Meskipun tantrum tergolong dalam kondisi perkembangan anak yang normal, tetapi tantrum bisa jadi sangat memalukan dan membuat orangtua menjadi frustasi bahkan sampai emosi. Oleh karena itu, sebaiknya para orangtua perlu tahu cara untuk menenangkan anak saat mereka mengalami tantrum.
Tantrum adalah ledakan emosi, biasanya dikaitkan dengan anak-anak atau orang-orang dalam kesulitan emosional, yang biasanya ditandai dengan sikap keras kepala, menangis, menjerit, berteriak, menjerit-jerit, pembangkangan, mengomel marah, resistensi terhadap upaya untuk menenangkan dan, dalam beberapa kasus, kekerasan.
Advertisement
BACA JUGA
Meski orangtua biasanya paham untuk tak menuruti amukan atau memerhatikan anak berperilaku buruk, ada sesuatu tentang tantrum yang lebih menguji kesabaran dan keberanian para orangtua dalam bersikap. Terdapat beberapa pantangan bagi orangtua saat menangani anak yang sedang tantrum.
Untuk lebih jelasnya, Fimela.com kali ini akan megulas 5 pantangan bagi orangtua saat anak mengalami tatrum. Dilansir dari Liputan6.com, simak ulasan selengkapnya berikut ini.
Advertisement
Tidak Memahami Penyebab Anak Mengalami Tantrum
Pantangan bagi orangtua yang pertama saat anak mengalami tantrum ialah tidak memahami penyebab anak mengalami tantrum. Meski menuruti amukan adalah hal yang sangat dilarang, meremehkan atau mengabaikan perasaan anak juga bukanlah ide yang baik. Jangan merendahkan anak dengan mengatakan bahwa ada sesuatu yang bukan masalah besar atau ia konyol karena marah.
Jangan pula memberi tahu anak bagaimana perasaannya karena para orangtua biasanya tak tahu apa yang anak rasakan. Di samping, tak ada yang suka diberitahu apa yang harus dilakukan, terutama balita yang mungkin tak dapat sepenuhnya mengomunikasikan perasaannya.
Cobalah dengan tulus mencari tahu apa yang menyebabkan tantrum dan apakah anak punya alasan kuat untuk marah-marah.
Ikut Memarahi Anak
Pantangan bagi orangtua yang kedua saat anak mengalami tantrum ialah ikut memarahi anak dan terpancing emosi saat anak mengamuk keras. Hal ini karena peran orangtua saat anak tengah mengalami tantrum bukanlah untuk memarahinya melainkan memberikan contoh yang baik dengan bersikap tenang.
Selain itu, jangan menggunakan sarkasme karena biasanya anak sulit memahami cara kerja sarkasme pada usia tersebut. Penggunaannya hanya akan membuat mereka mungkin bingung tentang apa yang sebenarnya dikatakan oleh orangtua.
Advertisement
Bersikap Terlalu Kaku
Pantangan bagi orangtua yang ketiga saat anak mengalami tantrum ialah bersikap terlalu kaku pada anak. Anak-anak sebenarnya sama seperti remaja. Mereka tengah mengeksplorasi kemandirian dan batasan sebagai individu. Penting untuk bersikap fleksibel mengingat marah dan membungkam anak tak akan membantu.
Berikan anak yang berkemauan keras rasa kendali dengan menawarkan tak lebih dari dua pilihan pada sesuatu yang dapat dijalani, situasi win-win untuk kalian. Jangan sampai anak merasa tak didengarkan dan dihargai pendapatnya, terlebih saat tantrum.
Berunding Sebelum Anak Tenang
Pantangan bagi orangtua yang keempat saat anak mengalami tantrum ialah berunding sebelum anak tenang. Alasannya sangat sederhana, selayaknya orang dewasa, anak-anak hanya mendengar apa yang ingin mereka dengar. Jadi, jangan buang waktu dan energi hanya untuk mencoba bernalar dengan mereka di tengah amukan emosional.
Kata-kata orangtua kemungkinan besar tak akan didengar dan mungkin memperpanjang situasi tak kondusif. Sebagai ganti, sebisa mungkin orangtua harus menenangkan anak lebih dulu. Setelah anak sudah tenang, mereka akan lebih mudah untuk diajak berdiskusi dan berunding tentang hal yang membuatnya mengalami tantrum.
Advertisement
Orangtua Tidak Bersikap Tegas
Pantangan bagi orangtua yang kelima saat anak mengalami tantrum ialah tidak bersikap tegas. Tak ada anak yang akan menganggap orangtuanya serius jika memeringatkan mereka berulang kali tentang konsekuensi atas perilaku buruk mereka, tanpa ditindaklanjuti dengan hukuman.
Bentuk hukumannya bisa sangat beragam, tak perlu melibatkan omelan apalagi pukulan. Orangtua bisa menerapkan denda atau hukuman membersihkan bagian tertentu di rumah supaya anak memahami bentuk nyata dari konsekuensi kesalahannya.