Fimela.com, Jakarta Dalam dunia yang penuh tuntutan, melampiaskan emosi dan kemarahan secara verbal kerap menjadi suatu kebiasaan di masyarakat umum, termasuk kepada anak. Sebagian orang mungkin beranggapan bahwa membentak merupakan cara yang efektif untuk bisa mengatur anak.
Namun nyatanya melampiaskan kemarahan pada anak, salah satunya dengan membentak memiliki dampak negatif yang signifikan terutama bagi perkembangan otaknya. Dilansir dari steemit.com, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan bernama Lise Gliot menunjukkan bahwa ketika seseorang membentak anak, sebenarnya hal tersebut merusak sel otak anak.
Banyak sekali dampak negatif yang ditimbulkan dengan membentak anak. Bentakan dan tekanan emosional dapat berkontribusi pada rusaknya miliaran sel otak. Berteriak berpotensi merusak 1 miliar sel otak dan jika dilakukan dengan kekerasan fisik, dampaknya lebih parah yang bisa membunuh hingga 10 miliar sel otak anak secara seketika.
Advertisement
Advertisement
Mengapa membentak anak dapat merusak miliaran sel otak?
Ledakan emosi akan berdampak buruk bagi tumbuh kembang anak. Menurut dr. Amir Zuhdi, seorang dokter otak di Neuroscience Indonesia, teriakan orangtua jelas menakuti anak. Timbulnya stres dan rasa takut yang dihasilkan dari bentakan dapat menyebabkan pelepasan hormon stres, seperti kortisol dalam jumlah tinggi.
Tingginya hormon kortisol dalam tubuh akan memutus koneksi neuron di otak. Hal ini berdampak pada rusaknya struktur otak, yang menyebabkan neuron di otak anak lebih cepat mengalami apoptosis atau kematian, serta menghambat pertumbuhan sel-sel otak baru. Oleh karena itu, praktik membentak anak tidak hanya mempengaruhi aspek perilaku, tetapi juga berdampak pada kesehatan dan perkembangan otak.
Membangun kembali sel otak anak
Jika membentak anak dapat membunuh miliaran sel otak, maka sebaliknya, Lise Gliot menemukan bahwa menunjukkan cinta dan kasih sayang kepada anak sebenarnya memperkuat sel dan justru membantu perkembangannya. Ahli neuropsikologi lainnya juga menjelaskan bahwa menetapkan batasan yang tegas tanpa bentakan membantu anak memperoleh kepercayaan diri mereka.
Membesarkan anak memang bukanlah hal yang mudah dan bahkan terasa sangat sulit. Sering kali orangtua melakukan kesalahan, namun berusaha mengendalikan emosi, mengakui kesalahan, dan meminta maaf pada anak merupakan pelajaran yang sangat mendidik anak.
Pendekatan yang lebih positif dan mendukung dapat membantu membangun kepercayaan dan komunikasi antara orangtua dan anak, serta menciptakan fondasi yang kokoh untuk pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal.
Penulis: Maritza Samira
#BreakingBoundariesJanuari