Fimela.com, Jakarta Meskipun belum dewasa, ternyata anak-anak juga rentan mengalami depresi dan sayangnya hal ini sering tidak disadari oleh para orangtua. Banyak orangtua yang lalai untuk memerhatikan apa yang terjadi dan tengah dirasakan oleh sang anak hingga mereka tidak menyadari bahwa sejumlah perilaku yang ditunjukkan anak sebenarnya adalah ciri-ciri dari depresi.
Memang masalah yang dialami oleh anak tidak serumit orang dewasa, namun hal itu tidak bisa memnugkiri fakta jika ada beberapa kondisi maupun situasi yang membuat anak menjadi depresi. Tentu saja depresi ini bisa muncul dari dalam dirinya, bisa disebabkan oleh orangtua, lingkungan, atau teman sekolahnya.
Advertisement
BACA JUGA
Jika orangtua tidak tanggap dalam memahami bahwa anak sedang mengalami depresi, maka kesehatan mental anak akan menjadi taruhannya. Implikasinya akan melebar kemana-mana, misalnya anak bisa jadi kehilangan semangat belajar bahkan menjadi anti sosial dengan menjauhi semua teman-temannya.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasinya, maka orangtua perlu paham apa saja perilaku yang mencerminkan bahwa anak tengah depresi. Untuk itu, Fimela.com kali ini akan mengulas ciri-ciri anak yang mengalami depresi. Simak ulasan selengkapnya berikut ini.
Advertisement
Menunjukkan Senyuman Palsu
Pertama, ciri-ciri anak yang mengalami depresi ialah ketika mereka sering menunjukkan senyuman palsu. Seperti orang dewasa, anak juga tidak ingin orang lain tahu bahwa mereka sedang sedih atau gelisah, oleh karena itu anak sering menunjukkan ekspresi bahagia yang tampak dipaksakan.
Jika hal ini terjadi untuk waktu yang lama, sebaiknya orangtua segera menyadarinya dan mengajak anak untuk berbicara secara terbuka. Pasalnya, ketika mereka pura-pura tersenyum dan terlihat bahagia, secara tidak langsung anak tengah memendam semua emosi dan hal itu tentu tidak baik untuk pertumbuhannya. Jadi, upayakan agar orangtua bisa membangun komunikasi yang baik dengan anak.
Hilangnya Minat Bermain dan Belajar
Kedua, ciri-ciri bahwa anak mengalami depresi bisa terlihat saat mereka kehilangan minat belajar dan bermain. Belajar dan bermain adalah hal yang menyenangkan di usia mereka. Jika anak terlihat malas atau tidak tertarik lagi untuk belajar dan bermain, maka orangtua patut curiga.
Bisa jadi hal tersebut karena ada sesuatu yang membuatnya tidak bersemangat dan akhirnya secara tidak langsung menjadi faktor bagi anak untuk mengalami depresi. Anak yang mengalami depresi biasanya akan malas melakukan banyak hal yang menyenangkan, ini semua karena perasaan didalam dirinya tidak bahagia.
Advertisement
Usil dan Hiperaktif
Ketiga, ciri-ciri anak mengalami depresi berikut ini berbanding terbalik dengan dua ciri yang telah disebutkan sebelumnya tetapi masih memiliki motif yang sama. Anak yang usil, jahil, dan hiperaktif biasanya adalah anak yang sedang mengalami depresi. Alasannya sederhana, dengan terlihat amat aktif, mereka bisa menutupi semua depresi yang dirasakan.
Maka dari itu, jika suatu waktu anak menunjukkan perubahan perilaku yang signifikkan dan menjadi lebih usil serta nakal, maka orangtua patut peka. Bisa jadi itu adalah tanda atau cara mereka mencari perhatian dari orang dewasa untuk memahami bahwa sebenarnya mereka tengah mengalami depresi.
Merasa Kesepian Meski Berada di Keramaian
Keempat, ciri-ciri lainnya yang menunjukkan bahwa anak tengah mengalami depresi ialah ketika mereka tetap merasa kesepian meskipun berada di keramaian. Hal ini bisa terjadi karena suasana ramai tersebut tidak berpengaruh pada kesedihan yang dirasakan oleh anak sehingga ia tetap merasa sepi dan hampa di keramaian.
Biasanya anak akan berdiam diri dan tidak ikut terlihat gembira bersama teman-temannya. Ia cenderung memerhatikan situasi saja tanpa ikut bermain. Jika anak sudah begini, maka sebaiknya orangtua perlu cekatan dalam memahami anak karena bisa jadi ia memang sedang mengalami depresi dan punya masalah yang enggan untuk dibagikan kepada orangtua.
Advertisement
Berkata Baik-Baik Saja
Terakhir, ciri-ciri anak mengalami depresi yang kelima ialah pada saat mereka berkata baik-baik saja ketika ditanyakan dan diajak berbicara oleh orangtua. Jika tidak ada masalah yang ditutupi oleh sang anak, maka tidak mungkin mereka berkata bahwa keadaannya baik-baik saja.
Pada poin ini orangtua harus peka dan menyadari bahwa ada sesuatu yang mengganggu pikiran sang anak. Tentu tidak dengan cara yang represif, tetapi bisa melakukan pendekatan yang lebih lembut dan penuh pengertian. Orangtua harus memapu menunjukkan dan menampilkan diri sebagai sosok yang dapat mereka percaya untuk berbagi dalam hal apapun.