauma terhadap perkembangan otak anak. Dampak otak ini dapat membuat anak lebih peka terhadap perbedaan lingkungan. Lingkungan yang lebih tenang dengan tingkat pencahayaan yang lebih rendah atau redup dapat membantu mereka merasa aman. Serupa dengan ini, memberikan struktur dan rutinitas yang konsisten dapat membantu anak untuk tetap tenang.
Advertisement
3. Carilah layanan untuk konseling anak
Carilah layanan untuk membantu anak-anak mengelola respons emosional dari pengalaman ini. Konseling sering kali diperlukan bagi anak-anak yang pernah menyaksikan atau menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga. Carilah layanan perawatan intensif di rumah yang bekerja dengan keluarga dan anak yang menangani masalah-masalah terkait dengan kekerasan dalam rumah tangga.
4. Kelola perilaku menantang dengan cara yang empatik, suportif, dan sehat
Perilaku seorang anak dapat menjadi tanda bahwa ia sedang berjuang melawan trauma, dan juga dapat menandakan bahwa ia perlu merasa aman dan terkendali. Dengan merespons melalui empati dan menggunakan pendekatan suportif untuk memecahkan masalah yang terkait dengan perilaku menantang, anak-anak dapat membangun keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatur diri sendiri dan membuat pilihan positif. Hal ini dapat membantu anak merasa berdaya dan dapat membantu meningkatkan ketahanan.
Advertisement
5. Berikan waktumu sebagai orangtua
Jika Sahabat Fimela tidak ingin melakukan aktivitas rumit seperti kerajinan tangan atau membuat kue, atau tidak mampu melakukannya, kamu bisa memulainya dengan memberikan waktu pada setiap aktivitasnya. Bersantailah di tempat tidurnya selama beberapa menit ketika sedang mencuci pakaian, tanyakan apa yang mereka tonton atau baca, tanyakan pendapatnya, atau tanyakan tentang kesehariannya. Benar-benar fokus pada apa yang mereka katakan. Waktu dan perhatian adalah hal paling berharga yang dapat orangtua berikan kepada anak.
Â
Â
Â
Penulis: Miftah DK
#Unlocking The Limitless