Sukses

Parenting

Kenali Usia yang Tepat Bagi Anak untuk Mulai Diajarkan Toleransi

Fimela.com, Jakarta Dalam kehidupan, manusia memiliki berbagai bentuk, ukuran, dan keyakinan. Penting untuk menanamkan pada anak sejak usia dini mengenai rasa hormat dan toleransi terhadap orang yang berbeda dengan mereka. Satu hal yang perlu orangtua diskusikan dengan anak sesegera mungkin adalah soal rasisme dan toleransi ras.

Toleransi ras adalah tindakan menerima orang yang berbeda ras dan tidak berkeberatan terhadap mereka berdasarkan ras. Akan tiba suatu hari ketika anak akan menyadari bahwa warna kulitnya berbeda dari anak-anak lainnya. 

Untuk bayi, ia sudah bisa mengenali perbedaan warna kulit dan tekstur rambut pada usia 6 bulan. Ini adalah saat yang tepat untuk memperkenalkan anak pada lingkungan belajar yang beragam. Biarkan bayi Sahabat Fimela berinteraksi secara sosial dengan anak-anak dan orang dewasa dari berbagai kelompok ras dan etnis. 

Saat menunjukkan perbedaan antara anak dan orang lain, selalu bersikap positif terhadap sifat-sifat anak dan sifat-sifat orang yang dijadikan perbandingan oleh anak Sahabat Fimela.

Kemudian, ketika anak berusia 7 tahun dan sudah mulai mendaftar Sekolah Dasar, mereka akan jauh lebih mengerti bahwa tidak apa-apa menjadi berbeda, namun tetap sama. Selalu soroti titik kesamaan untuk memastikan anak memahami anak-anak dari ras atau budaya lain tidak jauh berbeda dengannya. Memberi didikan soal toleransi sangat penting untuk mengajarkan anak peka terhadap perasaan orang lain.

Betapa pentingnya rasa aman

Toleransi dan rasa hormat muncul dalam diri anak-anak yang merasa aman. Ada dua aspek dari rasa aman ini. Yang pertama adalah keyakinan bahwa seseorang itu istimewa, dihargai, dan diterima. Hal ini berkembang ketika orang dewasa yang paling penting dalam kehidupan seorang anak berulang kali mengatakan dan menunjukkan kepadanya betapa dia dicintai.

Yang kedua bergantung pada seberapa terancam perasaan anak akibat pengalaman baru. Dari batang otak hingga korteks, otak kita memiliki lusinan sistem saraf yang terlibat dalam membaca dan merespons potensi ancaman. Otak akan mengkategorikan pengalaman baru sebagai pengalaman negatif dan berpotensi mengancam hingga terbukti sebaliknya.

Oleh karena itu, semua situasi baru atau rangsangan baru mengaktifkan sistem saraf pengatur stres di otak. Jika anak Sahabat Fimela berada dalam lingkungan yang aman dan familiar, dia akan menganggap perasaan dari aktivasi ini sebagai "kegembiraan". Namun, jika anak berada di lingkungan asing dan berpotensi mengancam, situasi yang sama akan dianggap menakutkan.

Bantu anak menghargai dirinya sendiri

Orang-orang dalam kehidupan kita bertindak sebagai cermin dalam proses membangun kesadaran diri, seperti ketika mereka memberi perhatian, dorongan, dan pujian; di lain waktu, interaksi yang ada mungkin membuat kita merasa tidak menarik atau tidak kompeten. Ketika dibuat merasa istimewa dan dihargai, seorang anak akan tumbuh menghargai dirinya sendiri, dan perasaan diri yang kuat dan positif memungkinkan anak sudah dewasa untuk menghormati orang lain.

Proses membangun harga diri dan kapasitas terkait untuk menghormati, diperumit oleh kecenderungan kita untuk lebih memperhatikan rangsangan negatif daripada positif. Satu komentar negatif dapat diperbesar sedemikian rupa sehingga komentar positif tidak dapat diatasi dengan mudah.

Tanda anak membutuhkan dukungan

Anak yang intoleran akan menghakimi orang-orang yang terlihat berbeda darinya dan lebih cenderung menyerang, menggoda, atau menindas orang lain. Anak-anak yang berjuang dengan toleransi membantu menciptakan suasana pengucilan dan intimidasi terhadap orang-orang dan kelompok yang mereka takuti.

Intoleransi ini bisa menjadi langkah awal terjadinya intimidasi. Anak yang tidak toleran pada dasarnya merasa tidak aman, tidak yakin akan status, keterampilan, keyakinan, dan nilai-nilainya. Anak dengan rasa rendah diri mulai membatasi peluangnya. Dia tidak berusaha sekuat tenaga dan, akibatnya, mungkin tertinggal dari teman-temannya.

Bagaimana menumbuhkan rasa toleransi pada anak?

1. Jadikan anak merasa istimewa, aman, dan dicintai

Jangan hemat dengan kata-kata pujian. Seorang anak yang dicintai belajar untuk mencintai.

2. Ciptakan peluang belajar tentang tempat, orang, dan budaya baru

Paparkan anak pada berbagai perspektif melalui buku, lagu, makanan, serta acara dan perayaan budaya.

3. Lakukan intervensi ketika orangtua mendengar atau melihat perilaku intoleransi

Jangan bersikap menghukum. Bantu anak Sahabat Fimela mempelajari cara-cara yang lebih sehat untuk berinteraksi dengan orang lain.

4. Gunakan komentar positif untuk membentuk dan memperkuat perilaku anak

Hindari memberikan instruksi dengan menggunakan kata “tidak”, seperti: “Jangan lakukan itu”. Menawarkan alternatif yang bermanfaat, seperti: "Bersikaplah lembut terhadap saudaramu" akan lebih produktif.

5. Berikan contoh toleransi dan rasa hormat

Anak akan belajar menjangkau dan peka serta menghormati orang lain dengan memperhatikan cara orangtuanya berdiskusi, berhubungan, dan menghargai orang lain.

 

Mengajari anak untuk hidup berdampingan dengan ras, budaya, dan gaya hidup yang berbeda bukanlah suatu pilihan. Hal ini penting untuk perkembangan sosial dan mental anak menjadi sehat.

 

 

Penulis: Miftah DK

#Unlocking The Limitless

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading