Sukses

Parenting

4 Tips Mengajarkan Anak untuk Tidak Menyakiti Diri Sendiri secara Sengaja

Fimela.com, Jakarta Perilaku menyakiti diri sendiri dengan sengaja atau dikenal self harm sering terjadi ketika seseorang menggunakan tindakan merusak terhadap dirinya sendiri sebagai cara untuk mengatasi perasaan yang sangat berat, kenangan yang menyakitkan, atau situasi serta pengalaman yang menekan. Beberapa individu menggambarkan perilaku menyakiti diri sebagai salah satu cara untuk menghadapi hal tersebut.

Dilansir dari michigan.gov, biasanya perilaku menyakiti diri sendiri ini melibatkan penggunaan benda tajam atau tumpul yang bisa ditemukan di sekitar individu tersebut. Selain itu, perilaku ini juga mencakup tindakan seperti menarik rambut, memukul diri sendiri, dan perbuatan serupa. Tindakan tersebut dilakukan secara sadar oleh penderita dengan tujuan untuk memperoleh kepuasan pribadi. Perilaku menyakiti diri sendiri adalah tanda adanya masalah psikologis. 

Apabila dilakukan dengan intensitas yang tinggi, perilaku menyakiti diri sendiri bahkan bisa menjadi ancaman bagi kehidupan seseorang. Mengingat potensinya yang berbahaya, perilaku ini perlu ditangani secara profesional dengan bantuan ahli.

Perilaku Menyakiti Diri Sendiri pada Anak

Perlu diwaspadai bahwa perilaku menyakiti diri sendiri dapat terjadi pada anak-anak. Meskipun biasanya lebih umum terjadi pada remaja dan orang dewasa, anak-anak yang mengalami masalah emosional, psikologis, atau menghadapi tekanan berat dalam kehidupan mereka juga dapat melibatkan diri dalam perilaku menyakiti diri ini. Self harm pada anak-anak mungkin melibatkan tindakan seperti merobek kulit, mencubit, atau tindakan fisik lainnya yang bertujuan untuk mengatasi rasa sakit atau stres emosional yang mereka alami.

Penting untuk diingat bahwa menyakiti diri sendiri secara sengaja adalah tanda masalah serius yang memerlukan perhatian dan bantuan profesional. Orang tua dan penjaga harus selalu memantau tanda-tanda perilaku tersebut pada anak-anak mereka, serta berusaha untuk membantu mereka mendapatkan dukungan dan perawatan yang sesuai jika diperlukan. Lebih baik mencegah terjadinya perilaku menyakiti diri sendiri daripada menghadapinya setelah tindakan tersebut sudah terjadi.

Anak-anak mungkin merasa overwhelmed oleh stres emosional, seperti masalah di sekolah, tekanan dari teman-teman, atau masalah keluarga. Anak-anak yang menghadapi masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, gangguan makan, atau gangguan suasana hati mungkin lebih rentan terhadap perilaku menyakiti diri sendiri ini.

Tips Mengajarkan Anak untuk Tidak Menyakiti Diri Sendiri

Penting untuk diingat bahwa perilaku menyakiti diri sendiri dengan sengaja merupakan masalah serius dan kompleks sehingga sebagai orang tua harus peka terhadap setiap perilaku anak. 

Dilansir dari laman unicef.org, berikut merupakan beberapa tips dalam mengajarkan anak untuk tidak melakukan tindakan menyakiti diri mereka sendiri.

1. Ajak Anak untuk Bercerita 

Komunikasi antara orang tua dan anak merupakan kunci agar orang tua mengetahui setiap permasalahan dari sang anak. Anak yang menyakiti dirinya sendiri biasanya merasa kesepian karena tidak memiliki media untuk bercerita. Orang tua harus bisa menjadi orang pertama yang dipercaya oleh anak untuk bercerita. 

2. Jangan Salahkan Anak

Salah satu hal penting lainnya adalah ketika anak mulai bercerita kepada Anda, sebagai orang yang ia percaya, orang tua tidak boleh menyalahkan sang anak secara keras. Tentunya, setiap anak memiliki masalahnya masing-masing, tetapi ketika memberikan nasihat, terkadang orang tua memojokkan sang anak sehingga sang anak memilih untuk tertutup kepada orang tuanya. 

3. Bantu Anak Mencari Akar Permasalahan

Ketika anak sedang bercerita, sebagai orang yang lebih berpengalaman, sebaiknya orang tua juga memberikan solusi dan membantu anak mencari akar permasalahan dari masalah yang sedang dihadapi sang anak. Minimnya pengalaman hidup, biasanya anak akan stres ketika menghadapi sebuah permasalahan. 

4. Konsultasi Permasalahan dengan Ahli

Ketika sebuah permasalahan sangat berat dan orang tua juga kebingungan dalam mencarikan solusi dari akar permasalahan masalah yang sedang dirasakan oleh sang anak, melakukan konsultasi ke tenaga ahli seperti psikolog merupakan salah satu opsi yang bisa dicoba. Dari ahlinya, diharapkan lebih mudah dalam mengetahui permasalahan yang tengah dihadapi oleh anak. 

Penulis: Maritza Samira

#BreakingBoundariesOktober

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading