Fimela.com, Jakarta Parentification atau parentifikasi merupakan salah satu bentuk trauma masa kecil yang tak terlihat. Hal ini terjadi ketika peran anak dan orangtua dibalik. Tanpa disadari, parentifikasi banyak terjadi di sekeliling kita, bahkan mungkin dalam keluarga sendiri dan telah diterima sebagai norma di beberapa budaya. Namun perlu diketahui bahwa hal ini dapat menimbulkan dampak psikologis negatif yang lebih luas.
Parentifikasi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan situasi di mana seorang anak diharapkan mengambil peran sebagai orangtua, baik secara fungsional maupun emosional. Anak mengorbankan kebutuhannya sendiri akan perhatian, kenyamanan, dan bimbingan untuk mengakomodasi kebutuhan logistik dan emosional orangtua dan atau saudara kandung.
Parentifikasi dapat terjadi dalam berbagai keadaan, misal ketidakhadiran sosok orangtua, orangtua tidak mampu secara emosional, atau sedang menghadapi masalah kesehatan mentalnya sendiri. Jenis trauma ini dapat menyebabkan tekanan psikologis yang signifikan dan dapat dianggap sebagai bentuk emotional abuse. Parentification trauma dapat menimbulkan dampak jangka pendek dan jangka panjang terhadap kehidupan dan kesejahteraan anak.
Advertisement
Advertisement
Jenis Parentifikasi
Dilansir dari charliehealth.com, ada beberapa jenis parentifikasi, yang masing-masing memiliki tantangan dan dampak tersendiri terhadap anak.
Parentifikasi emosional
Parentifikasi emosional terjadi ketika seorang anak diharapkan memenuhi kebutuhan emosional orangtuanya, mencakup memberikan dukungan emosional, mendengarkan masalah orang dewasa, atau menjadi sumber kenyamanan dan kepastian. Parentifikasi emosional dapat menjadi tantangan bagi anak sebab mereka belum memiliki kematangan emosi atau pengalaman hidup untuk menglola emosinya sendiri, apalagi ketika harus menghadapi emosi orang dewasa.
Parentifikasi instrumental
Terjadi ketika seorang anak yang mengambil tanggung jawab praktis yang biasanya menjadi tanggung jawab orangtua. Hal ini mencakup mengatur keuangan rumah tangga, mengasuh adik, atau melakukan tugas-tias yang seharusnya menjadi tanggung jawab orangtua. Parentifikasi instrumental dapat mengganggu kemampuan anak untuk bersekolah, bersosialisasi dengan teman sebaya, dan terlibat dalam aktivitas anak-anak.
Kedua jenis parentifikasi tersebut sering kali bersifat tumpang tindih, dan seorang anak mungkin mengalami beberapa jenis parentifikasi secara bersamaan. Penting bagi orangtua untuk menyadari tanda-tanda parentifikasi. Dilansir dari newportacademy.com, berikut beberapa gejala seorang anak mengalami trauma parentifikasi:
- Kecemasan, khususnya mengenai kepedulian terhadap orang lain
- Depresi
- Pikiran untuk bunuh diri
- Bekerja berlebihan secara kompulsif untuk memenuhi tanggung jawab di sekolah dan di rumah
- Perasaan bersalah dan malu
- Kekhawatiran yang tiada henti
- Menarik diri dari sosial
- Gejala fisik kecemasan dan depresi, seperti sakit perut, sakit kepala, dll.
Penyebab Trauma Parentifikasi
Dilansir dari eggshelltherapy.com, berikut beberapa kemungkinan penyebab munculnya parentifikasi:
- Perceraian
- Ketidakdewasaan orangtua
- Penelantaran
- Orangtua yang mengalami depresi
- Trauma keterikatan orangtua
- Kematian orangtua atau saudara kandung
- Penyalahgunaan zat
- Penyakit kronis atau kecacatan
- Penyakit mental
- Hubungan kekerasan fisik
Beberapa faktor risiko kontekstual lainnya, meliputi memiliki ibu yang pernah mengalami pelecehan seksual, status sosial ekonomi yang rendah, dan perceraian.
Trauma parentifikasi anak dapat menyebabkan gejala PTSD, termasuk gangguan kecemasan, dan depresi. Efek jangka panjang dari trauma menjadi orangtua bisa sangat buruk, dan penting untuk mencari bantuan jika merasa kesulitan mengatasi masalah ini.
Penulis: Maritza Samira.
#BreakingBoundariesDesember