Fimela.com, Jakarta Sex education atau pendidikan seksualitas memberikan anak-anak informasi tentang kesehatan seksual dan reproduksi yang sangat penting bagi kelangsungan hidup anak. Dilansir dari raisingchildren.net.au, seksualitas bukan hanya tentang seks, melainkan juga identitas dan perasaan anak terhadap perkembangan tubuhnya. Bagaimana cara anak memahami dan mengekspresikan perasaan keintiman, ketertarikan, dan kasih sayang terhadap orang lain, serta membangun dan memelihara hubungan yang saling menghormati.
Membicarakan sex education pada anak sejak usia dini dapat membantu anak memahami bahwa seks dan seksualitas merupakan bagian dari kehidupan yang sehat. Komunikasi yang terbuka akan membangun hubungan yang kuat antara orangtua dan anak yang mempermudah komunikasi keduanya di kemudian hari. Percakapan awal ini memberikan dasar bagi anak untuk dapat membuat pilihan seks yang lebih sehat ketika dewasa.
Hal tersebut juga membuat anak merasa lebih nyaman dan tidak perlu merasa malu untuk membicarakan mengenai seksualitas kepada orangtuanya. Topik yang dibahas ketika membicarakan sex education tentu harus akurat dan disesuaikan dengan usia anak, seperti mengenai hubungan dalam keluarga, organ dan anatomi reproduksi, rasa hormat, persetujuan dan otonomi tubuh, pubertas, kehamilan, hingga infeksi menular seksual.
Advertisement
Advertisement
Usia yang tepat untuk menerima sex education
Tidak ada kata terlalu dini untuk memberikan pendidikan seksualitas kepada anak. Anak berhak mendapatkan pendidikan tentang diri sendiri dan dunia di sekitarnya sesuai dengan usia dan perkembangan anak. Dilansir dari laman who.int berdasarkan panduan global PBB, pemberian pendidikan seksualitas pada anak dapat dimulai sejak anak berusia 5 tahun atau ketika pendidikan formal dimulai. Namun, pendidikan seksualitas ini merupakan proses seumur hidup dan terkadang bisa dimulai sejak dini dengan pengasuhan yang terpercaya dan bersifat bertahap.
Pendidikan seksualitas tentu perlu disesuaikan dengan usia dan perkembangan anak. Apa yang diajarkan pada usia dini akan berbeda dengan yang diajarkan saat anak memasuki masa pubertas dan remaja. Pada anak yang lebih kecil, pendidikan seksualitas tidak berarti mengajarkan tentang seks. Anak-anak pada usia dini dapat belajar tentang bagian-bagian tubuh, mengenali perasaan dan emosinya, sambil memperhatikan hubungan-hubungan dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya.
Seiring dengan pertumbuhannya, rasa ingin tahu anak semakin meningkat, anak mulai mengerti tentang banyak hal dan orangtua dapat menjelaskannya secara lebih detail. Pada usia ini, orangtua dapat mengenalkannya berbagai jenis hubungan, pengambilan keputusan, prinsip-prinsip dasar persetujuan, apa yang harus dilakukan jika terjadi kekerasan, intimidasi, atau pelecehan yang tentunya dengan menggunakan bahasa sederhana yang mudah dimengerti anak.
Dampak sex education pada anak
Pendidikan seksualitas membekali anak pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang membantu anak melindungi kesehatan, mengembangkan hubungan sosial dan seksual yang saling menghormati, membuat pilihan dan bertanggung jawab, serta memahami hak-hak orang lain.
Dari data WHO, pendidikan seksualitas yang berkualitas memberikan dampak yang positif terhadap kelangsungan hidup seseorang. Ketika anak mendapat informasi yang lebih baik tentang seksualitas, kesehatan seksual, dan hak-haknya, anak mampu mengontrol dirinya dan memahami setiap konsekuensi yang akan ditimbulkan dari perbuatannya, sehingga anak mampu lebih menjaga dirinya.
Pendidikan seksualitas juga membantu anak mempersiapkan dan mengelola perubahan fisik serta emosional seiring dengan pertumbuhannya, termasuk selama masa pubertas dan remaja, sambil mengajarkan anak tentang rasa hormat, persetujuan, dan solusi ketika membutuhkan bantuan. Hal ini mampu mengurangi risiko kekerasan, eksploitasi, dan pelecehan pada anak.
Â
Penulis: Maritza Samira.
#BreakingBoundariesNovember