Fimela.com, Jakarta Ada fase di mana seorang anak merasa bahwa apa yang dimilikinya hanya untuk dirinya sendiri dan tidak boleh diberikan pada orang lain. Mereka mungkin juga merasa bahwa dirinya begitu penting sehingga ia harus diprioritaskan dibandingkan orang lain. Meski wajar, anak tetap harus diajarkan untuk berempati dan peduli terhadap orang lain.
Empati adalah komponen penting dalam pertumbuhan emosi, karena membantu seseorang terhubung secara mendalam dengan orang lain, mengendalikan emosi, dan mendorong perilaku bermanfaat. Empati adalah sesuatu yang bisa dipelajari, namun penting untuk mulai mengajarkan dan mempraktikkannya sejak dini. Membantu anak kecil untuk mengembangkan rasa empati yang kuat sangatlah penting. Hal ini membantu mereka membangun rasa aman dan hubungan yang lebih kuat dengan orang-orang di sekitarnya.
Empati menjadi pendorong utama anak-anak melakukan kebaikan. Meskipun penting, berempati tidak selalu mudah dilakukan oleh anak kecil. Membutuhkan imajinasi dan pengambilan perspektif. Melansir dari beginlearning.com, 5 tips yang bisa dilakukan untuk mendorong anak memiliki rasa empati yang tinggi.
Advertisement
Advertisement
1. Bicara tentang perasaan
Jadikan percakapan tentang perasaan sebagai bagian rutin dari budaya keluarga sejak usia muda. Ketika Sahabat Fimela melakukan ini, membantu anak menjadi lebih sadar akan emosinya sendiri dan emosi orang lain. Kamu bisa mulai membicarakan perasaan kepada anak dengan menggunakan istilah sederhana untuk menggambarkan emosi. Misalnya, “Saya merasa senang” atau “Saya merasa lelah”. Di usia ini juga bisa membicarakan emosi yang kamu lihat pada orang lain, seperti “Nenek terlihat sedih, kenapa ya?”. Seiring bertambahnya usia mereka, Sahabat Fimela dapat membantu mereka lebih memahami emosi yang lebih kompleks.
Selain membicarakan perasaan kamu sendiri dan perasaan orang lain, tanyakan pada anak bagaimana kabarnya. Dengarkan apa yang mereka katakan, dan jangan meremehkan perasaan mereka atau memberi tahu mereka bahwa tidak boleh merasakan hal tertentu. Sebaliknya, dengarkan saja dan tawarkan dukungan. Selain itu, hindari mencari cara untuk “memperbaiki” masalah atau emosi anak, karena hal ini juga dapat membuat perasaannya tidak valid. Semakin banyak anak Sahabat Fimela mendengar tentang berbagai emosi, semakin baik mereka dalam mengidentifikasi emosi tersebut dalam diri sendiri dan orang lain.
2. Permainan peran
Permainan peran adalah jenis permainan berpura-pura yang memungkinkan anak mengeksplorasi emosi dan situasi yang berbeda. Ini adalah cara yang bagus untuk membantu mereka memahami bagaimana perasaan orang lain dalam berbagai situasi. Saat bermain peran, dorong anak untuk membayangkan bagaimana perasaan orang lain. Tanyakan kepada mereka apa yang akan dilakukan jika berada di posisi orang tersebut. Pilih peristiwa sederhana dari masa kecil untuk inspirasi Sahabat Fimela.
Misalnya, anggaplah kamu berdua sedang berada di taman. Salah satu dari kalian adalah anak yang baru saja didorong dari ayunan oleh anak lain. Orang lain adalah pengamat yang berempati dan datang membantu. Setelah kamu menentukan peran, ajak anak untuk membayangkan bagaimana perasaannya. Hal ini mengajarkan mereka untuk mengambil pengetahuan mereka sendiri tentang perasaan dan menerapkannya pada orang lain.
Advertisement
3. Identifikasi perasaan dalam buku dan gambar
Buku adalah cara yang bagus untuk membantu anak-anak mengembangkan empati, dan membaca bersama dapat membuka dunia diskusi baru tentang keterampilan sosial dan emosional. Saat Sahabat Fimela membaca, tunjukkan berbagai emosi yang dialami karakter. Kamu juga dapat menanyakan kepada anak bagaimana perasaan karakter tersebut dengan mencari petunjuk dalam gambar.
Sepanjang cerita, bicarakan tentang bagaimana perasaan karakter berubah seiring waktu. Hal ini mendorong mereka untuk mulai memikirkan bagaimana perasaan orang lain dalam situasi yang berbeda. Mereka juga dapat mulai menghubungkan bagaimana dampak dari perkataan dan tindakan yang orang lain lakukan.
4 Berikan pujian
Kapan pun anak Sahabat Fimela menunjukkan empati terhadap orang lain, berikan pujian khusus atas usahanya. Misalnya, jika kamu melihat anak berbagi mainan dengan temannya, beri tahu mereka betapa bangganya kamu atas tindakan bijaksana mereka. Jelaskan bahwa karena mereka mempertimbangkan perasaan temannya, mereka membuat orang tersebut merasa bahagia. Penguatan positif ini membantu mereka menyadari bahwa tindakannya dihargai dan bisa memotivasi untuk lebih berempati di masa depan.
Selain itu, cobalah untuk memberikan lebih banyak pujian dari pada kritik. Ketika mereka menyadari secara langsung bagaimana tindakan mereka dapat membuat perbedaan dalam kehidupan orang lain, hal ini membantu mereka memahami empati. Hal ini juga memungkinkan untuk melihat diri mereka sebagai orang yang baik dan penuh kasih sayang.
Advertisement
5. Jaga harapan empati sesuai usia
Balita tidak dikenal berempati. Wajar jika mereka lebih mementingkan diri sendiri di usia ini. Namun, bukan berarti Sahabat Fimela tidak boleh mulai mengajarkan empati kepada anak sejak ia masih kecil. Itu berarti kamu harus realistis tentang apa yang dapat diharapkan dari mereka pada usia tersebut. Misalnya, jika balita sedang bergumul dengan perasaan yang besar, jangan harap ia berhenti berteriak untuk mencoba memahami bagaimana perilakunya mempengaruhi perasaan kamu. Sebaliknya, fokuslah untuk mengajari mereka cara mengelola emosinya sendiri.
Anak yang belum memahami perasaannya sendiri belum bisa memahami perasaan orang lain. Jadi, membantu balita Sahabat Fimela mengembangkan kesadaran diri adalah langkah awal yang penting dalam mengajarkan empati. Seiring bertambahnya usia, kapasitas empati mereka meningkat. Pada saat mulai bersekolah, sebagian besar anak sudah dapat memahami dan berempati dengan perasaan orang lain. Pada titik ini, Sahabat Fimela bisa mulai mengharapkan mereka memikirkan bagaimana tindakannya dapat berdampak pada orang lain.
Penulis: Miftah DK
#Unlocking The Limitless