Fimela.com, Jakarta Pernah mendengar istilah Sibling Birth Order? Istilah ini merujuk pada urutan kelahiran anak di sebuah keluarga. Secara ringkas, sibling birth order ini mengacu pada penyebutan anak seperti anak yang lahir pertama sering disebut dengan anak pertama, anak yang terlahir kedua sering disebut sebagai anak tengah, anak terakhir yang lahir dalam keluarga disebut sebagai anak bungsu, dan satu-satunya anak yang lahir di keluarga disebut sebagai anak tunggal.
Percaya atau tidak, urutan kelahiran seorang anak ternyata juga membentuk karakteristik anak yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh kombinasi genetik serta bagaimana lingkungan mentreat anak. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Frank Sulloway salah satu psikolog terkenal.
Sering juga kita melihat urutan kelahiran anak membentuk perbedaan pengasuhan orangtua serta efek yang diberikan pada anak ke depannya. Misalnya pada anak pertama mereka sering sekali dituntut untuk menjadi contoh bagi adiknya. Ada juga anak pertama yang merasa anak bungsu sering dimanjakan. Sementara anak tengah sendiri juga banyak yang merasa sering dilupakan.
Advertisement
Contohnya pada kasus kelahiran anak pertama, menurut konselor untuk pernikahan dan keluarga, Sarah Smelser, LPC menyebutkan kekhawatiran orangtua pada anak menuntut mereka untuk membesarkan dan mengurus anak secara alamiah. Ketika hadirnya anak lain dalam keluarga, beban ekspektasi dan kekhawatiran semakin berkurang.
Akan tetapi tidak sedikit munculnya ketidakseimbangan peran yang membuat anak pertama menjadi orangtua kedua bagi adik-adiknya. Kadang dari perannya ini juga memicu keretakan dalam hubungan keluarga. Hal ini alamiah karena seorang anak juga tetap membutuhkan perhatian dari kedua orangtuanya. Bagaimana karakteristik anak pertama serta tips mengasuhnya? Berikut informasi dari Parade dan National Physicians Center for family resources untuk kalian Sahabat FIMELA.
Advertisement
Karakteristik anak pertama
Smelser menyebutkan bahwa anak pertama memiliki ciri-ciri yang berbeda dibandingkan dengan saudaranya.
"Anak pertama memiliki ciri berfokus pada tujuannya, berbicara secara terang-terangan, kelas kepala, independen, hingga perfeksionis."
Smelser juga menambahkan jika kamu melihat karakteristik anak pertama bisa seperti itu karena terbentuk akibat 'dipaksanya' anak oleh orangtua pada saat berinteraksi dengan anaknya. Bisa dibilang anak pertama ini lebih 'unik' dibandingkan saudaranya. Karena orangtuanya baru pertama kali memiliki anak, mereka belajar secara alamiah serta mengikuti nalurinya. Maka dari itu mereka jauh lebih tegas, memiliki ekspektasi lebih tinggi serta jauh lebih anxious dengan anak pertama dibandingkan dengan anak-anak mereka yang lain.
Dengan bertambahnya jumlah saudara, terkadang anak pertama berperan sebagai orangtua kedua untuk mengurus saudaranya.
"Anak pertama juga memiliki tingkat konsistensi yang tinggi. Hal ini disebabkan karena perannya yang menjadi orangtua kedua serta responsibilitas yang dimiliki untuk mengatur dan mengurus saudaranya. Pada akhirnya mereka membantu saudaranya seperti makan hingga menemani saudaranya bermain. Mereka juga lebih protektif terhadap saudaranya, hal inilah yang membuat anak pertama dikagumi oleh saudaranya."
Tips mengasuh anak pertama
Kamu pasti menyadari dengan tuntutan serta karakteristik yang dimiliki anak pertama menuntut mereka untuk membuat segala urusan menjadi sempurna dan ringan. Sebagai orangtua kamu bisa mengikuti tips untuk mengurus anak pertama, berikut tipsnya.
Berani untuk mengakui kesalahan: Sebagai orangtua terkadang memiliki sisi lain untuk tidak mengakui kesalahan padahal jelas-jelas melakukan sebuah kesalahan. Ada tipe orangtua yang melemparkan kesalahan kepada anaknya. Alhasil memicu keretakan antara orangtua dan anak. Jika kamu benar-benar melakukan kesalahan, akui saja dengan meminta maaf kepada mereka.
Anak pertama juga bukanlah anak yang sempurna karena mereka masih menjadi anak-anak: Anak membuat kesalahan merupakan hal yang sering dilakukan. Terbatas dalam hal kecil maupun hal besar. Jangan begitu memaksakan serta mendidiknya dengan cara diktator dan keras, mereka masih membutuhkan bimbingan kedua orangtuanya. Ketika mereka membuat kesalahan, kamu bisa mengoreksinya. Katakanlah kamu dan anak pertamamu sedang membuat pancake, kemudian anakmu menuangkan susu terlalu banyak ke dalam adonan, kamu bisa memaafkan dan mencari solusi pertama misalnya dengan menambahkan tepung lagi.
Libatkan anak dalam memilih keputusan yang ia hadapi: Ada kalanya anak akan menghadapi situasi di mana ia harus memutuskan suatu hal. Sebagai orangtua, sebaiknya kamu mengarahkan saja dengan memberikan informasi atas pilihannya. Informasinya bisa kamu berikan seperti poin plus dan minus. Dengan melibatkan anak untuk memilih suatu keputusan, kemampuan bernalarnya akan terlatih.
Penulis: Tisha Sekar Aji.
Hashtag: #Timeless