Fimela.com, Jakarta Penyakit kulit kronis atau Dermatitis Atopik (DA), dapat menyerang semua umur, mulai dari bayi hingga lansia. Penyakit ini juga dapat menyerang perempuan dan pria.
DA ini dapat membuat kulit meradang, gatal, kering, hingga pecah-pecah. Tentu kondisi ini dapat membuat aktivitasmu terganggu.
Advertisement
BACA JUGA
Menurut data World Allergy Organization 20181, prevalensi penderita DA pada anak sebesar 5-30% dan pada dewasa sebesar 1-10% dari populasi dunia.
dr. Anthony Handoko, SpKK, FINDV, CEO Klinik Pramudia mengatakan, DA merupakan penyakit kulit yang diturunkan secara herediter sehingga sebaiknya tidak memakai terminologi ‘sembuh’, melainkan ‘terkontrol’.”
Ia mengatakan ada beberapa faktor penyebab Dermatitis Atopik, seperti cuaca panas, perubahan cuaca, keringat yang banyak, debu, daya tahan menurun, stres dan gigitan seranggga.
“Secara umum penderita DA cenderung memiliki kulit yang cenderung kering dan gejala utama pada penderita DA adalah merah dan gatal, sehingga sering disebut dengan istilah eczema atau eksim,” ungkapnya.
Advertisement
DA pada anak
Tentang DA pada anak, ia menerangkan, Prevalensi DA pada anak secara global 15-20% dari penderita DA, tetapi Insiden DA pada anak adalah yang tertinggi 85-95%. Di Indonesia, angka prevalensi kasus DA anak sekitar 23,67%.
Pengobatan DA pada anak dan remaja tergantung dari keparahan penyakit dan fase penyakit apakah pada saat aktif atau fase maintenance. Obat yang dapat diberikan mulai dari Pengobatan Topikal, Oral, Penyinaran dan suntikan.
Terdapat beberapa zat aktif yang sering digunakan dalam pengobatan DA,yaitu, Kortikosteroid, Tacrolimus, Pimecrolimus.
Ia juga mengemukakan tentang beberapa mitos dan fakta yang paling sering ditanyakan mengenai perawatan DA anak, antara lain harus mandi air panas, minum darah ular, memakai pakaian tebal dan pantang makanan.
Secara teoritis lokasi kelainan kulit pada DA berbeda pada setiap fase usia anak atau remaja, dewasa, manula, geriatri. Lokasi klasik pada usia anak adalah lipat siku, lipat lutut, seputar bibir atau mata dan pipi.
“ Yang perlu diperhatikan adalah penderita DA, biasanya memiliki gejala penyerta seperti hidung meler atau bersin pada pagi hari (rhinitis allergica), mata merah (Conjunctivitis allergica), dan asma,” tutupnya.
#Growfearless with FIMELA